"B-benar." Sheilla menarik napasnya dalam-dalam sebelum meraih tangan pria itu, sensasi kesemutan menjalar ke seluruh tubuhnya saat bersentuhan, seperti sebuah kilat dan membuatnya menggigil. "Tolong, bisakah kau membantuku?."
Pria itu melengkungkan bibirnya, mata birunya yang dalam tertuju pada bibir Sheilla.
"Aku tidak mengerti kenapa aku tidak bisa." Suaranya yang serak memikat pikiran Sheilla menjauh dari segala ketakutan dan kengerian. "Nona-?."
"Sheilla." Sheilla berseru cepat. "Kau bisa memanggilku Sheilla."
"Sheilla." Pria itu menerima tawarannya dengan senyum yang sopan dan ketika mendengar namanya sendiri keluar dari mulut pria itu dengan suaranya yang dalam itu, membuat Sheilla tersipu malu. "Tolong beri aku waktu sebentar."
Sheilla menganggukkan kepalanya, pikirannya masih tenggelam dalam tatapan pria itu hingga ia lupa untuk melepaskan tangannya.
Pria itu tertawa kecil, tetapi dia membiarkan tangan Sheilla yang tidak mau melepaskannya itu. Pria asing itu setengah berbalik, sebelah tangannya yang lain menjentikkan jarinya dan beberapa orang menyerbu masuk kedalam ruangan tersebut karena perintahnya.
"Selesaikan masalah ini." Pria itu memiringkan kepalanya kearah meja, suaranya tiba-tiba menjadi dingin dan tajam. "Aku ingin tahu darimana obat-obat keras itu berasal dan siapa yang mengizinkannya masuk."
"Baik, bos!." Serempak Orang-orang itu sebelum akhirnya berjalan menyebar untuk melakukan tugas mereka, dan para pengguna narkoba yang ada diruangan itu semuanya mencicit dan berlutut dengan tangan memohon diatas kepala mereka.
'Bos?.' Pikir Sheilla mengernyitkan dahinya. 'mengapa semua orang yang ada disini di panggil bos?.'
Gadis itu mengintip kearah pria yang menghalanginya dengan tubuhnya sendiri dengan rasa ingin tau sebelum akhirnya wajahnya terlihat terkesiap kaget.
'Apakah dia juga bagian dari mafia?.'
Pria itu berbalik ketika Sheilla masih terkejut dan baru kemudian gadis itu menyadari bahwa dia masing memegangi tangan pria asing itu.
Pria itu menjentikkan jarinya. Membuat Sheilla tersadar dan ia pun menundukkan kepalanya. "Ayo ikut aku." Pria itu memberi isyarat, tetapi Sheilla tidak bergerak dari tempatnya.
"Kemana kau akan membawaku?." Tanya Sheilla dengan seluruh keberanian yang bisa dirinya kuasai. Rasa tertariknya pada pria yang telah menyelamatkannya dari pria pemabuk tadi telah menghilang karena Sheilla menyadari bahwa orang yang berdiri dihadapannya itu, mungkin saja juga termasuk seorang mafia.
Pria itu melengkungkan bibirnya. Tertawa kecil. "Ku pikir kau ingin bertemu dengan Sean?."
Benar! Sheilla hampir saja lupa jika dirinya tadi mengaku-ngaku sebagai gadisnya Sean.
"Ah iya, itu benar." Sheilla menghela napasnya, tidak berhasil menemukan alasan untuk keluar dari masalah ini. Dia harus bertemu dengan Sean atau Alex akan menjadi mimpi buruk di kepalanya, selamanya. "Kau bisa membawaku menemuinya?."
"Aku bisa." Pria itu tersenyum dan mengajak Sheilla keluar dari ruangan tersebut. Keluar dari ruangan itu, indera pendengaran Sheilla mendengar suara menakutkan dari para pencandu narkoba ketika pintu dibelakang ditutup.
Entah apa yang anak buah pria ini lakukan pada para pencandu itu. Sheilla tidak ingin mengurusi masalah mereka saat ini.
Dengan mengikuti pria sopan itu di belakang, langkah kaki Sheilla mulai masuk kebagian dalam klub tersebut. Dan tak lama dari itu, mereka berhenti didepan sebuah pintu mewah dan menjulang tinggi. Sheilla menoleh kearah pria itu, dan pria itu memiringkan kepalanya kearah pintu, masih dengan tatapan gelinya.
Sheilla menarik napasnya dalam-dalam dan mendorong pintu hingga terbuka, dan pria berambut hitam yang dilihatnya di ruang bawah tanah sedang berdiri di tengah ruangan, tampaknya terkejut saat seseorang membuka pintu.
"Lihat apa yang aku temukan di ruangan 302." Pria itu kembali menutup pintu, begitu dirinya dan Sheilla masuk kedalam ruangan Sean Vincent Smilt. "Siapa yang bertanggung jawab atas ruangan itu? Mereka menjual narkoba disana."
Pria berambut hitam itu mengernyitkan dahinya, mata dinginnya tertuju ke arah Sheilla dengan kemarahan yang terlihat jelas didalam dirinya.
"Bukan! Bukan aku yang menjual narkoba itu, aku hanya tidak sengaja masuk kedalam ruangan itu." Sheilla menarik tangan pria itu dan mengangkatnya naik turun. Sambil mengutuk pria sopan itu dibenaknya, karena telah menyinggung tentang narkoba didepan pria berambut hitam itu.
Jelas sekali bahwa bosnya tidak menyukai narkoba! Jadi, apakah dia mencoba membuat dirinya mendapatkan masalah?.
"Siapa dia?." Pria berambut hitam itu bertanya, mengabaikan Sheilla dan menatap kearah pria sopan itu.
"Yaaaa....." Pria itu terkekeh kecil sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Dia mengaku sebagai gadismu dan pergi ke ruangan itu untuk mencarimu. Apa kau tidak mengenalinya, bos?." Kedua alisnya terangkat dan dia bertanya dengan suara pelan.
Tanpa Sheilla sadari kedua pria itu melemparkan pandangan berisyarat.
Pria berambut hitam itu mengernyitkan dahinya sebelum akhirnya pandangannya kembali tertuju kearah Sheilla seolah baru pertama kali melihatnya.
"Kau mencari ku?." Sebelah alisnya terangkat saat pria itu semakin berjalan mendekati Sheilla. "Aku tidak ingat pernah menganggapmu sebagai milikku, Nona."
"Aku minta maaf!." Sheilla terlihat panik. "Aku mengatakannya supaya aku bisa keluar dari ruangan itu, aku benar-benar minta maaf! Tapi, aku memang ingin menemui mu. Anak buahmu menculikku dan membawaku kemari, mereka juga tidak ingin kau mengetahui hal ini! Aku berada diruang bawah tanah, ketika kau berkunjung kesana! Aku butuh bantuanmu untuk menghentikan Alex melakukan hal ini lagi!."
Sheilla terdiam ketika tiba-tiba pria sopan itu berubah, memperlihatkan tatapan tajamnya kearah Sheilla.
Pria berambut hitam itu juga melirik kearah pria sopan itu, namun pria berambut hitam kembali memperhatikan Sheilla.
"Kau siapa, Nona?."
"Sheilla, Sheilla Allenna Arexa." Jawab Sheilla. "Aku tau mereka menyembunyikan ini darimu karena kau tidak seperti mereka. Bisakah kau membantuku, Sean?!."
"Kau harus memanggilnya dengan panggilan Tuan." Kata pria sopan itu mengoreksi.
Sementara itu dengan tatapan dinginnya, pria berambut hitam bertanya. "Apa kau berani menghadapi Alex dalam hal ini?."
"Ya, Tuan! Aku, benar!." Alea mengangguk cepat. Masih mengira bahwa pria berambut hitam itu adalah 'Sean'. "Mereka menindas paman dan bibiku sebelum menghancurkan rumah kami dan menculik ku tanpa alasan yang jelas! Aku tau semua wajah mereka!."
Sean— pria itu menatap pria berambut hitam yang berdiri tak jauh dihadapan mereka. Beberapa detik kemudian dia berbalik dan pergi mendekati pintu untuk memanggil seorang penjaga.
"Panggil Alex! Aku ingin dia menghadap!."
***
Ruangan itu menjadi sunyi, Sheilla tidak berani menatap pria yang di pikirannya adalah Sean— bos mafia yang dingin dan kejam itu. Gadis itu justru mengarahkan pandangan kearah pria sopan yang membawanya kesini.
Dia mengenakan kemeja putih dengan jas yang hanya digantung ditangannya, hanya 3 kancing bagian atas yang dibiarkan terbuka, membuat matanya tertuju pada garis halus tulang selangka nya.
"Apa yang sedang kau lihat?." Pria itu menyandarkan punggungnya dengan santai di sandaran kursi sofa, sementara ditangannya ia memegangi sebuah minuman. Pria itu memiliki ekspresi geli diwajahnya sejak Sheilla bertemu dengannya, seolah semua tampak lucu baginya.
Hanya satu kali tatapan pria itu mampu membuat Sheilla bungkam.
"Hm... Terimakasih atas bantuan mu." Kata Sheilla tersipu karena pikiran kotor yang ia miliki tentang pria itu. Dan karena ketahuan telah memperhatikannya. "Kau benar-benar menyelamatkanku hari ini."
"Aku berharap dapat memperbaiki nama Sean karena ulah Alex." Pria itu mengangguk dan berbicara dengan nada tulus.
Sebelum Sheilla dapat mengatakan sesuatu, suara ketukan di pintu membuatnya tersentak dan ketakutan.
"Masuk!." Perintah pria sopan yang duduk tak jauh dari Sheilla dan Alex pun masuk..
Wajahnya memucat kerena panik saat melihat Sheilla, tetapi sesungguhnya bukan gadis itu yang membuatnya merasa ketakutan. Melainkan tatapan dari bos nya sendiri.
Alex menjatuhkan dirinya ke lantai, berdiri dengan kedua lututnya dan menatap Sean dengan tatapan memohon. "Bos!."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments