"Selamat siang Nona," kata Judy memberi hormat.
"Selamat siang Judy," kata Bella yang hari ini sangat senang mendapatkan begitu banyak hadiah, terutama karena dia bisa melihat dunia.
"Saya datang kemari untuk menemani Nona, apakah hari Ini Anda ingin pergi kesuatu tempat?" kata Judy dengan sopan.
"Sebenarnya ada tempat yang aku ingin kunjungi," kata Bella tesenyum sumringah.
"Baiklah, mari kita pergi ke sana," kata Judy.
Mereka lalu melaju pergi ke tempat yang di inginkan Bella, Bella ingin pergi ke mall, dulu saat di kastil dia punya seorang pelayan yang menceritakan padanya bagaimana dia bisa bebas untuk jalan-jalan ke Mall, dan semenjak itu Bella selalu penasaran dengan hal itu, sebagai putri dia hanya akan bebas setelah menikah, tapi kebebasannya pun tidak akan sebebas dia sekarang, dia hanya boleh keluar jika pergi dengan suaminya, dan itu tidak akan menyenangkan juga.
Bella menginjakkan kakinya pertama kali ke salah satu mall terdekat dari rumah sakit itu, Bella begitu takjub, mall itu sangat besar, dengan dekorasi, toko-toko yang menghiasi, dan semuanya, bahkan hiruk pikuk ramainya di sana membuat Bella kagum, dia beberapa kali terlihat sangat takjub, namun ketika dia sadar, dia kembali menjaga sikapnya.
Pertama kali melihat lift dan eksalator membuatnya tambah takjub, tangga itu bisa bergerak naik atau turun sendiri, sedangkan lift, dia hanya tinggal masuk, menekan tombol, voalah..dia sudah sampai di lantai yang dia mau, benar-benar pengalaman yang menyenangkan baginya.
Bella lalu berjalan-jalan kembali melihat sekelilingnya, seolah seluruh mall itu adalah taman bermain baginya, Judy yang memperhatikan gelagatnya terkadang hanya bisa tersenyum. Bella berjalan terus, lalu dia berhenti di sebuah toko boneka, di etalasenya terpanjang boneka teddy bear yang sangat imut, ukurannya hampir sama dengan dirinya, gendut dan mengemaskan. Bella menatap boneka itu, pikirannya terbang jauh ke 20 tahun yang lalu, ada potongan-potongan kenangan yang masih tertinggal di kepalanya.
Ibunya pernah membawanya ke pusat perbelanjaan, dia ingat, tempatnya tak semegah ini, namun di sana juga ada toko mainan yang menjual teddy bear, teddy bear itu juga tak sebesar ini, Bella merengek agar ibunya membelikannya, namun karena mereka bukan orang yang bekecukupan, ibunya hanya tersenyum dan berjanji akan menbelikannya, sekarang bahkan dia bisa membeli seluruh teddy bear yang ada di toko itu, tapi...dia tidak bisa bersama ibunya lagi, ya…dia ingat, ibunya juga punya mata yang sama dengannya.
Bella menatap pantulan dirinya di kaca etalase itu, dia tidak bisa melihat matanya karena tertutup oleh kaca mata hitam yang sama sekali tidak di bukanya dari rumah sakit, selain itu dia juga mengunakan masker yang di beri oleh Judy agar dapat menutupi identitasnya.
Ibu, di mana kau kesekarang? Apakah kau masih mengenaliku jika aku begini? Aku sudah bebas, bu? Apakah aku bisa bertemu denganmu lagi nanti?.
Tanpa sadar air matanya mengalir, dia sangat merindukan ibunya, sejak kecil dia hanya berdua dengan ibunya, ayahnya tak pernah dia tahu ke mana, dia ingat ibunya bekerja keras untuk membiayainya, namun … sekarang Bella bahkan tidak tahu dia ada di mana.
Ya, Benar, Aksa tahu di mana ibunya, dia harus menanyakan di mana ibunya pada Aksa, bukannya dia mengancamnya dengan ibunya dulu? ya! Aku harus menanyakannya, kata Bella dalam hati sambil menghapus air matanya.
"Selamat siang, Mika," kata seseorang, suara itu dari belakang Bella, Bella lalu melihat ke belakang, siapa yang mengenalinya, padahal dia sudah mengunakan kacamata dan masker.
Bella melihat Daihan dengan tampannya berdiri dibelakangnya, seorang pria juga ada belakang Daihan, berdiri bersebelahan dengan Judy, sepertinya asistennya.
"Kakak, bagaimana ada di sini?" kata Bella, dia membuka maskernya agar leluasa berbicara.
"Hanya sedikit melakukan pekerjaan di sini," kata Daihan tersenyum manis dan hangat.
"Bekerja? Kau bekerja di sini?" kata Bella dengan polosnya.
"Nona, Mall ini milik keluarga Tuan Daihan," kata Judy menjelaskan, Bella terkejut mendengarnya. Ternyata Daihan juga orang kaya.
