'Ada waktu di mana kau bahkan tak melakukan apapun padaku, di saat itu pula aku malah terperosok terlalu dalam ke padamu, aneh bukan? tapi ya... itulah yang sekarang terjadi padaku
____________________________________________
"Aku membawanya ke sini, dia punya masalah dengan seseorang, sehingga aku harus menyembunyikannya di sini, " kata Angga juga menatap Daihan dengan serius.
"Lalu apa maksudnya dia ingin jadi Mika?"
"Aku mengizinkannya mengunakan identitas Mika, aku ingin membantunya karena menurutku dia butuh pertolongan."
"Angga, walaupun dia butuh pertolongan, bukan berarti kau bisa membuatnya menjadi Mika, dia bukan Mika, dia tidak akan bisa menjadi Mika, dia gadis lain," kata Daihan keberatan karena baginya Mika tak akan bisa tergantikan, mereka bersama sejak kecil, bagaimana Angga begitu mudahnya membiarkan seorang wanita yang entah dari mana asal-usulnya memakai identitas Mika?.
"Suaminya ingin membunuhnya, jika suaminya tahu dia masih hidup, kemungkinan besar dia akan di bunuh kembali," kata Angga menatap Daihan. Daihan terdiam kaget.
"Suami? Dia sudah punya suami?" kata Daihan lagi.
"Iya, dan kau tahu suaminya siapa?" kata Angga
"Tidak."
"Suaminya Aksa," kata Angga lagi.
"Aksa? Jangan bilang suaminya …. " kata Daihan, di kepalanya ada banyangan yang muncul dan pria dalam bayangannya itu bukan pria yang baik.
"Iya, Aksa Luthier Huxley, dia seorang Putri, Putri Alexandrite," kata Angga lagi.
"Bukannya itu hanya dongeng?"
"Aku juga kira begitu, tapi sekarang aku percaya, aku masih tidak habis pikir, di zaman modern begini mereka masih saja menculik anak-anak untuk di jadikan Putri, bukannya itu kejam?" kata Angga.
"Dia di culik?" kata Daihan tambah tidak percaya.
"Iya, dia diculik saat umur 5 tahun, ditahan di pegunungan utara, dia dididik agar menjadi seorang putri yang pantas untuk pangeran, setelah cukup umur akan dinikahkan pada Pangeran, aku bersyukur kakekku keluar dari keluarga kerajaan, kalau tidak aku punya andil dalam perbuatan tidak manusiawi itu," kata Angga menjabarkan kisah hidup Bella.
Daihan benar-benar terdiam, baginya Bella terlihat begitu lembut dan rapuh, dari wajahnya yang bisa dia amati, Bella begitu tertekan, raut wajahnya begitu sedih, walaupun dia berusaha untuk menutupinya, dan Daihan sekarang tahu, kenapa Bella bisa seperti itu.
"Karena itulah aku mengizinkan dia tinggal di sini, dan memakai identitas Mika untuk sementara, bagaimana menurutmu?" kata Angga menjelaskan, Daihan masih terdiam, menatap wajah sahabatnya dalam-dalam, dia ingin mencari kebenaran, namun selama dia bersama dengan Angga, dia bukan pria yang gegabah mengambil keputusan.
"Kalau begitu, baiklah aku setuju, tapi tetap saja, aku ingin mengatakan padamu, dia bukan Mika, dia tidak akan bisa mengantikan Mika," kata Daihan pada Angga.
"Aku tahu, kau tidak perlu khawatir."
"Bagaimana aku tidak khawatir, kau itu terlalu terobsesi pada Mika, bahkan sudah 2 tahun, kau masih saja tidak bisa melepaskannya," kata Daihan.
Angga terdiam, dia tidak merespon apapun kata-kata Daihan. Bagaimana bisa dia melupakan gadis itu?, gadis itu adalah segalanya bagi Angga, satu-satunya wanita yang pernah ada di hatinya, saat kedua orang tuanya meninggal, yang menemaninya dan orang yang ada di sampingnya hanya Mika, Mika lah yang membuat Angga bangkit dan menjadi pria seperti sekarang, dia selalu menemaninya bahkan di saat Angga bukan siapa-siapa.
"Baiklah, aku hanya ingin kau tidak terjebak dalam permainan ini," kata Daihan.
"Ya, aku mengerti," kata Angga.
"Baguslah kalau kau mengerti."
"Yah, aku harus mengecek beberapa Email, masih ada yang ingin kau sampaikan?"
"Tidak, aku akan ke dapur mengambil minuman, " kata Daihan berdiri.
"Akan ku suruh pelayan mengambilkannya." kata Angga lagi.
"Tidak perlu, aku ambil sendiri saja," kata Daihan mulai berjalan menuju kearah dapur meninggalkan Angga yang mulai fokus dengan laptopnya.
