"Apa kau pikir Elana pembantu?" balas Feli sengit. Ia tidak terima sahabatnya selalu dibuli oleh Siena.
"Kenapa? Elana sendiri tidak keberatan, 'kan. Lalu kenapa kau yang tidak terima." balas Siena.
"Apa selama ini Elana diperlakukan begini?" batin Elara.
"Heh, malah bengong! Kerjakan tugasku sekarang juga, aku tunggu istirahat kedua."
"Siena, kau tidak bisa menindas Elara terus!" pekik Feli masih tak terima.
"Kenapa? Kau ingin ditindas juga? Tapi sayangnya kau tidak punya kemampuan apa-apa, jadi aku tidak bisa memanfaatkanmu."
Chelsea yang pada dasarnya pendiam, hanya diam sembari memeluk lengan Elara untuk menenangkan. Sementara Elara justru sudah mengepalkan tangannya untuk menahan emosi yang rasanya akan meledak saat ini juga.
"Sudah ya, jangan lupa dikerjakan dengan benar, bye kutu buku." Siena dadah manja pada Elara dan teman-temannya.
Elara tidak tahan mendapat bulian ini. Baginya yang seorang petarung jalanan, harga dirinya seakan diinjak-injak saat ini dan ia tidak akan bisa menerima itu. Terlebih ia juga tidak akan membiarkan pembuli Elana terus merajalela.
Akhirnya, Elara menarik bahu Siena hingga menghadapnya kembali. Saat sudah saling berhadapan, Siena mengangkat tangan untuk menampar Elara karena sudah berlaku tidak sopan padanya. Tetapi yang tidak Siena ketahui, lawannya kali ini bukanlah Elana yang lemah, melainkan Elara si petarung handal. Elara menangkap tangan Siena yang akan menamparnya, lalu memelintir tangan tersebut kebelakang punggung Siena, membuat Siena memekik keras.
"Lepas, sial*n!" maki Siena.
"Sudah kalah, masih sempat-sempatnya mengumpat. Dasar jal*ng!" Elara mendorong Siena hingga terjerembab ke lantai. Tidak sampai disitu saja, Elara menginjak ujung sepatu Siena hingga membuat Siena memekik. "Dengarkan baik-baik. Aku mungkin Elana, tapi aku bukan lagi Elana yang lemah, yang bisa kau tindas sesukamu. Camkan itu!"
"Lepaskan kakiku, sial*n!"
Elara semakin menekan kakinya ke ujung sepatu Siena. Setelah beberapa saat, barulah ia lepaskan. Disaat itu, Siena langsung dibantu sahabatnya untuk pergi dari kantin.
"Ken, sepertinya gadis incaranmu sudah berubah menjadi macan." ucap Juna, sahabat Kenzie. Kenzie tidak menanggapi karena ia juga ikut terkejut melihat tindakan Elana.
Di meja lain, Langit sampai duduk di atas meja saat melihat pertunjukan menakjubkan tadi. Ia tersenyum melihat keberanian Elara melawan Siena yang sebenarnya adalah kekasihnya sendiri.
"Sangat menarik." Seulas senyum tipis tersungging di bibirnya saat melihat keberanian Elara yang i sangka Elana.
...•••***•••...
"Lana, demi apa? Kau tadi sangat keren." Chelsea sampai mengangkat dua jempolnya untuk Elana.
"Tentu saja. Siapa dulu? Elana!" balas Feli bangga. "Tapi, Lan. Aku baru tahu kalau kau bisa bela diri. Tapi apapun itu, aku sangat suka gayamu tadi, kau hebat. Kakak kelas tukang buli itu memang pantas diberi pelajaran."
"Iya, kau luar biasa, Lan." timpal Chelsea.
...•••***•••...
Kenzie, ketua Geng Motor Ganstar bersama para anggotanya telah berada di arena balap. Di samping mereka, anggota Geng Atlantis yang berada dibawah pimpinan Langit 'pun sudah ada di sana.
"Aku pikir kalian tidak akan datang." ucap Langit angkuh.
"Hanya seorang pengecut yang mengingkari janjinya." balas Darel, salah satu teman Kenzie.
"Sudahlah, Bos. Lebih baik kita langsung buktikan saja, siapa yang akan menang malam ini." Jojo menyerahkan helm milik Langit.
Langit dan Kenzie sudah naik ke motor masing-masing. Keduanya saling melirik dan menatap tajam dari balik helm yang mereka kenakan. Di depan mereka, seorang gadis berdiri di tengah-tengah dengan memegang sebuah bendera. Ketika bendera tersebut ia terbangkan, Langit dan Kenzie langsung tancap gas untuk memulai permainan.
Arena balap liar itu begitu riuh dengan teriakan para pendukung dari masing-masing Geng yang menyerukan jagoannya. Sementara di tempat yang tidak begitu jauh dari arena balap itu, Elara menatap motor yang dikendarai Kenzie dan Langit dengan seksama.
Nyatanya, pemandangan ini sangat Elara sukai. Karena ia 'pun sangat senang mengikuti balap liar seperti ini, walaupun akhirnya selalu berakhir dirinya ditangkap oleh pihak berwajib, lalu menyusahkan Papa Efendi untuk mengurus masalahnya.
Fokus Elara kembali pada Langit dan Kenzie yang masih terus berlomba untuk mencapai garis finish. Seruan atas nama mereka 'pun tidak hentinya terdengar. Hingga akhirnya, setelah beberapa saat berlalu dengan ketegangan untuk menentukan pemenangnya, akhirnya motor Langit lebih dulu menyentuh garis finish.
"Asik... Bos-ku menang lagi." seru Sam. "Mana duitnya, sini sini." Sam mengambil duit dari tangan anak-anak Ganstar, lalu mengipaskannya ke wajahnya. "Ademnya kipasan duit memang beda." ucapnya sombong.
"Lain kali, kalau kemampuan masih cetek, tidak perlu sok jagoan." ucap Jojo tak kalah sombong.
"Hm, malu." ledek Sam.
Elara menatap muak melihat Langit dan Gengnya yang bersikap jumawa. Lalu kemudian tatapan Elara melihat ke jalanan lain dan mendapati mobil polisi yang akan melintas. Dengan gerakan cepat, Elara memakai helm-nya, lalu menuju arena balap. Dengan sengaja ia menciptakan keributan dari suara motornya yang akhirnya membuat Geng Atlantis dan Ganstar marah, lalu mengejar Elara.
Elara terus melihat spion motornya saat melihat dua anggota Geng Motor tadi mengejarnya. Setelah lumayan jauh dari arena balap tadi, Elara langsung memacu motornya dengan kecepatan tinggi, hingga Atlantis dan Ganstar kehilangan jejaknya. Disaat bersamaan, suara sirine mobil polisi terdengar, membuat kedua Geng itu berpencar untuk menyelamatkan diri.
Setelah sampai di markas Atlantis. Seluruh anggota Geng Atlantis masuk dan menyibukan diri dengan urusan masing-masing. Ada yang memodifikasi motor, ada yang olahraga, dan lain-lain. Sementara Langit, Sam dan Jojo memilih duduk di sofa.
"Siapa orang itu tadi, Bos. Aku lihat-lihat, kecepatan berkendaranya sangat diatas rata-rata. Bahkan hampir menyaingimu." komentar Jojo.
"Iya, bahkan aku tidak berhasil mengejarnya tadi." ucap Langit menyetujui. "Tapi siapapun dia, aku rasa niatnya baik. Dia ingin menyelamatkan kita dari kejaran polisi."
...•••***•••...
Elara berkendara dengan motor vespa butut milik Elana. Sepanjang jalan menuju sekolah, ia menikmati udara pagi yang menyegarkan. Hingga akhirnya setelah beberapa menit berkendara, Elara akhirnya tiba di sekolah. Elara memarkirkan motornya dan berniat menuju kelas, tetapi Langit menarik kerah baju bagian belakangnya.
"Siapa yang mengizinkanmu parkir di sini?" tanya Langit.
Elara menatap Langit yang begitu menjengkelkan di matanya. Tampaknya, Elara akan mencabut kata-katanya untuk berperan sebagai Elana sepenuhnya. Karena setelah mengetahui bahwa Elana sering dibuli di sekolah ini, Elara merasa harus untuk melawan pembuli tersebut, termasuk Langit.
"Sekali lagi aku tanya, siapa yang mengizinkanmu parkir di sini?"
"Ada tulisan yang melarang untuk parkir di sini?" tanya Elara balik.
"Satu sekolah ini tahu kalau area ini adalah daerah kekuasaan Geng Atlantis."
"Geng Atlantis? Itu nama Geng atau merk sarden?" tanya Elara enteng. Setelah mengatakan itu, Elara langsung meninggalkan parkiran.
"Dia melawanmu, Bos." ucap Sam tak percaya.
"Hm, dia sangat menarik." Langit tersenyum menatap punggung Elara yang mulai menjauh. Setelah itu, Langit mengajak Jojo dan Sam masuk kelas.
Di seberang parkiran Atlantis, Kenzie, Darel dan Juna menatap tak percaya pada apa yang barusaja mereka lihat. Seorang Elana melawan Langit? Sungguh pertunjukan pagi hari yang luar biasa.
"Aku rasa, satu bulan tidak sekolah, Elana sudah memiliki cadangan nyawa. Kemarin di kantin melawan Siena, hari ini melawan Geng Atlantis, lalu besok? Uhh... Gadis incaranmu semakin menarik, Ken." ucap Juna menggoda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Abu Yub
mampir dek/Pray/tetap semangat/Rose/
2025-05-15
1