4. Haruskah aku kasih nafkah?

4

Ucapan Salma seketika berhenti ketika tangan Rafa menyentuh kaki Salma. Dan seketika Salma terdiam. Perempuan itu berimprovisasi kembali. Salma nampak menutup wajahnya.

“Aku dan Rafa itu gak berencana nikah sekarang. Kita berdua pengennya tunangan dulu. Itu makanya aku sama Rafa milih untuk gak berisik dulu tau-tau tunangan aja.”

“Tapi kan keadaan saat ini agak genting, Sal,” kata mama Rahma.

“Iya aku tahu, mah. Maka dari itu aku bener-bener belum siap jika aku harus ikut ke Kanada. Karir aku lagi bagus-bagusnya. Dan ini impian aku sejak dulu. Rafa juga kerja empat belas hari di sana dan libur empat belas hari, Rafa bisa kesini atau kalau ada libur panjang aku bisa ke sana.”

Semua orang nampak diam. Papa Tio masih nampak belum setuju dengan ucapan Salma. Papa Tio masih ingin Salma ikut bersama dengan Rafa ke Kanada. Karena dalam pikiran papa Tio kalau sudah menikah ya apalagi. Kalau mau pisah seperti ini lebih baik jangan nikah dulu.

Tapi di sisi lain papa Tio juga mengiyakan apa yang Salma katakan. Karena Rafa pernah berkata seperti ini sebelum akhirnya tanggal pernikahan di tetapkan. Rafa juga pernah berkata jika mereka memang pacaran diam-diam, akan bertunangan tapi unuk menikah masih dua atau tiga tahun lagi.

Papa Tio akhirnya kalah. Dan memilih diam setelah Salma mengatakan mereka sebenarnya tidak ingin menikah dalam waktu dekat. Papa Tio memilih diam tapi Salma tau itu kemenangan untuknya.

Menang dari hal yang selama dua hari ini ia perjuangkan. Ia berjuang untuk dirinya, untuk karirnya. Salma memang egois tapi egoisnya Salma tidak sebanding dengan egoisnya Rafa yang dengan sadar menjebak Salma dalam lika-liku permintaan ibunya.

“Kamu tidur di bawah aja sana!” Salam melemparkan satu bantal tanpa selimut pada Rafa.

Rafa agak mengerutkan dahinya. “Di bawah, kamar bawah? Apa gak akan curiga papa sama mama?”

“Tidur di kamar tamu itu adalah ide paling briliant tapi tidak untuk sekarang. Kamu tidur diabwah diatas karpet. Aku gak mau tidur satu kasur sama kamu! Dan lampu,” kata Salma, “Akan aku matikan.”

Rafa tidak banyak berkomentar. Ia memang harus menerima segala bentuk ucapan Salma. Tidak masalah dia harus tidur diatas karpet saja tapi untuk lampu jujur saja Rafa takut tapi mau bagaimana lagi ini adalah kamar Salma.

Rafa adalah tipe yang tidak bisa tidur jika lampu kamar mati. Sementara Salma adalah tipe orang yang kalau tidur harus selalu lampu dalam keadaan mati. Kepriadian mereka ini memang bertolak belakang.

Lampu sudah dimatikan namun, untungnya masih ada sedikit cahaya dari lampu tidur. Rafa benar-benar tidur dibawah diatas karpet dan Salma sama sekali tidak memberikannya selimut. Hanya satu bantal, satu bantal saja.

Rafa sedang menatap langit kamar Salma. Telihat cahaya dari ponsel milik Salma masih meninggalkan jejak diatas plafon kamar. Pikiran Rafa masih terganggu dengan nafkah. Ia bingung apakah harus memberikan Nafkah pada Salma atau tidak.

“Sal, aku pengen tanya sesuatu yang penting sama kamu,” ucap Rafa membuka percakapan. Namun Salma tidak menjawab tapi ia bisa mendengar suama sayup-sayup musik dari ponsel Salma.

“Aku tau kamu belum tidur. Dan aku tau kamu gak akan menjawab pertanyaan uka tapi ini penting,” Rafa sempat menjeda sejenak sebelum melanjutkan. “Haruskah aku menafkahi kamu? Kamu tau, memerikan uang bulanan misalkan.”

Salma masih belum merespon apapun. Rafa sudah bisa menebak sejak awal jika pada ujungnya dia hanya berbicara sendirian meskipun Salma masih mendengarkan ucapan Rafa.

Dan Salma diam-diam juga bingung. Dia diam bukan karena benci. Ia memang benci Rafa tapi kali ini bungkamnya Salma karena dia sendiri tidak tau jawabannya. Apakah ia layak di nafkahi oleh Rafa atau tidak.

“Kalau harus di nafkahi kamu minta berapa perbulannya?” tanya Rafa “Aku tahu pernikahan kita ini seperti pernikahan bohongan tapi kamu tahu, aku merasa bersalah kalau tidak memberikan nafkah. Terserah kamu, kamu putuskan ya atau tidak aku ikut kamu.”

