BIMA Brondong Favorit Ku ( Chat Story )
Malam, Hujan, dan Pesan singkat lewat WA
Hujan mengguyur deras malam itu. Risma duduk di tepi ranjang, memeluk guling sambil menatap layar ponsel.
Suaminya, Tora, sedang dinas luar kota sejak tiga minggu lalu.
Notifikasi berbunyi.
Tora
syukur deh kalo udah makan
Risma
ayah, aku kesepian kapan kamu pulang
Tora
Belum, Ma. Mungkin bulan depan. Aku belum dapat izin cuti.
Risma
Iya, aku sabar, Ayah...
Tapi kalo malam... hujan... aku nggak kuat kadang. Terlalu sepi.
Tora
Hahaha, pingin dibelai ya?
Tora
Sabar ya sayang, bentar lagi juga Ayah pulang. Nanti Ayah belai sampe Mama ketawa-tawa sendiri.
Risma
Kalo nanti udah nggak kuat, boleh aku minta peluk lewat telpon?
Tora
Boleh. Tapi nggak bisa selembut pelukan asli Ayah.
Risma
Aku tau. Makanya aku nahan, biar Ayah nggak tambah beban.
Tora
Mama bukan beban. Mama rumah. Dan Ayah rindu rumah.
Risma
Aku rindu banget. Bukan rindu yang bisa ditahan. Tapi yang menyesakkan.
Tora
Ayah juga rindu, Ma. Sungguh.
Hening. Tak ada balasan selama beberapa menit. Lalu pesan kembali masuk.
Risma
Aku peluk bantal terus tiap malam. Tapi tetap dingin. Gak ada detak jantung kamu di sana...
Tora
Simpan semua rindu itu. Nanti Ayah pulang, Mama bisa lepasin semuanya di pelukan Ayah.
Tora
Janji. Tapi jangan jatuh cinta sama bantalnya ya.
Risma
Bantalnya gak bisa ngegoda aku kayak yang muda-muda itu, kok...
Hening lagi. Tapi kali ini, berat.
Tora
Jangan main-main di belakang Ayah ya. Ayah bukan sempurna, tapi Ayah percaya penuh sama Mama.
Risma
Aku tahu. Makanya aku takut, kalau rindu ini berubah arah...
Tora
Rasa rindu bisa dibagi. Tapi cinta, jangan. Tolong...
Risma
Aku usahakan. Tapi sepi itu... kadang kejam.
Tak ada balasan setelah itu. Hening. Pesan terakhir terbaca, tapi tak lagi dibalas.
Risma tertidur dengan ponsel masih di genggaman. Di seberang kota, Tora pun terlelap dengan layar ponsel yang masih menampilkan nama istrinya.
Comments