"Suami, kenapa Chen’er memiliki begitu banyak garis darah yang diwarisi? Garis darah petir ilahi dan tubuh surgawi bulan, itu masuk akal, karena diwarisi dari garis keturunanmu dan keturunanku. Namun, ini…,”
Mu Xiao’er, ibu Chen’er, terdiam, matanya berkaca-kaca. Air matanya bukan air mata kesedihan, melainkan air mata takjub yang bercampur kebingungan.
“Mungkin Chen’er ditakdirkan untuk memperbaiki dunia ini. Mu’er, coba kau lihat kultivasi Chen’er…” Suaranya bergetar, menahan gelombang emosi yang mengguncang hatinya.
Mu Xiao’er mendekati Chen’er, yang tertidur pulas dalam buaiannya, wajahnya yang mungil tampak damai. Biasanya, dengan kultivasinya yang luar biasa, ia bisa mendeteksi kultivasi siapa pun dari kejauhan—sebuah kemampuan yang telah diasahnya selama berabad-abad.
Namun, karena Chen’er adalah anaknya, ia sangat berhati-hati, mendekatinya dengan lembut, seolah takut membangunkan malaikat kecilnya. Begitu ia merasakan kultivasi putranya, sebuah gelombang kejutan yang dahsyat menghempas dirinya.
Keterkejutannya melampaui penemuan garis darahnya yang luar biasa. Garis darah mungkin sesuatu yang tak terduga, sebuah misteri yang terselubung, tetapi kultivasi Chen’er… itu sesuatu yang ia pahami, sesuatu yang mengguncang fondasi pemahamannya tentang dunia kultivasi.
“Aku sungguh tak menyangka, bayi yang baru lahir memiliki kultivasi setinggi ini! Baru lahir, tetapi sudah mencapai tingkat 2 Leluhur Bela Diri!” suara Mu Xiao’er bergetar tak percaya,
sebuah bisikan yang terbawa angin malam.
Rambutnya yang putih berkilauan di bawah cahaya bulan, seakan mencerminkan keterkejutan yang mendalam dalam hatinya.
“Sekarang kau tahu kenapa aku bilang Chen’er ditakdirkan untuk merenovasi dunia ini! Ketika aku lahir, aku hanya Peringkat 1 Kaisar Bela Diri, dan sudah dianggap jenius yang tak tertandingi waktu itu."
“Suami, apakah kau akan membimbing Chen’er secara langsung?” tanya Mu Xiao’er, matanya menatap suaminya dengan penuh harap dan kekhawatiran.
Jhi Tian, yang berdiri di sampingnya, tangannya terulur lembut menyentuh rambut putranya, menjawab dengan suara tenang namun tegas, “Tidak. Biarkan Chen’er tumbuh sendiri, namun aku akan mewariskan teknik kultivasi-ku, ‘Serangan Petir Ilahi’.
Mungkin Chen’er bisa mengetahui kedalaman teknik itu, melampaui bahkan pencapaianku sendiri. Tetapi aku juga akan memasukkan harta untuk menyembunyikan kultivasi Chen’er, agar tidak membuat kegaduhan di dunia ini. Dunia ini belum siap untuk menerima kekuatan yang dimilikinya.” Ia menatap putranya dengan tatapan penuh cinta dan kekhawatiran.
“Memang. Kalau tidak disembunyikan dan orang-orang tahu, itu bisa menjadi keributan yang tidak diperlukan. Penguasa kerajaan ini hanya Raja Bela Diri Peringkat 5, penguasa dinasti Peringkat 9, dan Leluhur Dinasti ini pun hanya Kaisar Bela Diri Peringkat 3,” Mu Xiao’er setuju, suaranya masih bergetar.
“Jika mereka tahu bayi yang baru lahir sudah Peringkat 2 Leluhur Bela Diri, mungkin mereka akan muntah darah karena menghabiskan usia dengan sia-sia!” Ia tersenyum getir, membayangkan reaksi para penguasa dunia jika mereka mengetahui rahasia Chen’er.