Namun Salma tetap memilih untuk diam. Dan diamnya Salma, Rafa artikan sebagai rasa benci. Padahal sekarang Salma sedang mengetik pesan untuk sahabatnya. Ia meminta pendapat untuk masalah ini. Hanya sahabatnya yang tahu perihal pernikhan Salma dan Rafa yang entah harus dibilang settingan atau bukan.

Namun terlepas dari settingan ataupun tidak, pernikahan mereka berdua itu resmi, tercatat oleh negara. Pernikahan mereka berdua tetap sah.

Besoknya, Salma pukul lima pagi baru bangun. Sementara itu Rafa sudah terlihat tidak ada di kamar. Hanya bantal yang terlihat telah tersimpan di kursi single kamar Salma.  Salma tidak tahu kemana Rafa dan ia juga tidak ingin tahu.

Perempuan itu lalu turun ke bawah. Salma terbiasa bangun pagi dan mempersipakan segala kebutuhannya untuk bekerja. Tapi kali ini, Salma baru ingat jika ia masih dalam masa cuti.

“Baru bangun, Sal,” kata mama sambil menyeruput teh.

“Hmmm,” jawab Salma lalu menenggak air putih mengisi kerongkongannya yang terasa kering.

“Gak malu apa suami kamu udah bangun pagi terus sekarang lagi jogging katanya.”

“Nggak, dia udah tau kok kebiasaan aku kayak gimana.”

Mama Rahma mengulas senyumnya. Matanya melihat ketidaksiapan di mata Salma. “Iya memang betul. Tapi sekarang kamu ini udah nikah, Sal. Harusnya kamu itu bangun lebih awal dari suami kamu. Kamu ini sekarang punya tanggung jawab bukan hanya perut kamu tapi perut suami kamu.”

Salma tidak menjawab lagi. Iya hanya menganggukan kepalanya lalu memilih untuk pergi dari hadapan ibunya.

“Salma,” panggil mama Rahma. Membuat langkah Salma terhenti.

“Apalagi, ma?”

“Siap tidak siap sekarang kamu udah menjadi istri Rafa. Ada baiknya kamu itu sekarang nurut apa yang Rafa katakan. Kalau Rafa pengen kamu ikut sama dia ke Kanada, ya kamu harus ikut.”

Lagi-lagi Salma memilih diam namun tetap ia menganggukan kepalanya. Salma lalu naik kembali ke kamar miliknya. Ia sama sekali tidak memikirkan tentang ikut atau tidak ke Kanada. Karena keputusannya sudah bulat jika ia tidak akan ikut ke sana.

Rafa pasti tidak akan menolak dengan keputusan itu. Karena jika Rafa tiba-tiba saja berkata ia harus ikut dengannya ke Kanada. Maka Salma akan mengancam Rafa untuk membeberkan semua ini pada keluarga besar mereka.

Salma justru sekarang sedang bimbang mengenai pertanyaan Rafa tadi malam mengenai nafkah.

“Hallo apaan sih ah pagi-pagi nelepon?” kata Kalani.

“Kal, gue minta pendapat masalah nafkah itu.”

“Kan gue udah jawab semalem. Gue bilang yaudah bilang aja harus.”

“Tapi gue ini gak akan kurang ajarkan kalau misalkan minta di nafkahin? Masalahnya gue kan ya gimana yah bukan istri bohongan sih tapi kek mendekati istri durhaka. Kek gue malu aja kalau minta meskipun gue tau duit dia banyak.”

Sementara itu, Rafa hanya tersenyum mendengar obrolan Salma dengan sahabatnya, Kalani. Diam-diam Rafa memang membiarkan ponsel miliknya tersambung dengan telepon ngeggam satunya lagi.

Jadi gampangnya gini, Rafa punya dua ponsel. Yang satu ia simpan di kamar dan ia biarkan untuk menelepon dirinya sendiri yang sedang jogging.

Karena Rafa tahu Salma pasti akan melakukan sesuatu dengan obrolan mereka semalam. Dan benar saja, Rafa tertawa mendengar Salma menyebut dirinya sendiri sebagai istri durhaka.

“Gue masa disuruh ikut ke Kanada coba,” kata Salma yang masih di dengar oleh Rafa.

“Terus elo mau?”

“Ya kagaklah gila aja lo.

Salma bercerita jika ia tidak mau ikut ke sana. Karir dan pekerjaannya memang sedang bagus namun itu hanyalah alasan saja agar ia tidak ikut. Salma berkata jika alasan utama ia tidak ingin ikut adalah ia tidak ingin berduaan dengan Rafa.

“Kan kalau dua orang dalam satu ruangan itu orang ketiganya setan, kan,” kata Salma. “Nah, gue gak mau sampe ada orang ketiganya itu, Kal. Duh gue mah takut pokoknya.”

