Malam itu, Mila menyelinap keluar dari Paviliun Anggrek. Ia mengendap melalui jalur kecil menuju taman belakang istana, tempat yang menurut ingatannya sering sepi dari pengawasan.
Di sinilah Qianru biasa menangis. Namun malam ini, tempat itu tidak kosong. Karena ada seseorang sedang berdiri di bawah pohon plum, menatap langit.
Pria muda dengan jubah hitam berbordir emas. Rambut panjangnya terikat rapi, dan wajahnya memancarkan aura dingin dan misterius. Cahaya rembulan menyoroti siluetnya.
Qianru refleks mundur, tapi ranting kering di bawah kakinya patah.
KREK....
Pria itu menoleh. Tatapan matanya tajam seperti pedang.
“Siapa di sana?” seru pria itu dingin
Qianru gugup. Ia tidak tahu siapa pria ini, tapi jelas dia bukan pelayan biasa. Suaranya berwibawa, penuh otoritas.
“Aku hanya… tidak bisa tidur.” jawab Qianru jujur namun penuh kehati-hatian.
Pria itu melangkah mendekat. Dalam cahaya rembulan, wajahnya terlihat jelas. Tampan. Tegas. Tapi bukan tampan manis, melainkan dingin dan tidak bisa didekati.
“Aku tidak tahu selir mana yang berani berkeliaran malam-malam tanpa izin. Tapi aku tidak buta.” Ia memicingkan mata.
“Kau Selir Qianru, bukan?” tanya pria itu
Qianru terdiam.
"Tak disangka, selir yang katanya seperti hantu istana, sekarang berani menyelinap keluar malam-malam," gumamnya, kini terdengar agak penasaran.
Qianru menatap pria itu tanpa gentar. “Karena hantu tidak punya rasa takut. Tapi manusia yang pernah mati… akan tahu bahwa hidup itu tidak layak dijalani dengan merangkak.”
Pria itu terdiam. Sorot matanya berubah. Ada sedikit ketertarikan. Entah karena jawabannya, atau keberanian Qianru berbicara blak-blakan.
“Menarik,” katanya.
“Kau tidak seperti laporan yang beredar.” ujar pria itu
“Dan siapa kau?” tanya Qianru penasaran.
Pria itu hanya tersenyum samar. “Aku? Seseorang yang terlalu sering dikhianati untuk percaya siapa pun. Tapi mungkin malam ini… aku akan membuat pengecualian.”
Sebelum Qianru sempat bertanya lebih jauh, pria itu menghilang begitu saja dalam gelap.
Dan barulah beberapa saat kemudian, saat dayang tua panik mencarinya dan membawa Qianru kembali ke paviliun, Qianru tahu siapa yang baru saja ia temui.
Kaisar Xuanlie.
...----------------...
Keesokan harinya, kabar tentang pertemuan diam-diam Selir Qianru dengan Kaisar menyebar bagai api menyambar jerami. Walau tidak ada yang melihat langsung, entah bagaimana, rumor itu muncul di koridor istana dalam waktu singkat.
“Katanya Selir Qianru berbicara langsung dengan Yang Mulia di taman belakang…” ujar salah satu pelayan bergosip
“Mana mungkin! Qianru? Yang tak pernah dipanggil ke ruang tidur Kaisar sekalipun?” ujar yang lainya
“Sshh! Jangan sebut nama beliau sembarangan! Siapa tahu sekarang dia sedang naik daun!” ujar salah satu pelayan yang baru datang. Lalu mereka semua terdiam
Di balik pintu, Qianru mendengar semuanya. Tapi alih-alih panik atau khawatir, ia justru tersenyum tipis. Ia tahu betul, dalam istana ini, kekuatan bukan ditentukan oleh darah, melainkan oleh persepsi. Dan hari itu, persepsi tentang dirinya telah berubah.
Sore itu, ia meminta dayang tua kepercayaannya—Nenek Zhao—untuk mencarikan kain terbaik dan menyulap paviliunnya menjadi tempat yang lebih hidup. Bunga plum diganti dengan anggrek wangi, tirai-tirai kumal diganti dengan kain sutra putih. Ia bahkan meminta satu meja belajar, lengkap dengan tinta dan kuas kaligrafi.
“Untuk apa semua ini, Selir?” tanya Nenek Zhao.
“Aku akan membaca dan mencatat, belajar tentang kerajaan ini, politiknya, sejarahnya, bahkan silsilah keluarga Permaisuri.” Qianru memutar kuas di jari-jarinya.
