Rasa Trauma Alif

"Tapi, Alif tidak nenek izinkan untuk bermain sama Akmal. Nenek takut, jika nanti ibumu marah. Kamu lihat kan, kemarin?" tanya Neli masih dengan intonasi yang lembut.

Akmal menunduk, seraya mencorat-coret tanah dengan kayu yang ada di tangannya.

"Memangnya, kemarin siapa yang aja Alif main ke rumah Akmal? Dan, apakah Alif juga menyuruh Akmal naik ke pohon?" Neli mencoba mengali kebenaran lewat Akmal.

"Aku, tapi kata Alif, jangan sembunyi di dalam rumah. Makanya aku naik pohon." ujar Alif tanpa sedikit pun, berbohong.

"Tapi, kenapa ibumu bisa memukul Alif?"

"Ka-karena, karena aku takut ibu marah." lirihnya dengan suara yang bahkan hampir tidak terdengar.

Neli memejamkan matanya. Kecewa? Tentu saja. Namun, dia tidak bisa menyalahkan Akmal begitu saja. Karena semua bermula, atas kesalahan Nila.

"Pulang lah, nenek gak mau Alif kembali terluka." usir Neli dengan suara yang sedikit meninggi akibat emosi yang membuncah.

Di tempat lain, jauh dari kampung tempat tinggal Alif dan Neli. Haris, ayah dari Alif sedang bersenda gurau dengan kekasihnya.

Hubungan mereka sudah berjalan hampir satu tahun lamanya. Dan mereka berencana menikah dalam waktu dekat ini.

"Jadi, apa akhir-akhir ini ibumu masih meminta uang sama kamu?" tanya Nanda, seraya tidur di dada Haris.

"Aku telah memblokir nomornya, sesuai permintaan mu." sahut Haris membelai-belai rambut Nanda.

"Begitu dong, aku gak rela ya, semua uangmu habis untuk mereka. Kan, yang melayani kamu ialah aku." cetus Nanda seraya memainkan jari-jarinya di dada Haris.

"Iya, kamu tenang aja ... Aku udah gak mengirimkan mereka uang hampir satu tahun lamanya." terang Haris.

Godaan perempuan memang lebih dahsyat. Haris bahkan rela melupakan anaknya demi wanita yang baru dikenalnya sejak, setahun lebih itu. Baginya sekarang, Nanda adalah dunianya.

Lagipula, Haris percaya, jika Neli mampu membesarkan Alif, tanpa campur tangannya. Toh, dulu Neli juga bisa memberikannya makan sampai ia lulus sekolah.

Lagian, jika bukan untuk Alif, untuk siapa juga ibunya mencari uang. Begitulah, kira-kira pikiran Haris.

"Aku mau kita nikah bulan depan. Aku capek, aku lelah ... Kamu terus saja memberiku kepastian." Nanda mulai merajuk.

"Baiklah, kita akan pulang ke kampungmu, seminggu sebelum pernikahan. Dan sebaiknya, kamu bilang sama orang tuamu terlebih dulu. Agar mereka tidak terkejut."

"Tapi, mereka gak mau jika aku menikah dengan duda, apalagi duda yang ada anaknya. Secara, aku ini kan cantik. Mereka gak mau, jika aku kesusahan harus mengurus anak-anak mu. Jadi, boleh gak, kita sembunyikan tentang anakmu, pada orangtuaku?" Nanda bangun, dan duduk di samping Haris yang masih membaringkan tubuhnya.

"Baik lah, apapun. Asal kamu bahagia." balas Haris tanpa berpikir panjang.

Sekarang Alif sudah kembali ke sekolah. Namun, sebisa mungkin dia menghindari Akmal. Karena Alif, masih sedikit memendam trauma akan perlakuan Nila.

Seperti hari ini, saat Alif pulang sekolah, dia di hampiri oleh Akmal. Kebetulan, mereka satu sekolahan.

"Kita pulang bareng yuk? Kata ibuku, dia gak sempat menjemput. Jadi, suruh aku pulang sama kamu." Akmal menunggu Alif di depan pintu kelasnya.

"Hari ini, ku bawa sepeda. Jadi, kamu pulang sendiri aja. Aku gak mau bonceng sama kamu. Nanti, kalo kamu kenapa-napa, ibumu memukulku." tolak Alif, meninggalkan Akmal sendirian.

Ya, Akmal tidak sendiri, karena sebelum pulang tadi. Alif membantu teman sekelasnya untuk mengangkat semua kursi ke atas meja. Agar, teman-teman ceweknya lebih mudah dalam membersihkan kelas esok harinya.

Ya, besok adalah jadwal Alif dan beberapa temannya yang lain, kena jadwal piket.

"Tapi, aku udah menunggumu dari tadi!" seru Akmal.

"Tapi, aku tidak menyuruhmu. Aku gak mau dekat-dekat sama kamu." sahut Alif.

Dia mulai mengayuh kan, sepedanya dan meninggalkan Akmal sendirian di sekolah.

Sampai di rumah, Neli yang baru turun dari sepeda motornya memanggil Alif, dan menanyakan keberadaan Akmal.

"Dia masih di sekolah." sahut Alif, kemudian kembali mengayuh sepedanya.

"Alif, aku belum selesai ngomong. Alif ..." teriak Nila memanggil-manggil Alif.

Namun nyatanya, semakin besar suara Nila, semakin cepat Alif mengayuh sepedanya.

"Dasar, anak gak punya sopan santun." sinis-nya, bergegas menaiki sepeda motor untuk menjemput Akmal.

Sampai di sekolah, Nila terkejut karena Akmal tinggal seorang diri. Dia menangis tanpa seorang pun, yang menenangkannya.

"Kenapa gak pulang sama Alif aja sih? Kan ibu, udah berpesan." cetus Nila, kala mereka dalam perjalanan pulang.

"Dia gak mau, karena takut ibu marah." sahut Akmal dari belakang.

"Halah, itu alasannya aja. Nanti, biar ibu yang ingetin dia, masak berani-beraninya ninggalin kamu sendirian." sambung Nila.

Benar saja, sampai rumah, Nila langsung menyuruh Akmal masuk guna berganti pakaian. Sedangkan ia sendiri, menuju ke rumah Neli untuk membuat perhitungan sama Alif.

"Alif ... Alif ... Keluar lah." teriak Nila dengan menggelegar.

Neli yang sedang menokok emping terkejut, dan langsung bangun. Dia takut, kalau-kalau Alif kembali membuat masalah. Apalagi, saat pulang tadi, terlihat Alif seperti ketakutan.

"Awas saja Alif, nenek tidak akan mengampuni mu." gumam Neli.

"Mana Alif? Kenapa dia meninggalkan Akmal sendirian disekolah? Padahal, Akmal telah menunggunya lama. Sampai-sampai semua guru udah pulang." cerca Nila, begitu Neli mendekatinya.

"Maksudnya gimana sih?" tanya Neli mencerna ucapan Nila.

Kembali, Nila menceritakan tentang kesibukannya hari ini. Dan saat mengantarkan anaknya tadi pagi, Nila berpesan agar dia pulang bersama Alif saja.

"Mungkin, karena laranganku, agar tidak dekat-dekat dengan Akmal. Sebab, aku gak mau jika nanti Alif kembali kamu siksa, atas kesalahan yang tidak di lakukannya." papar Neli.

"Halah, itu udah berlalu. Lagipula, aku sudah melupakannya," cetus Nila tak mau disalahkan. "Lagipula nih ya, kita sebagai orang tua jangan ikut campur sama urusan anak, gak baik." ujar Nila memberi nasehat.

Neli tersenyum tipis, dari pada meladeni Nila. Ia kembali meneruskan pekerjaannya. Karena alasannya hendak bertemu dengan Alif pun, bisa di bilang tidak masuk akal.

Merasa keluhannya tidak tersampaikan, Nila pun pulang dengan mencak-mencak. Dia masih saja sakit hati dengan perlakuan Alif terhadap Akmal.

Alif sendiri, mengelus dadanya kala Nila menjauh. Tadi, dia memang bersembunyi di balik karung-karung padi. Berharap jika Nila tidak bisa menemukannya.

Terpopuler

Comments

⛧⃝ UHUY𓂃 √Florian⧗⃟Carlₛ

⛧⃝ UHUY𓂃 √Florian⧗⃟Carlₛ

kak, boleh saran? kalo mau berganti POV sebisa mungkin di bikin pembatas, biasanya titik atau apapun yang senyaman kakak

2025-06-30

1

Zenun

Zenun

Kasihan sekali kamu Alif, selalu serba salah di mata Nila

2025-05-28

1

Wanita Aries

Wanita Aries

Ih nila gila anl org dpukul babak belur, apa gk pny suami yg bs nasehatin ya.
Org tua alif jg sama gilanya.
Semoga alif sukses bs bahagiain neneknya

2025-05-28

1

lihat semua
Episodes
1 Tuduhan
2 Siksaan Untuk Alif
3 Rasa Trauma Alif
4 Kepulangan Haris
5 Penyiksaan Untuk Alif
6 Menolak Bertemu
7 Pembohong Kecil
8 Kisah Masa Lalu
9 Perceraian
10 Neli Sakit
11 Kepergian Nenek Neli
12 Pertemuan Pertama
13 Pertanyaan Atau Sindiran?
14 Serba Salah
15 Kabar Duka
16 Niat, Kepulangan Haris
17 Akting Yang Menyakinkan
18 Tak Tahu Malu
19 Rencana Yang Tercapai
20 Memulai Usaha
21 Di Usir
22 Meminta Penjelasan
23 Hari Pertama SMA
24 Kekacauan Di Hari Pertama
25 Kehancuran, Di Dua Keluarga
26 Bercanda Yang Menumbuhkan Dendam
27 Tak Sengaja Bertemu
28 Keturunan Pencuri Yang Sebenarnya
29 Berkunjung Ke Makam
30 Kecelakaan
31 Tak Ada Tempat
32 Meminta Ktp
33 Rasa Menyesal
34 Mengagumi Dalam Diam
35 Rasa Bangga
36 Balas Dendam Dari Alif
37 Mendadak Jadian
38 Akhirnya Bertemu
39 Amarah Alif
40 Bertemu Akmal
41 Mengatar Haris
42 Rencana Alif, Untuk Haris
43 Panti Jompo
44 Tempat Pulang
45 Pelukan dari Alif
46 Perbedaan Maaf Antara Ibu dan Ayah
47 Penyesalan Ratna
48 Karma Ninik
49 Akhir Dari Magang
50 Ratna Bertemu Alif
51 Maaf Untuk Ratna
52 Menjenguk Haris
53 Karena Kamu Ayah Ku
54 Kembali Ke Makam
55 Saling Memaafkan
56 Kehidupan Keluarga Nila
57 Ke Rumah Eliza
58 Kejutan Untuk Eliza
59 Godaan Dari Aziz
60 Kehilangan Separuh Hidup
61 Jomblo
62 Berbagi
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Tuduhan
2
Siksaan Untuk Alif
3
Rasa Trauma Alif
4
Kepulangan Haris
5
Penyiksaan Untuk Alif
6
Menolak Bertemu
7
Pembohong Kecil
8
Kisah Masa Lalu
9
Perceraian
10
Neli Sakit
11
Kepergian Nenek Neli
12
Pertemuan Pertama
13
Pertanyaan Atau Sindiran?
14
Serba Salah
15
Kabar Duka
16
Niat, Kepulangan Haris
17
Akting Yang Menyakinkan
18
Tak Tahu Malu
19
Rencana Yang Tercapai
20
Memulai Usaha
21
Di Usir
22
Meminta Penjelasan
23
Hari Pertama SMA
24
Kekacauan Di Hari Pertama
25
Kehancuran, Di Dua Keluarga
26
Bercanda Yang Menumbuhkan Dendam
27
Tak Sengaja Bertemu
28
Keturunan Pencuri Yang Sebenarnya
29
Berkunjung Ke Makam
30
Kecelakaan
31
Tak Ada Tempat
32
Meminta Ktp
33
Rasa Menyesal
34
Mengagumi Dalam Diam
35
Rasa Bangga
36
Balas Dendam Dari Alif
37
Mendadak Jadian
38
Akhirnya Bertemu
39
Amarah Alif
40
Bertemu Akmal
41
Mengatar Haris
42
Rencana Alif, Untuk Haris
43
Panti Jompo
44
Tempat Pulang
45
Pelukan dari Alif
46
Perbedaan Maaf Antara Ibu dan Ayah
47
Penyesalan Ratna
48
Karma Ninik
49
Akhir Dari Magang
50
Ratna Bertemu Alif
51
Maaf Untuk Ratna
52
Menjenguk Haris
53
Karena Kamu Ayah Ku
54
Kembali Ke Makam
55
Saling Memaafkan
56
Kehidupan Keluarga Nila
57
Ke Rumah Eliza
58
Kejutan Untuk Eliza
59
Godaan Dari Aziz
60
Kehilangan Separuh Hidup
61
Jomblo
62
Berbagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!