Hari ini, hari pertama rumah terasa berbeda terasa ramai karena ada adik ipar kembarku. Kembar yang identik dan humoris serta nggak jaim. Mereka bisa jadi temanku disaat mas Chris lembur di kantor.
"Masak apa buat makan malam nanti mba?" Tanya seseorang dari belakang, aku yang sibuk membersihkan kompor, menoleh ke arah sumber suara.
"Oohh, Andre. Masak ayam kecap aja, beberapa hari nggak ada abang sayur lewat, jadi masak seadanya aja yang ada dikulkas." Jawabku setelah memastikan bahwa yang bertanya memiliki tahi lalat di bawah dagunya.
"Oohh itu juga enak kok mba." Jawabnya.
"Makanan kesukaanmu apa?" Tanyaku.
"Aku sih makan apa saja,pokoknya semua ku makan". Jawabnya sambil tertawa.
"Bisa aja kamu ini andre." Aku melanjutkan kegiatan bersih-bersih.
"Aku bantuin yaa mba." Kata andre sambil mengumpulkan gelas bekas kopi dan teh lalu membawanya ke tempat cuci piring.
"Eehh nggak usah, mba udah biasa kerjakan sendiri." Tolakku. Aku mengambil alih spons cuci piring yang terlanjur di pegang oleh Andre.
"Nggak papa, aku juga biasa bantu ibu dirumah, kok." Jawabnya.
"Ya sudah. Makasih ya!"
Akupun melanjutkan kesibukanku, mengeluarkan beberapa bumbu dapur dari dalam kulkas dan beberapa potong daging ayam dari dalam freezer.
"Besok-besok sekalian aja ya mba. Maksudnya 1 menu untuk 3 kali makan, gitu. Biar mba nggak repot masak bolak-balik." Ucapnya memberi saran.
"Maunya sih gitu, tapi mas Chris nggak suka kalau seharian makan dengan lauk yang sama, bosen katanya." Jawabku apa adanya.
Memang mas Chris sejak awak terkesan rewel soal makanan. Akupun memutar otak setiap hari memikirkan makanan apa yang harus ku masak, tidak hanya itu saja.
"Iya sih. Mas Chris memang begitu dari kecil, padahal 1 keluarga fine-fine ajah soal makanan. Kadang ibu masak sayur lodeh banyak sekali, jatah buat 3 hari maksudnya." Katanya sambil terkekeh.
Tawa laki-laki berumur 20 tahun itu, selalu membuat aku berdebar. Bagaimana tidak, dua lesung pipitnya menghiasi wajah tampannya, wajah putih tanpa jerawat, tidak seperti kebanyakan anak muda lainnya.
Sambil menungguku memasak, Andre terus mengoceh. Ia menceritakan tentang teman-teman kuliahnya, masa-masa saat ia masih kuliah dan rencananya untuk melamar kerja di beberapa perusahaan yang ada dikota ini.
"Lagi masak-masak nihh. Mas Chris mana?" Tanya Andra yang tiba-tiba datang entah dari arah mana.
"Lagi tidur". Jawabku.
"Sore-sore kok tidur", gumamnya lalu ikut bergabung duduk bersama aku dan Andre.
Kami bertiga mengobrol akrab seperti sudah lama kenal dekat. Padahal kami hanya bertemu 1 kaki waktu pernikahan aku dan suamiku, karena si kembar ini kuliah di luar kota yang jauh, bahkan mereka tidak bisa datang saat hari pertunanganku dengan mas Chris dulu.
"Ngomong-ngomong mba Ketty kenal mas Chris dulu dimana sih?" Tanya Andre.
"Mengapa sih tanya-tanya?" Sahut Andra sewot.
"Eee nanya ajah kali. Kenapa dulu bukan aku yang ketemu duluan sama mba Ketty yaa". Celetuk Andre.
"Emang mau apa kalo ketemuan duluan?" Tanyaku penasaran.
"Ya aku ajah yang nikah dengan mba Ketty!" Jawab andre sambil tertawa.
"Dasar, buaya!" Sahut Andra. "Jangan dengarin dia mba, Andra ini buaya kelas kakap!" Kata Andre.
Jangan kaget melihat reaksiku saat Andre bilang akan menikahiku kalau saja dia yang pertama kali berjumpa denganku lebih awal, wajahku bahkan merah padam seperti kepiting rebus. Namun aku berusaha bersikap sebisa mungkin di depan mereka, aku tau ini hanya bercanda.
"Mba, jangan senyum-senyum sendiri gitu dong. Senyummu mengalihkan duniaku!!" Lagi-lagi Andre melayangkan gombalannya.
"Ehh buaya!!" Di dengerin mas Chris nanti!!""Tegur Andra.
