Wening menangis dalam pelukan ibunya, Azizah, yang datang. Wanita berdarah Arab dan Inggris itu ikut menangis karena tidak menyangka liburan putrinya berakibat celaka.
"Maafkan cucu saya, Bu Harmanto," ucap Nura yang tahu bagaimana perasaan ibu dan anak itu.
"Ini bukan salah Nandara, Mrs Blair. Saya tahu Wening mengalami kebutaan tapi setidaknya dia hidup. Wening adalah putri kami satu-satunya dan saat mendengar dia kecelakaan, kami sudah memikirkan yang terburuk. Kami jauh lebih bersyukur, nyawa Wening tidak melayang," jawab Azizah sambil mencium pipi putrinya.
"Bu, aku tidak mau menerima mata Nanda." Wening menatap wajah ibunya dengan tatapan kosong. "Aku memang butuh penglihatan aku tapi aku tidak mau membuat orang lain juga buta."
Azizah memegang pipi Wening. "Tapi kamu tidak bisa melihat sayang."
"Aku masih menunggu hasil observasi dokter, Bu. Insyaallah tidak apa-apa."
Azizah memeluk tubuh Wening. "Ya Allah, sayang, kamu kok kuat banget. Ibu bisa jadi tidak sekuat kamu ... Tidak bisa melihat itu menjadi musibah ...."
Wening membalas pelukan ibunya. "Aku tidak kuat Bu, tapi aku berusaha berkompromi dengan situasi yang ada."
Azizah menangis haru. "Sayang, ibu akan selalu mendukung kamu. Ibu yakin dokter disini juga hebat-hebat."
"Ibu tetap disini kan?" tanya Wening yang tahu ayah dan ibunya pasti sibuk untuk urusan musim haji. Apalagi menteri Agama juga sedang inspeksi disana.
"Bu Harmanto, jika ibu dan bapak Duta Besar sedang sibuk dengan musim haji, tidak apa-apa Wening disini dulu. Kami akan merawat Wening," ucap Nura.
"Iya Mrs Blair. Musim haji tahun ini ada banyak masalahnya dan menteri Agama juga sedang inspeksi disana. Ini saja, kami meminta ijin sehari karena memang tidak bisa ditinggal urusan suami di Madinah." Azizah tampak bingung. Satu sisi putrinya, tapi sisi lain, suaminya juga membutuhkan dirinya karena banyaknya problem di musim haji tahun ini. Azizah tidak habis pikir kenapa SDM orang Indonesia yang datang haji tahun ini parah sekali.
"Bu, ibu pulang saja ke Mekkah. Toh, sebentar lagi juga selesai musim hajinya. Aku akan disini dulu ... Apakah tidak apa-apa Oma Nura?" tanya Wening ke arah suara Nura.
"Tidak apa-apa, Wening. Oma juga paham kesibukan Duta Besar di musim haji ini. Anda tenang saja, Bu Azizah, Wening aman disini," ucap Nura lembut.
Azizah sebenarnya agak ragu tapi jika Wening di Riyadh sementara mereka berada di Mekkah atau Madinah, tetap saja putrinya sendirian. Memang ada asistennya tapi Azizah tidak yakin Wening akan nyaman.
"Kamu di Dubai dulu tidak apa-apa, Wening?" tanya wanita bule berhijab itu.
"Tidak apa-apa," jawab Wening.
"Wening akan baik-baik saja disini," timpal Nura.
"Mrs Blair, sebenarnya saya tidak mudah meninggalkan Wening ke orang yang belum dikenal tapi kami tahu siapa keluarga kalian jadi ada rasa tenang pada saya dan ayahnya Wening," ucap Azizah.
"Wajar Bu." Nura menggenggam tangan Wening. "Kamu akan tinggal di istana Al Azzam Blair sembari kontrol rutin supaya kita bisa tahu, langkah-langkah apa yang akan diambil nanti. Oke, sayang?"
Wening mengangguk.
***
Duta Besar Harmanto pun akhirnya menyetujui keputusan Wening yang tetap tinggal di Dubai. Dia tahu, putrinya berada di tangan keluarga yang bisa dipercaya. Pria paruh baya itu tahu siapa keluarga Sultan Blair dan dirinya bisa tenang apalagi Nandara dan Radhi Blair menjamin kesehatan Wening. Duta Besar Harmanto juga bersyukur putrinya sangat dewasa dalam menghadapi musibah yang menimpanya.
Menjelang sore hari, Duta Besar Harmanto dan Azizah kembali ke Riyadh sementara Nandara masih menemani Wening di rumah sakit. Dokter baru mengijinkan Wening pulang besok setelah semua baik di pemeriksaan terakhir.
"Kamu tidak perlu memberikan matamu padaku, Nandara," ucap Wening saat Nandara menyiapkan makan malam untuk gadis itu. Nandara tahu, masakan rumah sakit tidak enak, jadi dia meminta koki istana mengirimkan makanan untuk dirinya dan Wening.
Nandara menatap Wening. "Kenapa?"
"Karena aku tidak mau menerimanya."
Nandara menghampiri Wening sambil membawa piring berisikan makan malam dan duduk di pinggir tempat tidur.
"Kamu ... Kenapa kamu bilang begitu?" tanya Nandara.
"Apakah ini bau ayam goreng? Sayur kari?" tanya Wening membuat Nandara terkejut.
"Bagaimana kamu tahu?"
"Baunya. See Nandara, indera aku yang lain bisa lebih maksimal bekerja dan aku juga menunggu hasil observasi dokter bukan?" senyum Wening.
Nandara mengangguk. "Kita bicarakan nanti ya. Sekarang, aku akan suapi kamu makan. Biar tidak berantakan."
Wening mengernyitkan dahinya. "Kamu itu seorang Emir dan pembalap MotoGP terkenal tapi ... kenapa kamu mau berbuat seperti ini?"
"Karena aku membayangkan jika hal ini menimpa saudara perempuan aku. Buka mulut kamu," pinta Nandara sambil memasukkan sendok berisikan nasi, potongan ayam dan kari ke dalam mulut Wening. "Kebanyakan?"
Wening menggeleng. "Hhhmmm ... enak!"
"Cocok di lidah kamu?"
Wening mengangguk.
"Syukurlah. Lagi ya? Biar bisa tidur. Paling tidak enak itu tidur dalam kondisi lapar dan lengket kalau belum mandi." Nandara dengan telaten menyuapi Wening dan gadis itu merasa seperti ... diperhatikan.
"Sudah habis. Alhamdulillah kamu suka." Nandara membereskan piring kosong itu.
"Giliran kamu yang makan dulu, Nandara."
"Iya. Apa kamu mau mendengarkan musik?" tawar Nandara. "Aku pinjamkan MP3 player aku. Tapi ya musiknya selera aku sih."
"Tidak apa-apa. Aku mau mendengarkan musik."
Nandara mengambilkan MP3 playernya dan memasangkan earphone ke telinga Wening. Pria itu juga meraih tangan Wening untuk menghapalkan tombol-tombol disana.
"Ini untuk forward, ini untuk back, ini untuk stop, ini untuk naik turun volume." Nandara menatap Wening. "Sudah hapal?"
"Lagi Nanda. Aku masih bingung," jawab Wening.
Nandara mengulangi lagi dan Wening akhirnya hapal.
"Aku makan dulu ya, Wening. Lapar."
Wening mengangguk dan tak lama dia mendengarkan musik dari MP3 player Nandara. Gadis itu tersenyum karena selera lagu pembalap MotoGP tersebut cukup ... Jadul.
"Kamu kenapa tersenyum?" tanya Nandara sambil makan.
"Selera kamu jadul!" kekeh Wening. "The Who, Genesis, Toto, Tears For Fears ... Go West The King of Wishful Thinking?"
"Hei, yang tahu lagu-lagu itu juga seleranya jadul, you know! Bagaimana kamu tahu lagunya Go West?" tanya Nandara bingung.
"Siapa yang belum pernah nonton Pretty Woman? Menurut aku, itu film Harlequin banget!" jawab Wening.
"Oh come on Wening. Jangan bilang kamu juga baca novel roman seperti itu! Kamu macam Nefa saja! Endingnya, dia malah menikah dengan Vampir!"
"Apakah adik ipar kamu seperti Edward Cullen?" tanya Wening sambil tertawa.
"Versi Asia."
"Versi Asia? Memangnya orang mana?" tanya Wening yang merasa dengan banyak mengobrol seperti ini, akan membuat dirinya lebih tenang dan tidak memikirkan kondisinya.
"Orang Busan Korea Selatan. Namanya Park Joon-seo tapi biasa dipanggil Junjun atau Vampir Tiga karena di keluarga aku ada tiga vampir. Oh, bukan real vampir hanya saja mereka tidak berubah banyak wajahnya," jawab Nandara.
"Apakah kamu juga Vampir Nandara?" tanya Wening.
"Moi? Je suis juste une personne qui aime vieillir ( aku hanya orang yang menikmati proses pertambahan usia )," jawab Nandara.
"J'aime aussi les choses qui sont naturelles et naturelles ( aku juga suka sesuatu yang alami dan sewajarnya )," timpal Wening.
Nandara terkejut. "Mademoiselle, je ne savais pas que vous parliez français ( Nona, aku tidak tahu kamu bisa berbahasa Perancis )."
"'Ant lam tas'al ( kamu tidak tanya )," senyum Wening dengan bahasa Arab.
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Meeta Baggio
Alhamdulillah semua berjalan baik, wening pun bisa menerima keadaan nyaa saat ini. iyaa pak dubes tenang sajahh wening berada di tangan yg tepat dan orang baik jd pak dubes bisa tenang ninggalin wening d dubai .
2025-06-04
5
amilia amel
senangnya semua berjalan dengan baik
meskipun penglihatannya hilang tapi indera yang lain tambah berkembang ke sensitifnya
moga aja hilang penglihatannya hanya sementara
2025-06-04
3
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©
tenang saja Bu Azizah, jangan khawatir. Wening berada di keluarga yg tepat kok, semoga semua berjalan dengan baik..
2025-06-04
3