Saat dia melihat ke arah dapur dia bisa melihat Bella yang ada disana. Bella sedang mengiris beberapa bahan untuk dimasak, dia dengan cekatan memotong-motong sayur, lalu memasukkannya ke dalam wajan, dia juga dengan terampil memasukkan bumbu-bumbu yang lain, memasak adalah salah satu hal yang dia sukai, saat di kastil dia juga di ajari memasak, bahkan masakan seluruh dari seluruh belahan dunia yang memang di sukai oleh keluarga kerajaan, jadi soal memasak Bella punya keahlian yang mumpuni.
Daihan hanya menatapnya, merasa melihat Bella sangat menikmati saat-saat dia memasak, keceriaan tampak di wajahnya yang biasanya sendu. Tanpa disadarinya, Daihan jadi tersenyum melihat pemandangan indah itu.
Bella merasa ada yang memandangnya, dia lalu melihat ke arah Daihan, dia sedikit terkejut. Daihan pun salah tingkah, seolah dia baru tertangkap basah.
"Ehm, aku mengambil minuman," kata Daihan mencari alasan, padahal Bella tidak menanyakannya.
"Iya, Tuan silahkan," kata Bella mengambil gelas lalu menuangkan air dan memberikannya pada Daihan.
"Tidak perlu memanggilku Tuan, panggil saja Daihan," kata Daihan tersenyum sambil mengambil gelas dari Bella.
"Baiklah, Daihan," kata Bella tersenyum manis.
"Aku sudah mendengar tentang ceritamu, dan aku akan membantumu, kalau ada yang ingin kau tanyakan, kau boleh menanyakannya padaku," kata Daihan lagi.
"Terima kasih, Daihan," kata Bella lagi dengan senyum ramahnya.
"By the way, Mika memanggilku kakak," kata Daihan.
"Benarkah? Kalau begitu aku akan memanggilmu kakak," kata Bella.
" Sedang memasak apa? Tercium sangat wangi, " kata Daihan mendekati Bella yang mulai memasak lagi.
"Hanya sedikit sayur dan lauk, tidak ada yang spesial," kata Bella tersenyum. Daihan diam, tadinya dia ingin melihat apa yang di masak oleh Bella, namun dia malah terperangkap hanya menatap Bella.
Bella menumis beberapa sayuran, karena terlalu kuat mencampur sayuran jadinya minyaknya terpercik ketangan Daihan yang sedang memperhatikan Bella.
"Aduh," kata daihan meringis kesakitan lalu, Bella melihat tangan Daihan yang mulai kemerahan.
"Kakak, maaf, tanganmu terbakar? Kemari, akan aku bantu," kata Bella kaget yang melihat Daihan kesakitan, dengan sigap dia memangang tangan daihan, menarik tangannya menuju westafel, lalu membuka air dan meletakkan tangan Daihan ke air mengalir itu, Bella tampak sedikit panik, sedangkan Daihan hanya tertegun, menatap dalam-dalam wajah Bella yang panik, sebenarnya nyeri di tangannya tidak lagi terasa, hanya terasa kelembutan tangan Bella. Daihan terus memperhatikan Bella, dia sangat senang melihat wajah perhatian Bella, entah kenapa dia merasa begitu senang hingga tidak ingin Bella melepaskan tangannya.
"Apakah masih sakit Kak?" kata Bella menatap Daihan yang masih tepaku pada Bella.
"Oh, tidak, ini sudah tidak apa-apa, terima kasih," kata Daihan yang baru sadar.
"Kakak tunggu di ruang makan saja, sebentar lagi makanannya akan siap," kata Bella lagi.
"Baiklah, aku akan tunggu di sini saja, menemani memasak," kata Daihan tersenyum.
"Tapi aku takut nanti kakak kena cipratan lagi, " kata Bella masih dengan wajah cemas.
"Sebenarnya ini tidak apa-apa, sama sekali tidak sakit, aku hanya kaget tadi."
"Benarkah?"
"Ya."
"Kalau begitu kakak boleh di sini," kata Bella tersenyum manis, dia merasa Daihan adalah orang yang pengertian.
Bella mengambil beberapa lembar tissu, dia lalu mengelap tangan Daihan yang terlihat sedikit memerah, dengan pelan-pelan menepuk tangan Daihan dengan tissu itu, Daihan yang diperlakukan begitu benar-benar tersentuh.
" Sedang apa kalian berdua?" kata Angga tiba-tiba masuk ke dalam dapur, Daihan menatap sahabatnya, seumur hidupnya baru kali ini dia melihat Angga masuk ke dalam dapur, bahkan biasanya kalau ingin minum, dia tinggal memintanya pada pelayan-pelayannya. Tapi kali ini kenapa dia ke sini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
HNF G
apakah ada yg mendadak cemburu? 🤭
2023-07-29
0
S
waduh.akan jadi prahara itdak ya? Smoga saja Daihan benar benar jadi sahabat sejati nya AnggaJangan sampe nanti mereka terlibat cinta segitiga
2023-05-15
0
Anggi King
semangaaaaaatt kakk
2022-08-27
0