"Mall ini milikmu?" kata Bella tidak percaya.
"Punya keluargaku, bukan punyaku, aku hanya bekerja di sini," kata Daihan dengan rendah hati.
"Wow, tempat ini sangat bagus," kata Bella masih tak percaya.
"Tidak sebagus punya Angga," kata Daihan lagi.
"Hah, Angga punya Mall juga?" kata Bella tambah tak percaya.
"Yah, dia punya, dia punya 3, dia juga punya hotel, rumah sakit, dan sekolah, bahkan dia punya stasiun televisi sendiri, apa kau tidak tahu?" kata Daihan menjabarkan.
Bella tak bisa menjawab, dia hanya mengeleng-gelengkan kepalanya, dia tidak tahu ternyata Angga benar-benar konglomerat, pantas saja dia dengan mudah memberikan Bella uang, uang segitu baginya tidak ada apa-apanya.
"Haha, kau lucu sekali, ehm, aku rasa mengobrol disini tidak akan baik untukmu, aku juga agak terganggu dengan kaca matamu, kita pergi makan siang, mau?" kata Daihan yang memandang Mika, merasa gadis ini sangat imut sekarang.
"Baiklah," kata Bella lagi.
"Ayo, aku tahu di mana kita bisa makan dengan nyaman di sini," kata Daihan.
Daihan mengajak Bella ke sebuah restauran di bagian paling atas Mall tersebut, dia lalu memerintahkan untuk menutup restauran dan hanya melayani mereka saja. Daihan lalu mengambil tempat paling sudut, di mana mereka dapat melihat seluruh pemandangan kota dari sana. Bella yang melihat itu tentu langsung takjub. Daihan hanya tersenyum manis melihat tingkah Bella.
"Kau belum pernah melihat pemandangan kota ya?" kata Daihan setelah mereka selesai memesan makanan.
" Ya, ini pertama kalinya aku melihat keadaan kota, 20 tahun terkurung hanya bisa melihat gunung dan pohon," kata Bella yang mulai menjaga sikapnya.
Daihan lalu tersenyum sedikit kecut, membayangkan bagaimana rasanya terkurung 20 tahun lamanya tanpa keluar sama sekali, tapi ternyata dia tidak sanggup membayangkannya. Daihan lalu memperhatikan wajah Bella, ada yang bebeda.
"Aku rasa kemarin kau tidak punya tahi lalat di bawah matamu," kata Daihan.
"Iya, tadi pagi Angga menyuruh dokter untuk membuang semua tanda lahirku, dan membuat tahi lalat di bawah mataku agar sama dengan Mika," kata Bella menjelaskan, Daihan kembali terdiam, seharusnya Angga tak perlu melakukan itu bukan?.
"Apa ini memang kemauanmu untuk menjadi Mika?" kata Daihan lagi.
"Ya, selama aku bisa membalas Aksa akan aku lakukan apapun itu," kata Bella, guratan dendam terlihat di matanya.
"Jika kau membalas dendam, bukannya itu tandanya kau sama jahatnya dengan mereka?" kata Daihan menatap serius namun lembut pada Bella. Bella terdiam … kata-kata itu sedikit menusuk perasaannya.
"Aku tidak peduli, aku hanya ingin mereka merasakan sakitnya, sakitnya memperjuangkan namun ternyata sama sekali tidak di anggap," kata Bella mengepalkan tangannya. Daihan bisa menangkap emosi itu di mata Bella yang indah. Dia tidak bisa memaksa, dia tahu, kalau dia memaksanya, Bella akan merasa tidak nyaman padanya, dan dia tidak mau hal itu terjadi.
"Ehm, ada hal yang ingin kau tanyakan?" kata Daihan.
"Oh, tapi berjanjilah kakak tidak akan tertawa atau mengejekku," kata Bella yang teralihkan emosinya.
"Baiklah, aku berjanji padamu," kata Daihan lembut.
“Bisa mengajariku bagaimana mengunakan ini?" kata Bella menyodorkan handphone yang diberikan Angga tadi. Daihan mengerutkan dahinya, melihat kearah Bella yang tersenyum berharap, Daihan jadi tesenyum hampir tertawa.
"Tuh kan, kakak sudah berjanjii tidak akan menertawakanku," kata Bella sedikit dengan wajah cemberut, Daihan memperhatikan Bella, gadis ini sebenarnya sifatnya manja dan ceria, namun karena tekanan hidup, dia jadi gadis suram yang penurut. Melihat tingkah Bella yang cemberut, Daihan makin menyukainya.
"Maafkan aku, aku akan mengajarimu," kata Daihan tersenyum lembut.
"Baiklah, aku maafkan," kata Bella lagi.
"Tapi kita makan dulu ya," kata Daihan
"Iya kak, " kata Bella.