“Suami, apa rencanamu sekarang?” Mu Xiao’er bertanya, matanya menatap suaminya dengan penuh kepercayaan.
“Istriku, aku akan mencoba menguraikan misteri Gunung Salke. Di sana, aku berharap menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menghantui ku.
Sedangkan untuk Chen’er, aku akan menyerahkannya kepadamu. Jalani saja kehidupan seperti biasa. Di balik kebahagiaanku untuk Chen’er, aku juga mencemaskannya. Karena aku tidak tahu seperti apa Chen’er kelak… Apakah dia akan menjadi penyelamat dunia ini, atau bencana? Aku benar-benar tidak ingin hal itu terjadi,”
Jhi Tian menjawab, suaranya dipenuhi dengan kekhawatiran yang mendalam. Ia mencium kening istrinya, memberikan kekuatan dan ketenangan.
“Suami, kau tak perlu mengkhawatirkannya. Chen’er pasti anak baik. Karena Chen’er adalah anak Jhi Tian dan Mu Xiao’er, dia pasti mewarisi karakter orang tuanya,” Mu Xiao’er berkata, suaranya penuh keyakinan. Ia memeluk erat putranya, seakan ingin melindungi seluruh dunia dari ancaman yang mungkin datang.
“Aku berharap seperti itu… Istriku, aku sudah menyembunyikan kultivasi Chen’er. Aku akan pergi sekarang. Jika ada hal yang tak bisa kau selesaikan, hancurkan jimat ini. Ingat, jangan menanggung sesuatu yang tak bisa kau tanggung,” Jhi Tian berkata, memberikan jimat kecil kepada istrinya. Ia menatap istrinya dan putranya untuk terakhir kalinya sebelum menghilang.
“Suami, percayalah, aku akan baik-baik saja. Siapa yang bisa menakutiku di galaksi ini? Kultivasi-ku setara dengan penguasa galaksi ini, dan aku yakin jika kita bertarung, aku masih percaya diri bisa mengalahkannya sepenuhnya!” Mu Xiao’er berkata dengan penuh keyakinan, suaranya bergema di ruangan itu. Ia tersenyum, sebuah senyuman yang penuh kekuatan dan cinta.
Tiga tahun kemudian…
Chen’er, yang kini berusia tiga tahun, sedang mengambil air di sungai yang mengalir tenang di dekat rumahnya. Air sungai yang jernih memantulkan langit biru yang cerah. Namun, ketenangan itu tiba-tiba terusik oleh teriakan minta tolong yang lemah.
Chen’er, dengan rasa ingin tahu anak kecil, mendekati sumber suara. Di sana, ia melihat seorang kakek tua yang terluka parah, dikepung oleh segerombolan monster air yang mengerikan. Monster-monster itu, dengan mata merah menyala dan taring tajam, siap menerkam lelaki tua yang tak berdaya itu.
Air sungai yang tadinya jernih, kini berubah menjadi merah kehitaman karena darah yang bercampur dengan air.
Kemarahan meledak dalam hati Chen’er, meskipun ia masih kecil. Ia tak bisa membiarkan lelaki tua itu mati. Tatapannya yang biasanya biru safir, tiba-tiba berubah menjadi emas menyilaukan, memancarkan cahaya yang sangat kuat.
Seketika, monster-monster itu meledak menjadi abu dan darah yang menguap, meninggalkan keheningan yang menakutkan. Lelaki tua itu tercengang, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
Ia mencari-cari, tak menemukan siapa pun yang menolongnya selain bocah kecil yang berdiri tegap di depannya.
Lelaki tua itu terpaku, matanya tak percaya menatap Chen’er. Ia menggunakan kemampuan khususnya, sebuah teknik penglihatan yang mampu mendeteksi aura dan kekuatan seseorang,
namun tak menemukan keanehan pada Chen’er yang kini kembali ke penampilan normalnya, seorang anak kecil berusia tiga tahun dengan mata biru safir yang jernih.