"Cuma becanda, bro. Santai aja kenapa. Iya kan mba??"" Kata Andre kepada Andra.
"Hehehe, iyaa.." jawabku sambil terkekeh.
"Serius juga nggak apa-apa!!"" Selorohnya lagi.
"Dasar kadal". Ejek Andra.
Kehadiran si kembar itu akan membuat hari-hariku lebih ramai. Mereka tidak ada habisnya membuat candaan yang membuatku tidak berhenti tertawa, mereka sangat berbeda dengan suamiku yang bahkan sangat jarang tertawa.
Setelah selesai memasak, aku menyiapkan hidangan makan malam di meja, lalu Andra dan Andre membantu membereskan peralatan masak.
"Makasih yaa, udah bantu-bantu mba. Kalau kalian udah lapar bisa makan duluan". Kataku.
"Nanti ajah deh, bareng mba dan mas Chris". Jawab Andre.
Akupun berlalu masuk kedalam kamar untuk membangunkan mas Chris. Hari hampir gelap dan suamiku itu masih menikmati mimpinya.
"Mas, mas, bangun, udah mau maghrib." Kataku sambil menggoyangkan tubuh suamiku.
"Hem..". Mas Chris hanya berdehem.
"Mau maghrib, bangun". Ulangku.
"Iya..iya.."katanya.
Begitulah suamiku, kesehariannya ketika libur kerja, hanya bersantai selama seharian penuh, bermain game online, selebihnya ia gunakan untuk tidur.
Selama lima tahun menikah tidak, tidak sekalipun ia membantuku membereskan rumah meskipun hanya menyapu halaman, ia selalu bilang bahwa urusan rumah adalah tanggung jawabku sebagai seorang istri.
Sebelum menikah dengannya, aku dulu sempat bekerja sebagai seorang karyawan pabrik yang menghasilkan meubel-meubel, lalu mas Chris memintaku berhenti dengan alasan seorang istri harus menjadi ibu rumah tangga, bukan pekerja. Karena saking cintanya, aku menuruti apapun yang ia katakan.
Mas Chris memang tidak setampan kedua adik kembarnya, namum ia memiliki tubuh yang lebih besar dan berotot, jika si kembar itu berkulit putih dengan bola mata kecoklatan yang menurun dari ibu mertua, suamiku menurun dari ayahnya, kulit kuning langsat dengan rambut sedikit ikal.
Menunggu mas Chris, ditepi r4nj4ng sungguh sangat menyebalkan. Ia sangat susah dibangunkan jika sudah terlanjur tidur.
"Mas, kembar nungguin lho. Makan malamnya udah siap." Kataku dengan nada sedikit tinggi.
"Iya iya..baru juga tidur lima menit." Ketusnya sambil berusaha bangun. 5 menit dia bilang, dia tidur dari jam 3 sampe jam 6, nggak sadar apa mati rasa yaa..!! Batinku geram.
"Bangun cepat, langsung mandi." Perintahku. Lalu aku hendak akan keluar dari kamar.
"Ehh..ehh.. mau kemana kamu?" Tanya mas Chris sambil menajamkan penglihatannya, ia menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Mas kan udah bilang, kamu itu harus dandan cantik setiap saat. Mas malu tau sama si kembar, kamu pake daster itu-itu mulu, dikira mas nggak pernah beliin kamu baju." Sungut mas Chris.
Yaa Tuhan, rasanya kesal bukan main. Akhir-akhir ini suamiku selalu saja komplain penampilanku.
Bagaimana lagi, menyenangkan suami juga berpahala, bukan. Jadi selama dia mandi, aku memutuskan untuk mengganti daster kebanggaan ini dengan dress merah selutut.
Tidak lupa juga aku berdandan cantik seperti saat akan pergi dinner bareng gebetan. Aku mengurai rambut panjang sepinggangku agar terlihat lebih menarik dan cantik. Karena suamiku sangat menyukai rambut panjangku.
Memandang tubuhku di depan cermin, aku memuji diri sendiri. Aku memang cantik, masih secantik saat usiaku masih 20 tahun, bahkan saking semakin lihainya aku berdandan, bisa di katakan aku lebih cantik dari sbelumnya.
"Nah, gitu dong. Kalo gini mas nggak malu sama si kembar. Masa kakaknya punya istri dekil". Kata mas Chris sambil keluar dari kamar mandi.
Akupun tersenyum malu, memang sebelumnya aku paling malas berdandan. Karena pikirku suamiku sibuk bekerja pergi pagi pulang malam, untuk siapa juga aku berdandan.
Mas Chris sering lembur hingga larut. Kami jarang bermesraan seperti sepasang suami istri pada umumnya.
Setelah mas Chris berpakaian, aku memintanya untuk segera memanggil si kembar, sedangkan aku menata piring dan membuat minuman untuk kami di dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments