Dilema

Lisa telah menyelesaikan makanan nya, makanan itu sampai habis tidak bersisa. Bagaimana tidak, ia tidak ingat kapan terakhir ia makan enak.

Di usia nya yang baru saja beranjak dewasa, ia harus menjalani takdir menjadi gadis jalanan, terlunta-lunta. Lisa mencoba untuk mendapatkan pekerjaan tapi belum apa-apa ia sudah di usir karena penampilan nya.

Mereka takut penampilan Lisa hanya modus dalam melakukan tindakan kejahatan yang sedang marak terjadi.

Bahkan Lisa sering melihat bagaimana seseorang harus mendapatkan uang dengan cara mengemis. Dan mengais-ngais makanan dari sampah.

Pernah suatu hari ia kembali ke rumah, namun tanpa di duga ibu nya justru tidak menerima nya kembali.

"Mau apa kamu datang ke sini?" tanya ibunya, Maryam.

"Aku mohon bu, biarkan aku kembali bersama ibu. Aku sama sekali tidak bersalah. Malam itu Di-dia suami ibu hendak melecehkan aku." rintih Lisa.

"Jangan bohong kamu, dia tidak mungkin melakukan itu. Bagas sangat baik dan waktu kami baru saja melakukan nya, mana mungkin dia mau melakukan dengan anak kecil seperti mu." teriak Maryam tidak mengindahkan tatapan orang-orang yang menatap ke arah mereka.

Orang-orang di lingkungan rumah Maryam termasuk lingkungan yang sama sekali tidak peduli dengan orang sekitar, mereka tidak ingin ikut campur dan hanya bertindak sebagai penonton.

Oleh karena itu tidak ada yang mau menolong Lisa, apalagi jika itu tidak memberikan keuntungan untuk mereka.

"Bu, kenapa ibu tidak percaya dengan Lisa, putri ibu sendiri?"

"Kamu anak tidak tahu diri, kamu tega merusak kebahagiaan Ibu mu yang sudah membesarkan kamu dari kecil. Lebih baik kamu pergi saja dari sini!"

Lisa mengusap air mata di sudut mata saat mengingat kejadian itu.

"Baiklah, Lisa kita mulai saja kesepakatan kita." ucap Javier kemudian melihat Lisa men sudahi makan nya.

"Kesepakatan?"

"Iyah kesepakatan, aku sudah menolong mu. Tidak ada yang gratis di dunia ini." ucap Javier kemudian.

Tuan bisa menjadikan saya pelayan Anda," tawar Lisa putus asa.

Javier hanya menyeringai, "Pelayanku sudah banyak. Aku hanya memerlukan istri, tapi jangan berharap cinta dariku."

Deg,

Apa istri?' istri dari pria tampan di hadapannya. Apa mungkin?' Batin Lisa.

"Kamu jangan terlalu percaya diri, kamu jadi istriku tapi jangan berharap cinta dariku. Karena nggak akan pernah ada cinta di antara kita." tegas Javier.

Bastian yang juga berada di ruangan itu hanya diam saja. Tidak berani menginterupsi keputusan Javier. Apalagi batas waktu mereka sempit.

"Kamu tidak bisa menolak dan mundur nona."

Lisa hanya bisa pasrah menerima takdir nya. Entah apa yang akan terjadi padanya nanti. Menjadi istri seorang Javier Maxim, mimpi apa dia semalam?

Walaupun. dia tampan rupawan, tapi sikap dan karakter nya tidak Lisa sukai. Menurut nya Javier terlalu arogan, bukan, lagi terlalu tapi sangat arogan.

Lisa berharap dia akan mendapatkan suami yang mencintai dirinya apa adanya.

"Sudah nona, jangan banyak berpikir. Sekarang ikuti Bastian." Tidak Javier tidak bisa di tolak.

"Bastian ajak wanita ini ke apartemen, suruh dia mandi. Dia sangat bau sekali, sudah berapa lama kamu tidak mandi nona, sejak tadi aku tidak tahan mencium bau mu." ucap Javier sembari mengusap hidungnya dan beranjak pergi dari ruangan itu. Bastian berdiri kemudian membungkukkan sedikit badan nya pada Javier.

Sepeninggal Javier, Bastian melirik Lisa dengan tatapan iba.

"Mari nona, ikut saya." ucap Bastian kemudian.

☘️☘️

Perjalanan Lisa bersama Bastian terasa panjang. Setiap langkah kakinya terasa berat, seolah membawa beban takdir yang baru saja diputuskan Javier.

Apartemen yang dituju Bastian adalah sebuah unit mewah di salah satu gedung pencakar langit Jakarta. Dari dalam taksi, Lisa bisa melihat bangunan itu menjulang tinggi, memancarkan kemegahan yang membuatnya merasa semakin kecil.

Ketika mereka tiba di lobi apartemen, Lisa kembali merasakan tatapan orang-orang. Kali ini bukan tatapan menghakimi, melainkan lebih ke arah penasaran dan sedikit terkejut melihat Bastian, asisten Javier Maxim yang terkenal rapi dan berwibawa, bersama seorang gadis dengan penampilan seperti dirinya.

Bastian seolah tidak terpengaruh, ia hanya membimbing Lisa menuju lift privat yang langsung mengantar mereka ke lantai teratas.

Begitu pintu lift terbuka, Lisa terkesiap. Sebuah apartemen penthouse yang luas terhampar di depannya.

Pemandangan kota Jakarta yang gemerlap terlihat jelas dari jendela-jendela besar yang membentang dari lantai ke langit-langit. Interiornya didominasi warna-warna netral dengan sentuhan furnitur modern yang elegan.

Ada sofa-sofa empuk, meja kopi dari marmer, dan beberapa lukisan abstrak yang menghiasi dinding.

"Ini apartemen Bos Javier," ucap Bastian datar, seolah sudah terbiasa dengan kemewahan ini.

"Nona bisa menggunakan kamar yang di ujung sana. Ada kamar mandi di dalamnya. Semua perlengkapan sudah tersedia."

Lisa hanya mengangguk, terlalu terpukau untuk berkata-kata. Ia berjalan mengikuti Bastian menuju kamar yang ditunjuk.

Kamar itu juga tidak kalah luas, dengan tempat tidur berukuran king size dan jendela besar yang menyajikan pemandangan serupa. Ada lemari pakaian besar dan pintu menuju kamar mandi yang mewah.

"Bos meminta Nona untuk segera mandi dan beristirahat," lanjut Bastian, "Pakaian baru akan diantar sebentar lagi."

Lisa merasa aneh. Setelah ia hidup di jalanan, kelaparan, dan kedinginan, kini ia berada di tempat yang jauh lebih mewah dari yang pernah ia bayangkan.

Semua ini terasa seperti mimpi. Ia ingin bertanya banyak hal kepada Bastian, tentang apa yang sebenarnya Javier inginkan darinya, tentang kesepakatan yang disebutkan Javier, tapi ia terlalu lelah dan bingung.

"Terima kasih, Pak Bastian," cicit Lisa.

Bastian hanya mengangguk kecil. "Saya akan menunggu di ruang tamu jika Nona membutuhkan sesuatu. Telepon yang ada di kamar bisa digunakan untuk menghubungi saya."

Setelah Bastian pergi, Lisa berdiri terpaku di tengah kamar. Ia menyentuh seprai tempat tidur yang lembut, meraba dinding yang halus, seolah memastikan semua ini nyata.

Kemudian, ia menuju kamar mandi. Air hangat yang membasuh tubuhnya terasa seperti keajaiban. Ia menggosok tubuhnya dengan sabun wangi, mencuci rambutnya yang kotor berulang kali, berusaha menghilangkan bau jalanan yang menempel padanya.

Saat ia keluar dari kamar mandi, ia melihat beberapa setel pakaian baru sudah terlipat rapi di tempat tidur.

Ada gaun sederhana namun elegan, celana panjang, blus, dan pakaian dalam. Lisa memilih salah satu gaun yang nyaman, berwarna biru muda, dan memakainya. Ia merasa jauh lebih ringan dan segar.

Lisa kembali ke kamar mandi, menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya yang dulunya kusam kini sedikit lebih cerah, meskipun lingkaran hitam di bawah matanya masih terlihat jelas. Ia menyisir rambutnya yang panjang, membiarkannya terurai. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, Lisa merasa sedikit manusiawi.

Ia kembali ke ruang utama apartemen. Bastian masih duduk di sofa, fokus pada tabletnya. Ia mendongak saat mendengar langkah kaki Lisa. Tatapannya sedikit melembut melihat perubahan pada diri gadis itu.

"Sudah lebih baik, Nona?" tanya Bastian.

Lisa mengangguk. "Ya, Pak. Terima kasih."

"Bos Javier akan tiba sebentar lagi," ucap Bastian.

"Sebaiknya Nona beristirahat sebentar sebelum beliau datang."

Lisa tidak tahu harus menjawab apa. Istirahat?

Bagaimana ia bisa beristirahat di tengah ketidakpastian ini? Ia hanya bisa menunggu, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Takdirnya kini ada di tangan Javier Maxim, pria arogan yang entah mengapa, tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya.

Apa yang akan Javier katakan saat ia tiba nanti?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!