Chen’er mendekati lelaki tua itu, langkahnya kecil namun mantap. “Senior, apa kau baik-baik saja? Kenapa monster air menyerangmu?” Suaranya polos, namun di balik itu tersimpan kekuatan yang luar biasa.
Lelaki tua itu masih gemetar, luka-lukanya masih terasa perih. Ia masih tak percaya bahwa bocah kecil ini telah menyelamatkan nyawanya dari cengkeraman monster-monster mengerikan itu. Chen’er, dengan kecerdasannya yang melampaui usianya,
menciptakan cerita tentang bola kecil pemberian seorang senior berjubah putih yang bisa mengusir monster. Cerita itu sederhana, namun masuk akal, dan lelaki tua itu, yang kelelahan dan terluka parah, tak mempertanyakannya lagi.
“Senior, memang aku yang membunuh monster-monster itu,” kata Chen’er, “Namun aku hanya melemparkan bola kecil ini. Ketika aku mengambil air sungai untuk keperluan keluargaku, ada senior berjubah putih lewat dan memberikan bola kecil ini.
Dia berkata, jangan mengunjungi sungai ini, itu berbahaya, banyak monster yang berkeliaran. Ketika kamu menemukan monster, kamu lemparkan saja bola itu.” Chen’er menunjukkan sebuah bola kecil yang berkilauan di tangannya, bola itu tampak biasa saja, namun memancarkan aura yang misterius.
“Namun, setelah aku sering ke sungai ini, aku tidak pernah bertemu dengan monster yang disebutkan senior berjubah putih itu, jadi aku hanya menggunakan bola ini untuk bermain… Hehe, ternyata bola ini bisa mengusir monster-monster itu untuk menghilang,” Chen’er melanjutkan ceritanya dengan polos, matanya yang biru safir bersinar ceria.
Lelaki tua itu masih ragu, namun alasan Chen’er masuk akal, dan ia terlalu lemah untuk mempertanyakannya lebih lanjut. Luka-lukanya sangat parah, dan ia membutuhkan pertolongan segera.
“Senior, jangan banyak bergerak, aku akan membantumu,” kata Chen’er, suaranya kecil namun penuh tekad. Dengan kekuatan yang tak terduga untuk anak seusianya, Chen’er menggendong lelaki tua itu, langkahnya ringan dan cepat, mengarungi hutan menuju tempat yang ia ketahui terdapat tanaman obat.
Ketika lelaki tua itu berada di gendongan Chen’er, ia kembali terkejut. Ia tidak percaya bocah kecil ini bisa menggendongnya dengan mudah. Yang lebih membuatnya terpana adalah kecepatan dan kelincahan Chen’er saat berjalan di antara pepohonan. Chen’er tampak seperti rusa kecil yang lincah, menghindari ranting dan batu dengan mudah.
Lelaki tua itu, dengan kemampuan khusus yang dimilikinya, mengamati tubuh Chen’er. Ia menggunakan teknik mata khusus yang telah ia kuasai selama bertahun-tahun, namun ia tetap takjub dengan apa yang dilihatnya.
Walau belum ada Qi sedikit pun, dan belum ada tingkat apapun dalam kultivasinya, dua belas titik meridian Chen’er sudah terbuka! Sesuatu yang tak pernah ia temui sebelumnya dalam dunia bela diri yang luas.
Bahkan orang dewasa pun harus membayar harga yang sangat mahal untuk membuka dua belas titik meridian, karena itu adalah proses yang sangat menyakitkan. Ia yakin bahwa bocah kecil ini tidak membuka dua belas titik meridiannya dengan sendirinya. Itu pasti terbuka dengan sendirinya, sebuah keajaiban yang melampaui pemahamannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Nanik S
Menarik....
2025-05-31
0