³ Roti Tawar

Udah mandi, udah wangi, udah ganteng, aku bersiul-siul sambil menyisir rambut ku di depan kaca lemari. Hari ini adalah hari pertama aku masuk kerja. Harus full senyum, harus semangat.

Iya, setelah lelah mencari pekerjaan ke sana sini, aku akhirnya mengikuti tawaran Bambang-teman sekolahku beberapa hari yang lalu. Tak apa lah jadi tukang ojek online, yang penting halal, ye 'kan?

Bambang membantuku daftar driver gojek sebagai mitra pengemudi motor. Dia juga bekerja di sana, jadi aku tinggal mengikuti jejaknya.

Tuhan itu maha baik, selalu membuka jalan untuk hambanya yang mau berusaha. Buktinya, jalanku untuk mengais rezeki aja di permudah seperti ini.

"Rif, Emak mau nyuci piring bentar." Lu jaga warung dulu, bisa kan?"

"lya, Mak. Aku juga agak siangan aja nariknya. Sambil menyiapkan mental dulu. Haha."

Aku duduk pada kursi kayu yang ada di dalam warung sambil memainkan gawai.

"Loh, Bulek Siti mana, Rif?" Suara Mbak Rifani mengalihkan perhatianku. Wanita itu sudah berada di teras warung kelontong.

"Itu, lagi nyuci piring" jawabku sedikit grogi, ingat apa yang sempat terpikirkan di otakku tadi.

Kali ini, Mbak Rifani memakai pakaian yang lebih tertutup. Namun, aku masih belum berani memandangnya lama-lama, takut nganu lagi.

"Oh, hmmm." la pun terlihat ragu untuk menyampaikan apa yang ada di benak nya.

Gak mau terjebak dalam kekikukan, aku pun berusaha berbicara dengan nada yang biasa saja.

"Emang mau nyari apa, Mbak?"

"Itu, anuu ... eee.."

"Di sini gak jualan anu loh Mbak. Hehe," candaku.

"Hehe... bisa aja kamu. Itu mau beli roti tawar."

Aku pun mengambilkan barang yang di maksud Mbak Rifani dan mengulurkan roti berbentuk lembaran kotak-kotak tersebut padanya.

"Eh, bukan itu maksudku. Itu yang itu loh." Mbak Rifani menudingkan jarinya, mengarah ke kaca etalase bagian bawah.

"Eh, ada Neng Rifani." Emak tersenyum lebar menyambut Mbak Rifani, sementara matanya mendelik ketika menoleh ke arah ku.

"Sudah minggir sana. Biar emak aja yang mengambilkannya."

"Oke deh." jawab ku, sambil menggaruk kepala yang enggak gatal dan menyeret langkah ke belakang.

Namun karena penasaran, aku mengintip lewat ruang tengah yang terhubung dengan warung.

Apa yang di ambil Emak, membuatku melongo.

Emak mengambil barang yang terbungkus dengan kemasan bergambar daun sirih dari etalase bagian bawah. Oalah, Mbak Rifani tadi mau beli itu toh, pantesan saja malu, tapi kok menyebutnya roti tawar sih.

Apa makna roti tawar sekarang udah bergeser semakin luas?

"Yang sayap atau yang kagak, Neng?"

"Yang sayap, Bulek. Saya nggak bisa kalau nggak sayap," jawab Mbak Rifani dengan tutur kata sopan sambil mengulas senyum.

"Loh, kok sama dengan aye dulu. Aye juga kagak bisa make yang kagak ada sayapnya, suka geser ke samping kalo kagak di sayapin. Kalo sekarang sih, udah kagak pernah make lagi, udah tuwir hehe."

Mbak Rifani hanya menanggapi guyonan Emak dengan senyum sumringah. Sesekali matanya melirik ke belakang bagian bawah. Mungkin dia takut kalo tinta merahnya merembes. Dasar Emak gak peka, malah ngelama-lamain transaksi jual belinya.

Aku terkekeh sambil masuk kamar, mengambil seperangkat alat kerja-Jaket dan helm yang warnanya serba hijau. Ketika aku keluar, Mbak Rifani sudah gak ada di sana. Mungkin dia terburu-buru, takut kalau tamunya menjelajah ke mana-mana.

"Mak, aku berangkat dulu. Minta doanya, nggih."