“Takut apa? Takut kebablasan lo sama Rafa?” Tawa Kalani.

“Yailah apalagi kalau bukan itu. Gak kebayang gue kalau harus gitu sama Rafa hadeuh. Kek aneh aja gue sama dia itu udah sahabatan dari lama.”

Rafa terdiam sejenak. Apa yang dikatakan oleh Salma memang ada benarnya. Apa yang akan ia lakukan dengan Salma jika Salma sampai mau melakukan malam pertamanya dengannya?

Bersambung

Hmmm dipikir-pikir bener juga yah. Kalian ada yang nikah sama sahabat kalian sendiri gak? Gimana cangungg gak? Wkwkwk

Sampai ketemu besok yah

Episodes
1 1. Pernikahan
2 2. Pernikahan hanya catatan
3 3. Dinding pemisah
4 4. Haruskah aku kasih nafkah?
5 5. Takut Nyaman
6 6. Ujian dari Kakak Ipar
7 7. Prahara kakak ipar
8 8. Duri dalam pernikahanmu
9 9. Cerai
10 10. Wanita matre
11 Taruhan
12 Tiba sang pengganggu
13 Tipu daya sang manipulator
14 Ipar adalah beban hidup
15 Uang kompensasi cerai
16 Perkelahian Salma
17 Amarah yang meladak-ledak
18 Robek
19 Puas?
20 Kutunggu Jandamu
21 Delima
22 Kali ini nurut
23 Kalimat maut
24 Badai dalam kegelapan
25 Perhatian kecil
26 Sabun mandi
27 Menahan diri
28 Tapi aku juga laki-laki, Salma.
29 Serba salah
30 Kehidupan Salma yang hancur
31 Tidak ingin menceraikan
32 Pulang ke Jakarta
33 Sayang
34 Kompensasi
35 Masalah anak Salma dan Rafa
36 Hamil anak Rafa?
37 Testpack
38 Menagih hak
39 Kapan kamu sadar?
40 Ikatan tersambung
41 Gak tega
42 42. Yang pulang ngajak liburan
43 43 Sekali seumur hidup
44 Kamu beda, Salma
45 Hidup dengan yang mencintai
46 Disengaja
47 Pergi sama aku
48 Lari ke kamu
49 Ini coklat ajaib, Salma.
50 Tanpa penolakan
51 Mau diatas atau dibawah?
52 Dalam dekap ketenangan
53 Jangan sampe hamil
54 Malam kesepuluh
55 Sal, Please
56 Kalo mau tinggal minta
57 Pake pangamankan?
58 Kamu kan udah nyicip
59 Kedengekian pertama
60 Tidak mau tau
61 Pipi merah merona Salma
62 Pengen lagi
63 Testpack kelima
64 Tubuh lemas Salma
65 Itu anak Rendra, kan?
Episodes

Updated 65 Episodes

1
1. Pernikahan
2
2. Pernikahan hanya catatan
3
3. Dinding pemisah
4
4. Haruskah aku kasih nafkah?
5
5. Takut Nyaman
6
6. Ujian dari Kakak Ipar
7
7. Prahara kakak ipar
8
8. Duri dalam pernikahanmu
9
9. Cerai
10
10. Wanita matre
11
Taruhan
12
Tiba sang pengganggu
13
Tipu daya sang manipulator
14
Ipar adalah beban hidup
15
Uang kompensasi cerai
16
Perkelahian Salma
17
Amarah yang meladak-ledak
18
Robek
19
Puas?
20
Kutunggu Jandamu
21
Delima
22
Kali ini nurut
23
Kalimat maut
24
Badai dalam kegelapan
25
Perhatian kecil
26
Sabun mandi
27
Menahan diri
28
Tapi aku juga laki-laki, Salma.
29
Serba salah
30
Kehidupan Salma yang hancur
31
Tidak ingin menceraikan
32
Pulang ke Jakarta
33
Sayang
34
Kompensasi
35
Masalah anak Salma dan Rafa
36
Hamil anak Rafa?
37
Testpack
38
Menagih hak
39
Kapan kamu sadar?
40
Ikatan tersambung
41
Gak tega
42
42. Yang pulang ngajak liburan
43
43 Sekali seumur hidup
44
Kamu beda, Salma
45
Hidup dengan yang mencintai
46
Disengaja
47
Pergi sama aku
48
Lari ke kamu
49
Ini coklat ajaib, Salma.
50
Tanpa penolakan
51
Mau diatas atau dibawah?
52
Dalam dekap ketenangan
53
Jangan sampe hamil
54
Malam kesepuluh
55
Sal, Please
56
Kalo mau tinggal minta
57
Pake pangamankan?
58
Kamu kan udah nyicip
59
Kedengekian pertama
60
Tidak mau tau
61
Pipi merah merona Salma
62
Pengen lagi
63
Testpack kelima
64
Tubuh lemas Salma
65
Itu anak Rendra, kan?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!