Happy Reading ❤
👑
Sudah seminggu berlalu setelah Nata menyuruh Aleta untuk menjauhinya. Aleta benar-benar menjauhi Nata, dan Nata senang akan hal itu. Ia benar-benar tidak suka ada cewek yang mencoba mendekatinya.
Sejujurnya, perasaan Aleta berat karena harus menjauhi Nata. Setiap Nata berantem, ia mencoba menahan rasa ingin menolong Nata. Aleta mencoba tidak perduli dengan apa yang Nata lakukan.
Aleta berjalan dikegelapan malam. Ia ingin mencari udara segar di luar, Aleta berkeliling komplek sendirian. Sesekali ia juga menyapa orang-orang yang ia kenal. Aleta menghentikan langkahnya, ia mendongakkan kepalanya untuk melihat bulan dan bintang, "Al, aku rindu kamu. Kamu pasti udah bahagia kan di sana," gumam Aleta.
Aleta masih sering memikirkan masa lalunya bersama orang yang sudah meninggalkannya. Aleta merasa kesepian saat tidak ada lagi orang di masa lalunya untuk menemaninya saat ini.
Aleta mendengar suara kegaduhan di tempat yang tidak jauh darinya. Aleta melangkahkan kakinya ke arah suara tersebut, ia membulatkan matanya saat melihat segerombolan orang memukuli seseorang sampai tak berdaya, "STOP!" teriak Aleta. Mereka langsung kabur dan salah satu dari mereka membawa motor orang yang tidak berdaya itu.
Aleta mendekati seseorang yang kelihatan tidak sadarkan diri itu. Aleta benar-benar terkejut ketika ternyata orang itu adalah Nata. Aleta berlutut di samping Nata yang tidak sadarkan diri, "Nat," panggil Aleta.
Aleta melihat wajah Nata yang babak belur. Aleta menyentuh pelan pipi Nata yang berdarah. Aleta melirik sekelilingnya yang tampak sepi, tidak ada satupun orang di sekitarnya. Aleta bingung harus bagaimana sekarang.
Aleta mencoba mengembalikan kesadaran Nata. Ia terus memanggil-manggil nama Nata, "Nat, bangun," lirih Aleta. Nata membuka matanya dengan perlahan, ia menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Nata bisa melihat Aleta. Aleta menyadari ketika Nata membuka matanya, Aleta membantu Nata untuk duduk, "ambilin handphone gue di saku celana, telpon Julian sekarang," lirih Nata.
Aleta mengambil handphone Nata yang ada di saku celananya. Entah kenapa hati Aleta merasa sesak ketika tahu wallpaper handphone Nata adalah perempuan yang sedang merangkul pundak Nata.
"Buruan," sahut Nata. Aleta langsung mencari kontak Julian. Ia sudah mencoba beberapa kali menelepon Julian tapi tidak diangkat, "gak diangkat juga Nat, gimana dong?" tanya Aleta bingung.
"Telpon Dimas," perintah Nata. Aleta sudah mencoba beberapa kali menelepon Dimas tapi tidak diangkat juga. Nata mendengkus kesal, kemana Dimas dan Julian?
"Kamu ke rumah aku aja dulu Nat. Aku takut mereka bakal kembali lagi ke sini buat mukulin kamu," jelas Aleta.
Nata tidak ada pilihan lain. Ia tidak bisa apa-apa sekarang selain menyetujui usulan Aleta. Aleta membantu Nata untuk berdiri, Aleta melingkarkan tangan kanan Nata di pundaknya, "makasih," lirih Nata. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain.
Aleta tersenyum tipis. Ia dapat mendengar Nata mengucapkan makasih padanya, "sama-sama," batin Aleta.
Jalanan benar-benar sepi, Aleta tidak bisa meminta tolong pada seseorang untuk membantu membawa Nata ke rumahnya. Nafas Aleta sudah mulai tidak stabil, ia kelelahan membantu Nata bejalan.
Nata melirik wajah Aleta yang mulai berkeringat, Nata menghembuskan nafas pelan, "gue mau jalan sendiri aja," jelas Nata.