Ku cium punggung tangan Emak penuh takzim. Walaupun aku ini anak yang pemalas dan sering bandel, tapi aku selalu di ajari untuk selalu hormat pada orang tua. Katanya, surga seorang anak itu ada di kaki orang tuanya. Ada rasa haru ketika Emak tiba-tiba memeluk dan mengelus punggungku,

"Kerja yang bener, kagak usah neko-neko. Jangan lupa sembahyang tepat waktu, kagak perduli sesibuk apa, utamakan sembahyang."

"Enggih, Mak." Ku rapatkan pelukan untuk Emak sebelum menyudahi kegiatan mellow ini.

"Loh, Emak kenapa nangis?"

"Kagak, emak cuma pilek aja, kok."

Emak selalu menunjukkan ketegarannya. Gak mau terlihat rapuh di hadapan orang lain, bahkan di hadapan anaknya sendiri.

➖➖➖➖➖➖

[Lu di mana?]

Sebuah pesan masuk ke aplikasi hijau.

[Di pertigaan deket SMA Citra]

➖➖➖➖➖➖

Gak lama setelah pesan ku kirim, sebuah motor berbelok dan parkir di samping kuda besiku.

"Halo brow," sapa pengemudi motor tersebut sambil mengangkat tangan kanan nya.

"Hai." Genggaman tangan kami beradu, salam sapa'an ala cowok.

"Cepet banget lu nyampek nya?" tanyaku penasaran.

Pasalnya, Bambang baru saja mengirim pesan dan menanyakan keberadaan ku, eh tiba-tiba sudah nongol aja di sini. Jangan-jangan dia menyewa pintu kemana sajanya doraemon lagi.

"Iya, tadi kebetulan lagi nganter penumpang ke SMA Citra. Trus langsung aja ke sini, setelah dapat balasan chat dari lu."

"Sekolah?" Aku mengernyitkan alis.

Apa iya, anak sekolahan jam segini baru berangkat? Ku lirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Sudah pukul 08.30.

"Nggak, ibu-ibu tadi yang ke sana. Kayaknya sih, lagi dapat panggilan dari sekolahan, wajah nya tegang banget."

"Oalah...." Aku manggut-manggut.

"Btw, udah dapat berapa order lu tadi?"

"Lumayan, udah dapat satu. Hehe." Aku nyengir kuda.

"Akan lebih lumayan lagi, kalo lu tau triknya."

"Trik?"

"Iya, trik. Selain rajin mangkal di beberapa kawasan strategis penumpang, driver juga kudu paham waktu-waktu potensialnya. Misalnya aja kayak lu gini. Iya, tempatnya strategis, di deket sekolahan, tapi 'kan belum waktunya mereka pulang. Jadi, mereka belum butuh jasa lu."

"Hmm, iya juga yaa."

"Kalo jam segini sih, enaknya nongkrong di sekitar pasar. Pemanasan, boncengan emak-emak dulu, biar nggak grogi pas bonceng ciwi-ciwi sekolahan nanti. Haha."

"Dasar lu, sejak dulu pikirannya cewe mulu. Haha." Kami tergelak bersama.

Bambang adalah teman sekelas ku sejak kelas sepuluh. Meski dulu kami gak begitu dekat, tapi sedikit banyak aku tahu tabiat buruknya. Suka ngerentengin cewek. Setiap tikungan ada.

'Sebaik-baiknya manusia, pasti ada sisi jeleknya, dan seburuk-buruknya manusia, pasti ada sisi baiknya juga.'

Sepertinya aku harus memercayai kata-kata tersebut. Buktinya Bambang aja, mau membantuku tanpa mengharap imbalan, padahal dulu 'kan aku bukan bestie nya.

Lagian, mengharap imbalan apa? Orang, untuk beli paket data aja aku masih suka minta uang Emak. Duh, betapa menyedihkannya aku. Masih nyusahin orang tua.

"Oh iya, jangan lupa mendaftar sebagai driver pada dua atau tiga perusahaan jasa ojek online. Dengan gitu, lu akan ada beberapa aplikasi yang bisa di gunain. Misal ada tiga aplikasi ojek online yang aktif di hape, maka peluang dapat order lebih besar karena ada tiga aplikasi tersedia. Namun, perlu di perhatiin, saat udah dapet order di satu aplikasi, maka matikan dulu dua aplikasi lainnya, biar lebih aman." Bambang memberitahu banyak hal.

"Thanks ya, brow."

"Sans."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!