{CHAPTER 4}

Happy Reading ❤

👑

Nata berdiri sambil memegangi perutnya yang terasa sakit. Nata berdiri di depan Aleta, ia menyembunyikan Aleta di balik tubuhnya. Julian dan Dimas mendekat ke arah Nata, "Nat, lo gak papa?" tanya Julian.

Dimas menoyor kepala Julian, "lo lihat dong keadaan Nata, dan lo masih nanya apa dia gak papa. Lo emang bego," kesal Dimas.

"Gue gak papa. Bisa kalian bawa cewek di belakang gue ini jauh dari sini. Dia ngaganggu banget," cetus Nata. Aleta tidak menyangka Nata akan berkata seperti itu. Niat Aleta hanya ingin melindungi Nata.

Nata membalikan tubuhnya menghadap Aleta, "gue bukan cowok lemah yang harus dilindungin sama lo," sinis Nata. Nata kembali membalikan tubuhnya menghadap Arsen. Mereka saling menatap penuh dengan kebencian.

"Gue gak tahu lo siapa, tapi sebaiknya lo pergi dari sini. Lo bisa kena masalah kalau tetap berada di sini," jelas Julian pada Aleta. Aleta menghembuskan nafas kasar, ia melirik Nata sekilas lalu menjauh dari kerumunan orang-orang.

Semua mata melirik kepergian Aleta, baru pertama kali ada yang berani memisahkan Arsen dan Nata. Iris, Icha, dan Sisil menghampiri Aleta. Iris memegang pundak Aleta, "lo gak papa? Kenapa lo nekat banget sih berdiri di tengah-tengah mereka," ucap Iris.

"Gue gak suka ngelihat kekerasan," jawab Aleta. Iris tahu sebenarnya Aleta ingin melindungi Nata, tapi Nata malah memarahinya.

"Gue gak ngerti sama Nata dan Arsen, padahalkan mereka saudara, tapi kenapa mereka selalu berantem sih," gumam Icha.

Aleta menundukkan kepalanya, entah kenapa ucapan Nata tadi terngiang-ngiang dalam benaknya. Apa Nata sebenci itu padanya? Kenapa Nata selalu berbicara pedas padanya.

"Nata emang gitu, lo gak usah pikiran perkataan dia Ta," bisik Iris. Aleta tersenyum tipis, ia bersyukur bisa memiliki teman seperti Iris yang mengerti akan perasaannya.

Rina sebagai kepala sekolah memanggil Nata dan Arsen untuk ke ruangannya. Ia sudah bosan mendengar pertengkaran kedua anaknya itu.

Rina menatap tajam Arsen dan Nata secara bergantian, "kalian tuh saudara. Kenapa kalian kaya gini sih, kenapa kalian selalu berantem," keluh Rina.

"Arsen, kamu gak papa kan? Kamu harus obatin luka-luka kamu Sayang," lanjut Rina. Nata tersenyum sinis, ia berdiri, "sepertinya anda tidak butuh saya lagi di sini, sebaiknya saya pergi," sahut Nata. Ia membalikan tubuhnya melangkah keluar ruangan kepala sekolah.

"Nata, jangan keluar," tegas Rina. Nata tidak perduli dengan ucapan Rina, ia tetap keluar dari kantor kepala sekolah. Nata menyenderkan kepalanya ke dinding, hatinya merasa sesak ketika Rina lebih memperhatikan Arsen dari pada dirinya.

"Nata," panggil Aleta. Nata menatap Aleta dengan bingung, kenapa Aleta selalu mencoba dekat dengannya? Kenapa Aleta tidak menjauhinya, padahal ia sudah selalu berkata pedas pada Aleta.

"Ngapain lo kesini?" tanya Nata datar. Aleta tidak tahu kenapa ia mendekati Nata lagi, batinnya yang ingin mendekati Nata dan ia tidak bisa menolak, "luka kamu, aku obatin ya," tawar Aleta. Aleta yakin Nata pasti akan langsung menolaknya.

"Oke," jawab Nata. Aleta tersentak dengan jawaban Nata. Entah kenapa hatinya merasa senang karena Nata langsung mau diobati olehnya, "ayo kita ke UKS," ucap Aleta.

Arsen keluar dari ruangan kepala sekolah. Aleta melirik wajah Arsen yang terlihat sudah diobati. Apakah Rina yang melakukannya? Ia tidak mau memikirkan itu.

