Bab 2. Hari Pertama Bayu Berjualan.
Pagi harinya, Bayu sudah memakai seragam sekolah dengan rapi. Dengan memakai sepatu hitam, kaos kaki putih, memakai dasi topi dan sabuk dengan lengkap.
Dia siap berangkat ke sekolah. Tidak lupa duka, dia membawa toples plastik berukuran sedang yang berisikan seratus tusuk telur gulung yang tadi malam dia buat. Ukurannya sangat besar dan gemuk-gemuk.
Itu seukuran satu telunjuk jari. Terlihat sangat menggoda. Meskipun itu tidak hangat lagi dan sudah dingin, akan tetapi rasanya tetap saja nikmat dan enak.
Bayu sendiri sudah mencicipinya dan rasanya sudah sangat pas. Tidak keasinan, tidak juga kurang asin. Dan jika dijual dengan harga Rp30, Bayu rasa itu sepadan karena bahan dasarnya adalah telur yang merupakan makanan yang cukup mewah bagi dirinya dan juga teman-teman sebayanya.
Sekedar informasi, saat ini Bayu tinggal di kawasan Jakarta. Atau lebih tepatnya, berada di pinggiran kota Jakarta. Di Kawasan Cipayung. RT2. RW4. Pada tahun 1980, kota Jakarta belum seramai di tahun 2025. Suasananya benar-benar seperti khas perdesaan zaman lampau.
Pagi itu, matahari bersinar cerah. Langit di desa Cipayung masih berwarna jingga yang lembut. Udara terasa sangat sejuk, embun yang begitu jernih masih menempel di daun-daun ilalang yang tumbuh liar di sepanjang jalan.
Pada zaman itu, jalan-jalan belum beraspal itu masih berupa jalanan lumpur yang terkadang terdapat banyak batu atau kubangan yang penuh dengan air kotor bekas hujan.
Jalan-jalan dipenuhi oleh anak-anak yang memakai seragam putih merah dengan semangat dan mengobrol dengan teman-teman mereka.
Tidak seperti zaman dulu yang memiliki tas sekolah, pada zaman ini masih sangat umum bagi mereka menggunakan kantong kresek sebagai alat untuk memasukkan buku pelajaran.
Berapa keluarga yang ekonominya lebih baik memiliki tas sederhana yang dibuat dari kain. Itupun kain biasa, bukan kain yang mahal.
Ada juga berupa tas serut sederhana yang dibuat sedemikian rupa dengan sangat rapi sehingga sangat mudah untuk di cangklong di pundak.
Sebut saja itu dengan Tas Serut Rajutan.
Tas Serut Rajutan ini terbuat dari kain sederhana yang bagian atasnya dilipat dan dijahit membentuk semacam lorong lalu diberi tali yang bisa ditarik serut untuk menutup tasnya.
Di kanan dan kiri tas dijahitkan 2 tali panjang, supaya tasnya bisa cangklong di bawah seperti tahanan sederhana.
Karena serutannya di atas, buku-buku sekolah bisa aman dari debu atau hujan gerimis. Pas itu begitu praktis, dan terlihat sangat elegan pada zaman itu.
Dan di antara anak-anak yang memakai seragam putih merah itu, ada salah satu anak laki-laki berusia 10 tahun yang berjalan dengan bersemangat memakai Tas Serut Rajutan di pundaknya, kemudian menenteng kantong plastik di tangan kanannya.
Nah, di dalamnya ada satu toples berisi telur gulung yang disusun dengan sangat rapi, kemudian ditutup dengan rapat. Anak laki-laki kecil itu tidak lain adalah Bayu. Dengan semangat yang menggebu-gebu dia siap untuk berjualan.
Bayu terus berjalan, tatapan matanya menatap sekeliling. Dengan begitu riang gembira, dia bisa melihat rumah-rumah penduduk sederhana, berdinding anyaman bambu atau kayu papan, beratapkan genteng tanah liat atau rubiah di beberapa tempat.
Di halaman rumah banyak sekali pohon-pohon besar seperti manga, rambutan, jambu, yang memiliki fungsi sebagai peneduh dan juga sumber buah yang bisa mereka panen saat musimnya nanti tiba.
