BAB 8

Aurel baru saja keluar dari lift.  Dia melihat Jane,  sekretaris kekasihnya itu membawa sesuatu.

"Heii, apa itu untuk Andrian?"

Jane menganggukkan kepalanya.  "Iya Mbak, Ini untuk Pak Andrian. "

"Sini biar saya yang bawa," kata Aurel mengambil kesempatan di dalam kesempitan.  Akhirnya kebetulan sekali dia bisa menaburkan isi obat yang bisa membakar gairah Andrian.

"Oke Mbak.  Terima kasih." Ucap Jane seraya berlalu.

Aurel pun segera memperhatikan gerakan Jane yang kembali mulai duduk di bangku kerjanya.  Wajahnya tertutup dengan komputernya dan Aurel mulai mengeluarkan sebuah obat dari sakunya.  Dia membuka kapsul tersebut dan membiarkan bubuknya larut di dalam coklat hangat milik Andrian.

"Waktunya beraksi," batin Aurel.

Dia pun masuk ke dalam ruangan kekasihnya dengan senyuman semringah.

"Sayangg ,i'm coming," ucapnya mendorong pintu ruangan dengan punggungnya dan tangannya sibuk membawa nampa makanan-minuman milik Andrian.

"Aurel, " Andrian sedikit terkejut karena kekasihnya yang membawa pesanannya.  Dia pun segera bangun dari baringannya di atas sofa lalu menerima nampan yang Aurel bawa dan dia taruh di atas meja.

"Kau sedang tidak enak badan? " tanya Aurel segera memijat-mijat punggung Andrian.

"Tidak juga sih.  Hanya sedang pusing dengan pekerjaan." Bohongnya.

"Oh ya???  Kalau begitu minum dulu ini, Sayang." kata Aurel menyodorkan segelas coklat hangat yang tadi dia sudah campurkan dengan obat.

"Terima kasih," ucap Andrian tersenyum.  Dia senang,  setidaknya ada Aurel di sini yang bisa sedikit menyingkirkan Salsa di otaknya.

Aurel mulai menempel di bahu Andrian,  lalu mempermainkan jari lentiknya di atas dada kekasihnya.  "Kamu udah liat hasil lab kemarin?"

Andrian yang sedang minum langsung merasa tidak enak sekali harus membahas ini.

"Kau tahu? Aku mencintaimu tanpa memandang kekuranganmu.  Bagiku,  kau adalah kau.  Aku sangat bahagia hidup denganmu."

Andrian yang mendengarnya entah harus bahagia atau apa, tapi menerima kenyataan bahwa dirinya mandul adalah hal yang tidak semua orang bisa terima.

"Apakah kau tidak keberatan jika nantinya aku tidak bisa membuatmu hamil, Sayang?" tanya Andrian pada Aurel.

Aurel menggelengkan kepalanya mantap sekali.

"Tentu saja tidak.  Aku sungguh siap dengan segala konsekuensinya.  Menurutku, kebahagianmu adalah kebahagianku. "

Andrian tidak bisa mengatakan apapun saat ini.  Dia benar-benar terlena dengan kata-kata dan mimik wajah Aurel yang sangat meyakinkan dirinya.  Meski begitu,  Andrian cukup sedih tidak bisa mempunyai anak.  Dia juga tidak bisa membuat Aurel hamil.  Apalagi kebahagiaan wanita ketika bisa melahirkan anaknya dari rahim sendiri adalah kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan oleh apapun.  Jika ada wanita yang bisa menerima dirinya yang mandul apa adanya.  Apakah harus Andrian sia-siakan?

"Terima kasih.  Sore nanti kita akan memilih cincin pertunangan kita,  Sayang dan jangan lupa kalau hari ini kamu akan ke rumahku juga." Ucap Andrian.

Aurel pun menganggukkan kepalanya.  "Tentu saja,  mana mungkin aku lupa." Aurel mengecup pipi Andrian dan tiba-tiba Andrian merasakan hawa panas yang membuatnya ingin segera membuka bajunya.

Aurel pun tersenyum.  Dia rasa,  Andrian sudah mulai merasakan efek dari obatnya. Aurel pun mulai bersiap-siap kalau dirinya bisa kapan saja Andrian terjang layaknya singa mengamuk. Uhh, Aurel sungguh menunggu waktunya.

"Sayang,  hhh akuhh," Andrian menggerakkan kerah bajunya.

"Kenapa Sayang??" tanya Aurel pada Andrian.

"Tidak ta-hu ke-na-pa. Tu-buhku terasa panas seka-li. " Ungkap Andrian seraya melirik ke arah AC yang menyala.  Lalu dia memeriksakan remote AC ruangannya yang menunjukkan angka 16.  Merasa kepanasan,  Andrian segera menekannya hingga ke nomer yang paling kecil dan ya Tuhan...,

............................

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENNYA^^

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***