Aleta langsung menggelengkan kepalanya, "jangan sok kuat Nat. Ada saatnya kamu membutuhkan bantuan orang lain. Lagian sebentar lagi nyampe rumah aku," jelas Aleta.
Aleta mengetuk pintu rumahnya, "Ma," panggil Aleta. Beberapa saat kemudian Milka membukakan pintu. Ia terkejut ketika melihat Nata, wajah Nata benar-benar tidak karuan, wajahnya dipenuhi luka dan lebam.
Milka membantu Nata untuk memasuki rumahnya. Milka dan Aleta membawa Nata ke kamar tamu, mereka membaringkan Nata di atas kasur.
"Mama ambil obat merah dulu," ucap Milka. Ia keluar untuk mengambil obat merah.
Aleta duduk di samping Nata, Nata melirik Aleta, "Nat, motor kamu dibawa pergi sama mereka," jelas Aleta.
"Biarin aja," jawab Nata acuh. Ia tidak perduli dengan motornya, ia lebih memikirkan siapa dalang dari semua ini. Pasti ada orang yang menyuruh orang-orang tadi untuk memukulinya.
"Kenapa kamu kaya gak kesakitan sih Nat? Padahalkan kamu babak belur banget," tanya Aleta penasaran. Aleta tidak pernah melihat Nata merintih kesakitan saat berantem ataupun saat tadi.
"Mungkin karena gue udah terbiasa terluka, dan ada yang jauh lebih menyakitkan dari pada ini," jawab Nata.
"Apa yang jauh lebih menyakitkan?" tanya Aleta. Nata melirik Aleta sekilas, "lo gak perlu tahu," jawab Nata datar.
Milka kembali dengan membawa kotak P3K, "Aleta, nih kamu obatin dia," ucap Milka.
Aleta mengambil obat merah dan mengobati luka Nata dengan hati-hati. Nata hanya diam, ia memejamkan matanya.
"Nat, aku tadi ngelihat wallpaper handphone kamu. Terus dipoto itu kelihatannya kamu bahagia banget sama cewek itu. Aku baru nyadar, kalau aku gak pernah ngeliat kamu senyum dari awal kita ketemu," ungkap Aleta.
"Gue gak suka senyum. Bisa gak sih lo gak usah banyak bacot," sinis Nata.
Aleta menghembuskan nafas pelan. Nata tidak berubah, mulutnya selalu berkata pedas. Aleta sudah kebal kalau Nata berkata pedas padanya.
"Cewek diwallpaper kamu itu pacar kamu ya Nat?" tanya Aleta.
"Mungkin lebih dari pacar, dia segalanya bagi gue," jawab Nata. Aleta tersenyum tipis karena Nata mulai mau menjawab pertanyaannya.
Aleta merasa aneh dengan perasaannya, kenapa ia merasa tiba-tiba sesak ketika Nata berkata seperti itu. Tidak mungkin kalau ia cemburu.
Aleta berdiri, "luka kamu udah aku obatin. Kamu istirahat aja di sini sampe besok, soalnya udah malem banget. Aku mau ke kamar dulu ya Nat," jelas Aleta.
Saat Aleta mau melangkahkan kakinya, Nata mencekal pergelangan tangannya. Aleta melirik Nata, "ada apa Nat?" tanya Aleta.
Nata memandang ke arah lain, "makasih," gumam Nata.
"Apa Nat? Aku gak denger," ucap Aleta. Sebenarnya, Aleta mendengar ucapan Nata. Ia hanya ingin Nata mengatakannya lagi.
Nata menjauhkan tangannya dari pergelangan tangan Aleta, "gak jadi. Udah sana pergi, lo ganggu," sinis Nata.
Aleta tersenyum tipis, "good night Nat," gumam Aleta. Aleta melangkah keluar dan memasuki kamarnya.
Aleta membaringkan tubuhnya di atas kasur. Aleta mengambil poto di atas nakas, ia menatap poto itu dan mengusapnya, "Al, gak mungkin kan kalau aku suka sama Nata?" gumam Aleta.
👑
Makasih udah mau mampir ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Riska Ika
jangan lama lama up nya author....
2020-01-03
2