Bayu merasa sangat bahagia karena udara di bagi hari sangat sejuk dan tidak tercemar oleh polusi apapun. Tanpa sadar dia bergumam,
"Suasana pedesaan di pagi hari memang yang terbaik." ucapnya.
Meskipun sudah 2 bulan berada di tahun yang berbeda ini, tetapi dia tak berhenti-hentinya merasa takjub dengan segala hal yang dia rasakan. Dia merasa ini adalah suasana baru yang penuh dengan petualangan yang seru.
Mari berbicara tentang sekolah yang Bayu tempati. Awalnya, Bayu sedikit terkejut dengan keadaan sekolahnya. Tetapi, menyadari jika ini tahun 1980, dia dengan cepat beradaptasi. Jika itu dihubungkan dengan tahun 2025, keadaan sekolahnya bisa dibilang cukup memprihatinkan. Tetapi, jika di tahun ini, orang hanya akan menganggapnya itu bangunan sederhana. Sungguh perbedaan yang sangat mencolok.
Gedungnya bercat putih dan kusam. Dindingnya dilapis semen kasar. Beberapa ruang kelas bahkan masih beratapkan genteng yang retak atau di bagian sisinya ada yang sedikit pecah. Sehingga menyebabkan kebocoran saat hujan deras.
Lantainya bukan lantai keramik yang mengkilap seperti tahun 2025 yang sering Bayu lihat. Akan tetapi, pada tahun 1980 itu adalah semen polos yang terlihat pecah-pecah dan banyak retakan. Dan juga banyak sekali tambalan-tambalan.
Meja dan bangku terbuat dari kayu jati yang keras. Beberapa sudah penuh dengan coretan nama atau ukiran iseng dari siswa sebelumnya. Seperti nama, I Love You Siska, atau Aku Sayang Kamu, dan sebagainya. Saat pertama kali Bayu melihatnya, dia hanya tersenyum geli.
Mungkin ini dilakukan oleh beberapa siswa yang sudah naik kelas. Di depan sekolahnya, ada tiang bendera yang berdiri kokoh di atas elemen luas beralaskan tanah yang keras.
Di depan gerbang sekolah, pasti ada penjual jajanan seperti kue cubit, cilok, dan es lilin. Mereka menggunakan gerobak kecil atau sekedar meletakkan dagangan di atas tikar.
Telur gulung belum ada, karena telur bisa dikatakan merupakan bahan mewah yang mahal. Dan teknik menggulung telur pada zaman itu jarang diketahui. Atau lebih tepatnya, mungkin mereka tidak berpikir ke arah itu.
Bayu terus berjalan. Dan ciri khas suasana jalan perkampungan adalah, banyak sekali suara burung-burung pipit, ayam berkokok, dan aneka hewan sawah yang menjadi irama alami yang selalu menemani perjalanan Bayu ke sekolah.
Sesekali ada kereta kuda atau andong yang melintas berlahan membawa hasil tani ke pasar terdekat. Dan hal yang membuat Bayu sangat takjub adalah dia bisa melihat kuda dari dekat. Itu merupakan sesuatu yang cukup mendebarkan baginya secara pribadi.
Perjalanan Bayu dari rumahnya ke sekolah tidaklah jauh, itu hanya sekitar 1,5 km.
Pada zaman itu, 1,5 km bisa dianggap dekat. Sedangkan 5 km baru dianggap jauh.
Mungkin itu yang menyebabkan pertahanan fisik anak-anak zaman dahulu lebih kuat dari anak-anak pada generasi di tahun 2025 yang mana selalu diantar oleh mobil antar-jemput dan sebagainya. Tapi entahlah, Bayu tidak ingin memikirkannya. Lagipula, dia sudah hidup di zaman yang berbeda sekarang.
Ini adalah tahun 1980 Cuy!
Yang penting baginya adalah hari ini jualannya harus habis.
"Semangat! ini adalah hari pertamaku berjualan." gumamnya.
Singkat cerita, akhirnya Bayu tiba di sekolah. Seperti umumnya, keceriaan dan kehebohan para siswa saat bertemu dengan teman-temannya menjadi momen yang paling menyenangkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
EsTehPanas SENJA
sekarang udah jarang pada punya pohon2 buah di halaman 😅 yang ada halamannya cuma buat garasi mobil
2025-04-30
0