“Jika mereka bermain di papan catur, maka aku harus tahu di mana bidak-bidaknya.” jelas Qianru
“Tapi… bukankah Anda hanya seorang selir biasa?” ujar Nenek Zhao hati hati
Qianru menatap tajam. “Itu dulu. Tapi sekarang, aku Qianru. Aku hidup kembali dengan tujuan.”
Dan itu membuat Nenek Zhao terdiam lalu pergi mengerjakan semua yang di ingin kan oleh selir Qianru
---
Seminggu kemudian, sebuah undangan tiba dari istana utama, yang berisi :
Selir Qianru diundang menghadiri jamuan kecil bersama Kaisar dan beberapa pejabat.
Sontak, semua dayang di Paviliun Anggrek geger. Mereka belum pernah melihat Qianru diundang dalam acara resmi. Bahkan, mereka sempat mengira itu salah kirim.
Namun Qianru hanya menatap undangan itu dengan tenang.
Ia mengenakan pakaian selir berwarna biru gelap, dengan bordiran awan emas. Rambutnya digelung elegan, dihiasi hiasan sederhana dari batu safir—bukan yang paling mewah, tapi cukup mencolok untuk menunjukkan perubahan.
( sumber gambar dari pinterest)
Ketika ia masuk ke aula, semua mata menoleh. Memandang Qianru tanpa berkedip.
Beberapa pejabat berbisik, sebagian selir lain menatap dengan sinis.
Tapi Qianru tidak gentar. Ia berjalan tegak, wajahnya tenang, bibirnya tersenyum tipis. Ia duduk di tempatnya sesuai pangkat, tak terlalu dekat dengan Kaisar, tapi cukup terlihat dari sudut pandang beliau.
Dan ketika Kaisar Xuanlie memasuki ruangan, matanya langsung tertuju pada satu titik.
Qianru.
Mereka hanya saling bertukar tatapan sebentar. Tapi itu cukup untuk membuat detak jantung banyak orang bertambah cepat.
Selama jamuan, pembicaraan mengarah pada masalah kelaparan di provinsi barat. Para pejabat mulai bersuara, tapi tak ada solusi konkret. Dan saat suasana mulai stagnan, suara jernih terdengar dari sisi para selir.
“Yang Mulia, bolehkah hamba ikut bicara?” tanya Qianru lembut tapi tegas
Semua terdiam. Seorang selir—yang bahkan tak punya gelar bangsawan—berani buka suara dalam forum resmi?
Kaisar menatapnya, tertarik. “Silakan.”
Qianru bangkit perlahan. “Menurut hamba, masalah utama bukan pada distribusi makanan, tapi pada pejabat lokal yang memanipulasi laporan panen. Jika Yang Mulia mengizinkan, hamba bisa menyusun daftar pejabat yang memiliki kaitan dengan klan Ning dan mencocokkannya dengan data bencana alam selama tiga tahun terakhir.”
Pejabat tinggi mendelik. “Apa maksudmu menuduh klan Ning?”
Qianru tersenyum sopan. “ Saya tidak menuduh. saya hanya menawarkan fakta untuk diperiksa. Jika ternyata tidak ada hubungannya, tentu saja saya akan meminta maaf.”
Kaisar menyipitkan mata, lalu tertawa ringan. “Menarik. Selir Qianru, kau benar-benar telah berubah.”
“Karena hamba sadar, hidup hanya sekali… meski itu adalah hidup kedua.” jawab Qianru
---
Perjamuan sudah usai. Malam itu, Mila berdiri di balkon, menatap bintang-bintang yang bertabur di langit istana Cine. Angin malam menyapu wajahnya, membawa wangi bunga dan suara kecapi dari paviliun lain.
Ia tahu, jalan di depannya tidak akan mudah. Ia telah menantang klan Permaisuri. Telah menunjukkan dirinya di hadapan pejabat tinggi. Dan lebih dari itu—telah memancing rasa ingin tahu Kaisar.
Tapi justru itu yang ia cari.
“Jika aku diberi hidup kedua… maka aku akan menjadikannya milikku. Aku bukan lagi Mila yang lama. Bukan juga Qianru yang lemah. Aku akan menjadi—”
Ia menggenggam kain bajunya erat.
“Pemain utama dalam istana ini.” ucap Qianru pada dirinya sendiri.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Lala Kusumah
semangat Qianru 💪💪😍😍
2025-05-22
0
Erna Fkpg
menarik... lanjut thor
2025-05-19
0
Pakde
lanjut
2025-05-16
0