Kerja Sambil Bawa Anak

"Heh Alvin,sekarang gini ya ... Aku tau

kamu orang yang paling baik di dunia ini.

Tapi gak gini caranya, habis harga diri kamu di injak-injak sama perempuan, kamu harus ingat harga diri, itu sangat penting!

Takdir itu ada yang bisa di ubah ada yang gak bisa di ubah, takdir kamu berpisah dengannya mungkin itu gak bisa di ubah.

Tapi takdir untuk kamu lebih tegas supaya harga diri kamu gak diinjak-injak, itu bisa di ubah. Tergantung kamu, mau tegas atau tidak!" tegas Doni emosi membuat Alvin terdiam.

"Kamu laki-laki AL bukan boneka dan pembantu Dina. Kamu pemimpin rumah tangga, kenapa malah kamu yang di pimpin jadinya." lanjut Doni muluapkan semua kekesalannya.

"Aku harus gimana?" tanya Alvin ia hampir putus asa. Semalam ia bahkan tidak

bisa tidur, memikirkan masa depan dirinya dan Guntur ke depannya.

"AL dengerin aku baik-baik, aku memang teman yang mulutnya gak ada saringan. Tapi ingat, aku berkata kasar dan tegas, itu demi kamu harga diri kamu.

Mulai sekarang, mindset kamu harus di ubah, masih banyak perempuan di muka bumi ini, bukan hanya Dina tapi berjuta bahkan lebih perempuan di muka bumi ini.

Jadi, sekarang kamu harus buktikan kamu gak mati tanpa dia, kamu gak gila tanpa dia, dan kamu gak kelaparan tanpa dia.

Buktikan AL, ingat ... ada aku temanmu yang selalu bantu. Walaupun kita hidup susah, tapi setidaknya jangan sampai dia kembali menginjak-injak harga dirimu setelah ini." ucap Doni dengan serius, membuat Alvin diam menunduk kata-kata itu.

"Aku yakin kamu bisa sukses Al, hanya saja untuk sekarang kamu terlalu cinta sama istri kamu itu.

Hingga tanpa kamu sadari, kamu gak berkembang sedikitpun. Kamu terlalu fokus dengan umpatannya yang menuntut kamu untuk kaya.

Kamu terlalu takut kehilangan Dina, kamu takut dia marah dan lainnya. Terlalu banyak ketakukan dan kekhawatiran dalam diri kamu.

Itu semua harus kamu ubah supaya cepat move on. Sedangkan kamu, pernah gak dia mikirin kamu sampai segininya atau khawatir sama kamu?" tanya Doni yang dibalas gelengan oleh Alvin.

"Gak kan, dia bisanya hanya mengumpat doang, sadar!" tegas Doni sambil menunjuk dada Alvin.

"Ingat AL, ketika kamu sudah sukses wanita mana yang gak mau sama kamu.

Bisa jadi Dina malah kembali bertekuk lutut padamu begitu melihatmu sukses.

Karena istrimu itu, perempuan matrealistis dan sekarang yang perlu ada dalam pikiran kamu bagaimana caranya sukses, udah itu aja!

Kuli bangunan ini gak bisa selamanya AL ini ada masanya. Untuk itu, kita harus bisa mencari penghasilan lain." ucap Doni panjang lebar.

Alvin yang awalnya menunduk, langsung mendongak mendengarkan nasehat Doni.

Ia melihat Doni dengan serius, dadanya tiba-tiba bergemuruh. Ntah apa yang ia rasakan tapi kata-kata Doni benar semuanya.

"Tampar aku." ucapnya membuat Doni

kaget.

"Hah?"

"Tampar aku Don, buat aku sadar kalo aku selama ini bodoh, selalu memikirkan Dina tanpa memikirkan diriku sendiri. Tampar aku untuk keluar dari zona aku-

Plak!

"Don-

Plak!

Doni menampar pipi Alvin kiri dan kanan, membuat Alvin terdiam merasakan sakit dan panas di pipinya.

"Ini adalah tamparan pertamaku

untukmu, sebagai teman, aku hanya ingin kamu bahagia AL. Dari awal aku kenal kamu, aku tidak pernah melihatmu benar-benar bahagia.

Tidak pernah, kamu hanya pura-pura bahagia supaya orang-orang tidak dapat melihat bebanmu. Mulai sekarang, ayo jujur pada diri kamu sendiri, hidup ini hanya sekali AL.

Jangan sampai mati sia-sia cuma gara- gara perempuan matre dan tolol kayak Dina."

Ujar Doni membuat Alvin mangut-mangut.

"Hum ... kamu benar, aku laki-laki bodoh yang selalu nurut pada Dina." ujar Alvin.

"Itu tau, ayo kerja nanti gak gajian lagi." ajak Doni bangkit dari duduknya.

"Sebentar, aku ayun Guntur dulu." ucap Alvin lalu ia merebahkan Guntur di ayunan.

"Jadi anak yang baik Budi ya Nak, do'akan Ayah." gumam Alvin pada putranya membuat Doni yang melihat itu tersenyum.

'Aku yakin AL, kamu insyaallah sukses, kita tunggu aja tanggal mainnya.' ucap Doni dalam hati.

***

Seharian mereka bekerja, Alvin sesekali berhenti saat Guntur haus, ia segera

membuatkan susu untuk Guntur.

Sore hari menjelang magrib mereka sudah selesai bekerja, saatnya mereka menunggu giliran untuk mengambil gaji.

Begitu Alvin menghadap atasannya, pria itu heran melihat Alvin menggendong bayi.

"Bayi siapa yang kamu gendong?" tanya Pak Burhan pemegang tender proyek itu.

Sebenarnya bukan Burhan yang membagi-bagikan gaji, hanya saja karena

bawahannya lagi sakit mau tidak mau Burhan

yang turun langsung.

"Anak saya Pak." jawab Alvin jujur.

"Kenapa kamu malah bawa anak disini,

kan harusnya gak boleh bawa anak. Ini tempat kerja.

Kasian bayi di bawa-bawa ke tempat bangunan begini." ujar Pak Burhan membuat Alvin melihat Doni sejenak.

"Mohon maaf Pak, jika saya melanggar tapi bawa bayi bukan tanpa sebab Pak.

Tadi malam istri saya meninggalkan

rumah bagitu saja, dan meninggalkan anak kami yang masih berumur lima bulan." terang Alvin membuat Pak Burhan tampak kaget.

"Kok bisa?" tanya Burhan.

"Ceritain aja AL, biar Pak Burhan tau dan bisa ngasih kamu keringanan untuk tetap bisa bawa Guntur." usul Doni yang dibalas anggukan oleh Alvin.

"Boleh saya cerita Pak." ujar Alvin.

"Silahkan, duduk dulu." suruh Burhan

sebenarnya Burhan adalah bos yang disiplin

dan galak.

Tidak semua orang bisa berinteraksi banyak padanya. Tapi Alvin selalu membuatnya luluh, dari awal kerja begitu melihat Alvin ia selalu teringat dengan almarhum adiknya.

Alvin menceritakan semuanya pada Burhan, membuat Burhan mangangguk paham dengan cerita Alvin.

"Itulah kita laki-laki ini, saat miskin diinjak-injak sepuasnya dituntut ini dan itu.

Tapi yakinlah AL, istrimu akan menyesal menyia-nyiakan laki-laki sebaik kamu." ucap Pak Burhan membuat Alvin terkekeh.

"Ya kali Pak, yang ada dia bahagia lepas dari saya, lepas dari anaknya.

Dia bisa bergaya sepuasnya mencari laki- laki impiannya, yang kaya dan mapan.

Tidak seperti saya, yang hanya kerja serabutan." jawab Alvin yang dibalas gelengan oleh Burhan.

"Betul, tapi itu cuma sesaat Alvin, dia pasti akan menyesal. Hukum karma itu ada, kita lihat aja nanti.

Walaupun dia dapat laki-laki kaya dan

tampan, belum tentu laki-laki menghargainya sebagaimana kamu menghargainya.

Laki-laki kaya juga gitu AL, banyakan yang semena-mena sama perempuan,bbahkan menganggap perempuan hanya pemuas nafsunya.

Tapi semisalnya, saat kamu sukses amin ya... Dia kembali lagi, dengan berbagai alasan apa yang akan kamu lakukan?

Menerimanya kembali kah? Atau bagaimana?" tanya Burhan mencoba menjebak Alvin.

"Amin ya Allah, masalah itu lihat nanti aja Pak. Tapi yang jelas, jika Dina datang disaat saya sukses, saya akan mengingatkan kembali ke masa-masa ini." jawab Alvin membuat Burhan tersenyum.

"Ya... terima kasih untuk hari ini, semoga sukses ini gaji kamu." ucap Burhan lalu memberikan uang 150 ribu ke tangan Alvin.

"Terima kasih banyak Pak, o iya Pak.

Apa saya tetap boleh membawa anak saya, karena di rumah gak orang Pak." pinta Alvin yang dibalas anggukan oleh Burhan.

"Iya, tapi jangan bilang ke siapa-siapa. Cuma kamu yang saya bolehkan." jawab Burhan membuat Alvin senang,ia langsung mengangguk.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!