Arsen tersenyum tipis ke arah Aleta, "hai," sapa Arsen. Aleta hanya menatap Arsen dengan bingung, "gue Arsen, gue saudara Nata. Tadi lo keren juga berani berdiri di tengah-tengah gue sama Nata. Sebelumnya, gak ada yang berani misahin kita," jelas Arsen.

"Lo mau kan jadi temen gue, nama lo siapa?" Arsen mengulurkan tangannya pada Aleta. Nata tampak tidak perduli dengan sikap Arsen pada Aleta.

Arsen mengingatkan Aleta pada kenangan masa lalunya. Aleta membalas uluran tangan Arsen, "aku Aleta," jawab Aleta.

Arsen tersenyum tipis, "gue ke kelas dulu," sebelum pergi, Arsen menepuk-nepuk pelan pucuk kepala Aleta, "gue berharap kita bisa berteman baik Aleta," ucap Arsen.

Nata mendengkus pelan, ia berjalan melewati Aleta. Aleta langsung mengejar langkah Nata, "tungguin Nat," sahut Aleta. Nata mengabaikan ucapan Aleta, tapi ia memperlambat langkahnya.

"Aku penasaran, kamu sama Arsen kan saudara. Kenapa kalian berantem?" tanya Aleta.

"Bukan urusan lo, diem aja deh. Kalau lo nanya sekali lagi, mending lo pergi," sinis Nata. Aleta langsung diam. Nata selalu bisa membuat ia terdiam karena kata-katanya.

"Nata," panggil Julian yang tidak jauh darinya. Julian dan Dimas mendekati Nata dan Aleta, "lo gak dihukum kan sama Ibu lo? Terus gimana reaksi Ibu lo saat ngelihat keadaan lo yang babak belur gini?" tanya Dimas penasaran.

"Tentu aja perempuan itu gak akan peduli dengan keadaan gue sekarang," batin Nata. Nata mengabaikan pertanyaan Dimas, ia tidak akan menjawab jika ia tidak mau.

"Gue mau ke UKS dulu. Kalian mau ikut gak?" ajak Nata. Julian dan Dimas langsung mengangguk. Dimas tahu, Nata tidak bisa menjawab pertanyaannya.

Mereka berjalan beriringan, Aleta merasa tidak nyaman karena ia tidak mengenal Dimas dan Julian.

"Gue baru inget, tadi lo cewek yang berdiri di tengah-tengah Nata sama Arsen kan," ucap Julian pada Aleta yang berdiri di sebelahnya.

"Iya," jawab Aleta.

"Lo keren banget berani berdiri di tengah-tengah mereka, untung aja lo gak kena pukul sama Nata. Lo murid baru ya, nama lo siapa?" tanya Dimas.

"Aku Aleta," jawab Aleta.

"Apa cuma gue yang ngerasa gak nyaman dia manggilnya aku-kamu," sahut Nata.

"Maaf, aku udah terbiasa ngomong pake aku-kamu," jelas Aleta.

"Gak usah minta maaf gitu Ta. Santai aja, senyaman lo aja gimana ngomongnya jangan dengerin Si Nata," sahut Julian.

Mereka sudah sampai di depan UKS. Nata duduk di ranjang UKS. Julian dan Dimas menunggu di luar. Aleta mengambil obat merah dan kapas untuk mengobati Nata.

Aleta duduk di depan Nata, "maaf ya kalau sakit," Aleta menyentuh ujung bibir Nata dengan kapas. Nata tidak meringis sedikitpun, sepertinya Nata sudah terbiasa menahan kesakitan.

Aleta sudah selesai mengobati Nata. Nata berdiri, ia melirik Aleta, "ini terakhir kalinya lo ngobatin gue. Jauhin gue. Lo bukan temen gue, jadi, jangan pernah ikut campur tentang urusan gue. Kalau lo tetap deketin gue, gue bisa bilang kalau lo cewek gatel yang suka deketin cowok," sinis Nata. Ia melangkah keluar UKS.

Aleta merasa sesak karena ucapan Nata. Kenapa Nata selalu berkata pedas padanya, apa salahnya? Mungkin ia memang harus menjauhi Nata.

👑

Makasih udah mau mampir ❤

Terpopuler

Comments

(`⌒´メ) HONEY BEAR ✧ 🦕

(`⌒´メ) HONEY BEAR ✧ 🦕

Ini harus happy ending ya thoor!! Jangan sad ending kek alvaro🙂

2020-09-11

2

Indahsusanti

Indahsusanti

saya suka cerita nya Thor tp... jng meninggal kayak alvaro

2020-04-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!