Kini mereka sampai di asrama Fatimah. Melihat kedatangan Luna bersama seorang wanita di belakangnya membuat penghuni asrama itu bertanya-tanya siapa dia. Tapi yang jelas sepertinya mereka sudah tahu kalau itu adalah santri baru.
"ini kamar kamu, disana masih kosong satu jadi kamu disana, dan..."
Luna langsung terdiam disaat Hayi tiba-tiba menyelonong masuk tanpa salam ataupun menyapa. Ia langsung menaiki kasur dan merebahkan tubuhnya. Semua orang yang ada di dalam tentu hanya saling tatap saja.
"Kalau begitu saya permisi dulu, assalamualaikum." Kata Luna.
Suasana di kamar itu pun hening membuat Hayi membuka matanya dan bangun. Ia melihat 5 orang yang tengah menatapnya dengan intens, seolah melihat sesuatu yang belum pernah mereka lihat sama sekali.
"Apa? Gue cantik ya? Hahaha thanks. Emang gue cantik semua orang juga mengakuinya kok, nggak usah kaget gitu kali."
Sontak saja mereka berlima yang mendengar itu langsung saling tatap satu sama lain. Memang benar, untuk sekejap, mereka semua di buat kagum dengan paras cantik Hayi. Wajah yang kecil, dengan pipi yang sedikit chubby, bibir indah, hidung mancung, alis tebal dan bulu mata lentik, serta yang membuat Hayi ini tampak berbeda adalah dia mempunyai kumis tipis di atas bibirnya.
"Iya, cantik ukhti." Ucap Lila yang masih melongo memandangi Hayi.
"Kamu dari kota, ya? Kota mana? Saya dari Jakarta." Kata Hilya
"Gue dari Surabaya, kenalin gue Hayi, panggil aja gue Ay. Lo semua namanya siapa?" Tanya Hayi membuat mereka lagi-lagi melongo
"Ehh, saya Hilya, Ini Lila, dia Intan, dia..."
"udah ah saya kenalin diri saya sendiri aja. Aisyah, salam kenal yaa." Kata Aisyah dengan memotong pembicaraan Hilya.
"Saya Ana, salam kenal, Ay."
"Lo?" Tanya Hayi yang menatap seorang gadis yang nampak pendiam dari semuanya
"Dia Ella, dia emang agak pendiam kaya gitu Ay, jadi Maklumin aja yah." Timpa Hilya pada Hayi yang membuat Ella hanya mengangguk sambil tersenyum saja kemudian melanjutkan hafalannya.
"Eh ini udah mau masuk waktu solat ashar, saya duluan ya, saya harus berada di barisan paling depan." Kata Lila yang langsung melengos keluar.
Semuanya pun siap-siap dengan membawa mukena masing-masing. Sementara Hayi masih merebahkan tubuhnya tanpa memperdulikan mereka sama sekali.
"Ay, ayo kita ke masjid, akan ada ceramah dari kyai Ilham hari ini, semua santri di wajibkan datang." Kata Hilya.
"Kalian aja lah, gue capek banget, mau istirahat." Ujar Hayi dengan memejamkan matanya sehingga membuat Hilya dan teman-temannya hanya menghela nafasnya saja.
"Kamu santri baru di sini, Ay. Jadi kamu harus ikut sekarang, ayo." Kata Intan dengan menarik paksa Hayi.
"Apasih Lo, ganggu banget. Kalau Lo mau berangkat ya tinggal berangkat aja, ngapain ngajak gue, gue nggak suka ya di paksa-paksa!" Sentak Hayi yang membuat Intan terkejut.
"Astaghfirullah ukhti, istighfar. Solat itu adalah tiang agama, barang siapa yang sengaja meninggalkannya, maka dosanya sangat besar." Kata Hilya.
"Bener banget, ay. Sekarang kamu sudah jadi santri di sini, itu artinya apapun kegiatan di pesantren ini, kamu wajib ikut. Kita barengan kok." Timpal Aisyah yang tidak habis pikir dengan sikap Hayi.
"Nggak. Gue capek, mau istirahat." Kata Hayi.
"Kalian!! Kenapa masih di dalam? Ayo ke masjid keburu telat. Ajak santri baru juga." Kata Ustadzah Ayu yang sudah berada di ambang pintu.
"Tuh udah di suruh ustadzah Ayu. Jangan sampai nanti ustadzah Rena yang turun tangan langsung ya, ay. Ayo cepetan, kita telat nanti." Kata Intan dengan menarik-narik tangan Hayi.
Akhirnya, dengan sangat terpaksa dan merasa kasihan, Hayi pun ikut ke masjid. Ia masih menggunakan celana jeans dengan kemeja biru serta kerudung pasmina yang ia pakai.
"Ini gimana caranya gue wudhu? Gue nggak bisa." Tanya Hayi pada Aisyah
"Astaghfirullah, kamu nggak bisa wudhu?" Tanya Aisyah dengan terkejutnya.
"Perhatikan saya ya, jangan lupa baca niatnya, Nawaitul wudhuu-a liraf'il hadatsil ashghari fardhal lillaahi ta'aala..."
Hayi memperhatikan setiap gerakan yang di lakukan Aisyah begitupun juga dengan bacaan yang di baca. Setelah itu ia pun langsung mempraktekkan nya. Walaupun dari bacaan yang dia baca terbilang masih sangat buruk, tapi setiap gerakannya benar semua
Sebenarnya Aisyah begitu kesal dengan Hayi, karena gadis itu tak kunjung menyelesaikan wudhu nya. Tapi, ia hanya bisa bersabar saja karena mengajarkan sesuatu kepada orang yang belum bisa bukankah itu juga termasuk pahala. Setelah selesai, Aisyah langsung mengajak Hayi berlari agar ia bisa mendapatkan shaf di tengah, tapi mereka belum beruntung karena semua shaf sudah terisi dan mau tak mau, kini mereka pun solat di serambi masjid. Walaupun bukan hanya berdua saja, tapi tetap saja Aisyah maunya berada di shaf tengah.
"Gara-gara kamu sih, jadi dapat di belakang kan. " Kata Aisyah membuat Hayi mengernyitkan dahinya.
"Gue? Ck, iya iya sorry. Lagian kan gue udah bilang nggak mau, Lo aja yang maksa gue buat tetep ikut." Timpal Hayi yang tak mau kalah.
Mendengar cara bicara Hayi yang terdengar begitu kasar, membuat beberapa santri lainnya langsung bergosip tentangnya. Ia yang mendengar itu pun hanya cuek bebek saja.
"Ay, apa cara bicara kamu memang seperti itu? Kalau bisa disini jangan pakai, lo gue ya." Kata Aisyah dengan menasehati Hayi.
"Berisik banget deh lo." Kata Hayi dengan menatap sinis Aisyah.
Solat ashar pun berjalan dengan lancarnya. Kini kyai Ilham mulai memberikan ceramah pada para santri di sana. Ia juga menyampaikan ada santriwati baru di pesantren Al hidayah juga tentang kepulangan anak nya dari Kairo.
Sontak saja para santriwati sangatlah antusias menyambut anak dari kyai Ilham yang sudah pulang itu. Bagi mereka yang sudah lama mondok di pesantren itu tentu saja tahu betul siapa yang di maksud. Ya, siapa lagi kalau bukan Muhammad Altair Shankara.
Setelah selesai, kini semua santri pun berbondong-bondong untuk kembali ke asrama masing-masing. Tatapan mereka tak pernah lepas dari penampilan Hayi yang begitu mencolok. Hingga akhirnya, ustadzah Rena yang terkenal galak dan sombong itu pun mendatangi mereka dan langsung menatap Hayi dari atas sampai bawah.
"Assalamualaikum, ustadzah."
"Walaikumsalam. Ini ya, santri baru itu?" Tanya ustadzah Rena dengan menatap Hayi yang hanya diam saja tanpa memberi salam seperti yang lainnya.
"Ganti bajumu sana. Disini ada peraturan yang harus kamu patuhi dan tidak boleh di langgar, salah satu nya adalah penampilan." Kata ustadzah Rena ketus
"Emang kenapa sih sama penampilan gue? Perasaan ya biasa aja. Lo kenapa sih komentarin soal penampilan gue? Terserah gue dong mau pake apa." Kata Hayi membuat ustadzah Rena terkejut begitupun yang lainnya
"Astagfirullah ukhti, istighfar. Dia ustadzah kita, tidak seharusnya kamu berbicara seperti itu." Tegur Hilya
"Baru masuk, udah berani kurang ajar. Pasti kamu anak kota yang tidak tahu sopan santun. Pantas saja kamu di bawa ke sini. Tapi, ingat disini tetap ada peraturan. Ganti bajumu sebelum saja habis kesabaran dan mengadukan kamu pada kyai Ilham." Ancam ustadzah Rena.
Hayi yang enggan memperpanjang celotehan itu pun akhirnya berjalan lebih dulu meninggalkan ustadzah Rena dan yang lainnya tanpa mengucapkan salam. Hal itu tentu saja membuat ustadzah Rena marah dan langsung memanggil Hayi, hanya saja gadis itu sengaja pura-pura tidak mendengarkan dan terus melanjutkan jalannya.
"Maaf ustadzah, Saya akan kasih tahu Hayi peraturan di pesantren ini. Kalau begitu saya permisi dulu, assalamualaikum." Kata Hilya dengan melenggang pergi di susul teman-temannya.
"Ay, nanti saya akan jelaskan peraturan di pesantren ini ya, boleh kan. Biar kamu tahu mana dan tidaknya yang harus kamu lakukan. Biar tidak ada kejadian seperti tadi. Kalau kamu sudah berurusan sama ustadzah Rena, bakal panjang masalahnya, jadi lebih baik nanti saya dan teman-teman bantu jelaskan peraturan pesantren ini ya.
"Terserah kalian." Jawab Hayi singkat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments