BAB 14

“Andrian, apa aku boleh meminta sesuatu?” tanya Aurel seraya melepas pelukan mereka.

Andrian dengan perhatiannya pun menganggukkan kepalanya seraya mengusap air mata Aurel yang jatuh di pipinya.

“Apa? Aku akan mengabulkannya untukmu.”

“Aku ingin kita menikah secepatnya. Aku takut Andrian, aku sangat takut karena Ayahku meninggal dan…,” Aurel mendekat ke arah telinga Andrian. “Dibunuh oleh salah satu pemegang saham terbesar di perusahaanku.”

Andrian langsung membulatkan matanya. Dia sangat terkejut mendengar berita itu karena yang dia tahu, mendiang Ayah tiri Aurel ini meninggal karena serangan jantung. Dia tidak menyangka kalau ternyata itu semua hanya kebohongan untuk menutupi kebenarannya.

“Baiklah aku akan membicarakan ini setelah orangtuaku pulang dari luar negeri. Untuk saat ini kau harus menjaga dirimu, Sayang. Aku akan menyediakan bodyguard untukmu agar kau aman.” Kata Andrian lalu menarik Aurel kepelukannya.

Sungguh Aurel tersenyum senang mendengar itu. Bodohnya si Andrian masuk ke dalam jurang buaya yang menyeramkan. Dia sudah dibutakan oleh cinta yang dia tidak tahu kalau cinta ini akan mengundang bencana besar untuk kehidupannya.

“Bersabarlah. Aku sungguh akan menikahimu.” Ucap Andrian lalu mencium puncak kepala Aurel.

………………………………………………….

Salsa merasakan kepalanya yang pening. Dia berusaha bangun, tapi sesuatu yang mengganjal di tangannya membuat Salsa segera melirik ke arah samping. Dia lihat, Yoga tertidur di samping ranjangnya.

“Yoga,” Salsa menyentuh punggung Yoga yang tertidur, tapi sayang dia terlalu lemah hingga Yoga sendiri tidak begitu mendengarnya.

“Salsa, kau sudah bangun,” suara lain dari ambang pintu membuat Salsa tak enak hati. Dia lihat Nayla membawakan makanan untuknya.

“Aku baru saja menghangatkan bubur untukmu. Kau begitu betah pingsan sampai kami semua khawatir.” Ucap Nayla dengan senyumnya sementara Salsa pun menarik tangannya yang Yoga genggam erat.

Nayla yang akan menaruh bubur di nakas pun sedikit melirik ke arah tangan Yoga dan Salsa. Nayla tidak bisa pungkiri kalau pria yang dia cinta memang masih sangat mencintai orang lain.

“Jam berapa sekarang? Maaf aku membuatmu repot.”

“Ini sudah sore. Kau sungguh hampir seharian tertidur, tapi Dokter bilang kau hanya kelelahan. Aku rasa, kamu harus mengurangi kegiatanmu atau jangan terlalu banyak memikirkan sesuatu. Kau terlihat seperti murung dan punya masalah dua hari ini. Apa kau tidak mau menceritakannya padaku?” ucap Nayla dan Salsa lagi-lagi teringat kecelakaan beberapa hari yang lalu bersama Andrian.

Dia memang terlalu memikirkan soal itu. Bahkan sampai tidak sadar kalau nafsu makannya pun ikut turun.

“Aku tidak apa-apa Nayla. Mungkin benar aku kelelahan saja.”

Nayla pun tersenyum, tapi sekali lagi matanya tidak bisa berhenti melirik ke arah Yoga yang tertidur. Salsa yang memang tahu perasaan Nayla pun segera mencoba mencari topik lain.

“Lalu apa Dokter memberikanku obat?”

Nayla pun mengangguk. “Dokter David bilang harus meminumnya sampai habis dan jangan lupa istirahat yang banyak.”  Ucap Nayla seraya mengambilkan bubur dan juga obat-obatan milik Salsa.

“Kalau gitu aku ke kamar ya. Ada kerjaan yang tadi aku tinggal. Jadi, aku bawa ke rumah.” Kata Nayla membuat Salsa semakin merasa bersalah.

Nayla pergi dengan berat hati dan setelah kepergian Nayla. Yoga pun bangun dari tidurnya. Salsa menghela nafas beratnya. Dia tahu kalau Yoga pasti mengelabui Nayla. Dia pasti menghindari Nayla.

“Kau sudah bangun?” tanya Yoga.

Salsa pun mengangguk dan mengaduk bubur yang tadi Nayla berikan untuknya.

……………………….

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENNYA^^

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***