Tak lama makanan mereka datang, lalu mereka makan dengan diam. Setelah makan, sesuai janjinya Daihan mengajari Bella mengunakan ponselnya, Bella mendengarkannya dengan seksama, karena dia memang gadis yang cerdas, hanya sekali di ajari dia bisa langsung mengerti. Daihan dengan sabar memberitahukan satu per satu fitur yang ada di handphone Bella, sesekali mereka bercanda, Bella banyak tertawa karenanya, membuat Daihan makin terpana melihat Bella, Gadis ini benar-benar berbeda, tak terasa mereka di sana hingga sore menjelang.
"Ok, itu semua yang harus kau ketahui, mudah bukan?" kata Daihan
"Ya, sekarang aku benar-benar menyesal sekarang menghabiskan 20 tahun hidupku tanpa mengerti hal ini, ini sangat menyenangkan, bisa berkomunikasi, bermain game, mendengarkan musik, bahkan memfoto diri kita sendiri," kata Bella senang.
"Ya, benar, aku sudah memasukkan nomorku di sana, aku juga sudah punya nomor mu di handphone ku," kata Daihan sambil mengoyang-goyangkan handphonenya.
"Ya, aku akan sering menghubungimu, kak, jadi biasakan lah," kata Bella lagi dengan gayanya yang imut.
"Pasti, kalaupun kau tidak menghubungiku, aku yang akan menghubungimu," kata Daihan lagi.
"Haha, aku senang sekali hari ini, maafkan dengan sikapku."
"Tidak apa-apa, tak perlu sungkan, aku sangat menyukai tawamu," kata Daihan begitu lembut, membuat Bella menatapnya, seakan ada sesuatu yang tersirat di kata-kata Daihan, Bella bisa merasakannya, tapi dia segera menepisnya.
"Terima kasih kak," kata Bella dengan senang, dia lalu meminum minumannya, segelas jus strawberry, saat dia meminumnya wajahnya langsung keasaman. Daihan memperhatikan itu.
"Apakah begitu asam?" Tanya Daihan.
"Sebenarnya tidak terlalu, aku hanya tidak menyukainya," kata Bella menjelaskan.
"Tidak suka, lalu kenapa memesannya?" Kata Daihan penasaran.
"Karena tadi pagi Angga bilang Mika suka strawberry, jadi aku ingin membiasakan diri untuk meminumnnya," kata Bella menjelaskan sambil menatap Daihan. Daihan menekuk dahinya.
"Mika juga tidak terlalu suka strawberry, yang aku tahu dia suka adalah coklat mint, dia suka itu terutama minuman, " kata Daihan.
Bella segera tampak sedikit keheranan, bukannya tadi pagi Angga bilang Mika suka dengan Strawberry, tapi kenapa Daihan mengatakan dia suka coklat mint, lalu mana yang benar?.
Tiba-tiba handphone Bella berbunyi, dia melihat kearah layarnya, Angga meneleponnya, Daihan pun bisa melihat itu. Bella dengan cepat langsung mengangkat panggilan telepon itu.
"Halo?" kata Bella pelan.
"Kau ada di mana?" kata Angga terdengar dingin.
"Aku sedang di Mall milik kak Daihan, aku juga sedang bersamanya," jawab Bella.
"Aku akan menjemputmu ke sana, tunggu aku di lobby dalam 15 menit," perintah Angga.
"Baiklah," kata Bella lagi.
Setelah itu sambungan di putus oleh Angga, Daihan melihat ke arah Bella.
"Dia akan datang?" kata Daihan menebak.
"Ya, dia ingin aku ada di lobby dalam 15 menit, Maafkan aku kakak, tapi aku harus ke sana," kata Bella sedikit muram karena kesenangan ini akan berakhir.
"Tidak apa-apa, kita masih bisa berhubungan dari Handphone kan?" kata Daihan tersenyum lembut sambil mengelus kepala Bella, Bella memperhatikan Daihan, hatinya sedikit nyeri karena hal ini malah membangkitkan kenangannya bersama Aksa yang dulu juga sering melakukan hal ini padanya, hingga membuatnya menyukai Pria kejam itu.
"Ya, kita bisa berhubungan dengan ini, ehm… aku permisi dulu ya kak, terima kasih sudah mengajariku," kata Bella yang cangung, dia langsung berdiri dan memberi salam, lalu pergi keluar dari sana.
Daihan mengerutkan dahinya, kenapa tiba-tiba Bella begitu cangung, bahkan raut wajahnya berubah. Apa dia salah melakukan sesuatu? Pikirnya, namun dia hanya diam menatap kepergian Bella.
Bella turun bersama Judy menaiki lift, wajahnya muram, tapi untungnya tidak bisa terlihat karena kacamata dan masker yang kembali dipakainya, setelah sampai di lobby dia menunggu Angga datang. Karena perlakuan Daihan tadi hatinya jadi tak nyaman, dia tidak suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
Mimilngemil
Gawat nie...
Bisa" Daihan fall in love sama Bella
2023-12-11
0
Mimilngemil
Angga jadi terobsesi Mika hidup kembali dengan Raga Bella 😯
2023-12-11
0
Mimilngemil
😢
2023-12-11
0