Bising suara kereta kuda dan derap kaki bercampur gemercik hujan kudengar jelas. Sayup-sayup kubuka mata. Dalam pandangan kabur mataku menjelajahi tempat yang gelap ini.
" Kau sudah bangun ya? Syukurlah. "
Kudengar suara Gideon yang merasa lega entah apa yang membuatnya begitu. Kuusap kedua mataku lalu aku menyadari bahwa sekarang aku berada di dalam kereta kuda bersama Gideon dan Daylen yang sadang menjadi kusir.
Kuberanjak bangun lalu menyandarkan badan ke tembok kayu kereta kuda sambil meringis merasakan sakit luar biasa pada perutku.
" Apa yang terjadi? " tanyaku dengan sesekali melirik keluar jendela kereta kuda.
" Kami menemukanmu pingsan di tengah hutan dengan luka diperutmu yang terbuka. " Jelas Gideon padaku. Seketika aku teringat bahwa aku tidak sendirian. Saat it aku bersama kapten yang sedang terluka parah.
" Gideon dimana kapten?! Harusnya dia bersamaku saat dihutan bukan? " tanyaku
Gideon menunduk sambil memejamkan mata. Pria kurus itu bernafas berat seolah enggan menjawab pertanyaanku. Dia hany menggelengkan kepala saja tanpa seucap kata keluar dari bibirnya.
Melihat ekspresi dari Gideon, Aku tiba-tiba mengingat semuanya. Ya! Aku yang telah mengakhiri hidup kapten dan setelah itu aku tak mengingat apa-apa lagi.
Kulihat kedua telapak tanganku sendiri. Dalam pandangan kosong hatiku langsung merasa sakit dan air mata tumpah membasahi pipiku. " Hey Gideon ... A-apa sudah..., "
" Ya, kapten sudah gugur. Dia gugur sebagai pahlawan dan semua bukan salahmu. Caramu mengakhiri hidup kapten sudah benar. Jika aku menjadi dia, aku mungkin ingin kau melakukan hal sama. Kapten sudah damai di alam sana dan jangan kau sesali atau meratapinya! " Daylen menyela perkataanku.
Suara yang jarang kudengar dari si badan besar itu sedikit meredakan kesedihan di hati walaupun aku masih terus teringat akan kematian kapten.
" Lalu dimana kapten? Dimana tubuhnya? " tanyaku untuk kesekian kali.
" Kau sudah pingsan selama 2 hari. Kami menguburkan kapten di pos perbatasan. Maaf kami tidak bisa menunggumu untuk bangun karena takut mayat kapten membusuk. " Gideon merogoh saku di dalam jubah lalu mengambil kertas yang terlipat rapi. Dia menjulurkan kertas itu padaku. " Itu peta lokasi makam kapten. Aku sudah menandainya agar kau bisa mudah menemukan makamnya. "
" Terimakasih Gideon. Oh ya apa kau membawa tas milik kapten juga? "
" Ya tasnya kusembunyikan di kereta kuda belakang kita. "
Aku menengok kebelakang dan bertanya pada Gidaeon lagi, " Kita mau kemana? kenapa banyak sekali kereta kuda? "
" Kita menuju perkemahan pasukan infanteri divisi ke 70. " jawab Gideon.
" Ha? Apa yang terjadi? "
" Pasukan Varaya di garis depan mundur total setelah mendengar kabar aliansi kerajaan-kerajaan benua timur melakukan serangan balik besar-besaran untuk mencoba merebut kembali wilayah mereka dari Varaya, " sela Daylen sekali lagi.
" Dan baginda ratu memerintahkan semua pasukan Faks yang tersisa untuk bergabung dengan pasukan utama yang akan mencoba merebut kembali kota Vyord. Kabar gembiranya, pengepungan kota Vyord nanti akan menjadi misi terakhir kita. " Imbuh Gideon.
Misi terakhir ya? ku mendongak memandang langit-langit kereta kuda. Kuberpikir kira-kira apa yang akan kulakukan saat misi sudah berakhir.
Kapten padahal sebentar lagi misi kita berakhir. Tapi kenapa kau gugur lebih dulu? Dan sekarang sepertinya aku masih belum mendapat tujuan hidupku yang baru selain berperang.
***
4 jam tak terasa dan kami pun sampai di perkemahan pasukan divisi ke 70. Kedatangan pasukan Faks seperti kami menjadi bahan tontonan para prajurit lain.
Bagaimana tidak, keberadaan pasukan seperti kami sangat rahasia dan sekalipun terlihat terkadang tak disadari para pasukan lain. Karena kami yang selalu bersembunyi di hutan-hutan, kami juga mendapatkan julukan si hantu rimba karena taktik perang gerilya yang kami lakukan selama menjalankan misi di belakang garis pertahanan musuh yang medanya dipenuhi hutan dan rawa.
Kami bertemu para anggota pasukan Faks yang lain. Meski begitu, tak ada tegur sapa atau senda gurau antara satu regu dengan regu yang lain. Kami hanya saling bertukar informasi saat menjalankan misi. Memang beginilah yang terjadi di lingkup pasukan Faks.
Kami hanya diperkenankan mengenal anggota 1 regu saja selain itu sangat dilarang keras berkenalan dengan anggota lain dengan alasan demi menjaga informasi setiap regu dan untuk berjaga-jaga agar tidak lahir penghianatan diantara pasukan ini. Sistem semacam itu masih terus kami jalankan sampai sekarang bahkan tenda kami saja terpisah setiap tim.
Setelah saling bertukar informasi, kami mengadakan rapat darurat di tenda regu 6 untuk menunjuk pemimpin baru pasukan Faks setelah regu 1 yang sudah gugur semua ditambah juga gugurnya kapten Alvar. Pemilihan pemimpin pasukan Faks berdasarkan jam terbang dan jarak misi yang ditempuh karena semakin jauh misi semakin tau informasi medan dan pasukan musuh. Dari semua pasukan Faks, hanya regu 1, 2, dan 8 lah yang memiliki jangkauan misi dengan jarak yang jauh. Lalu dari 3 regu itu yang terjauh adalah regu 1 lalu disusul regu 2 karena itu pemimpinnya pasti antara aku, Daylen, atau Gideon.
Walau sebenarnya kapten-kapten pemimpin regu lain yang segenerasi dengan kapten Alvar, tapi justru merekalah yang mengusulkan kalau pemimpin selanjutnya harus dari generasi kedua.
1 jam lebih perdebatan terjadi antar semua regu hingga akhirnya aku diangkat menjadi pemimpin karena mendapat suara terbanyak. Aku sebenarnya tidak mau bahkan tidak terpikir menjadi seorang pemimpin pasukan sehebat pasukan Faks.
Tapi mengingat misi pasukan ini hanya tinggal 1 saja dan demi keberhasilanya dibutuhkan seorang pemimpin maka aku pun bersedia walau terpaksa. Rapat ini ditutup dengan saling berjabat tangan.
Aku keluar dari tenda regu 6 dan berjalan menuju tendaku yang letaknya lumayan cukup jauh karena memang tenda-tenda pasukan Faks sengaja dibuat saling berjauhan. Disepanjang jalan banyak kulihat para prajurit yang sibuk mempersiapkan amunisi dan logistik untuk penyerangan besok. Selain itu banyak juga para prajurit yang bersenda gurau,bernyanyi, atau memainkan alat musik demi menghilangkan rasa jenuh di bawah guyuran hujan.
Entah mengapa kuberpikir senyum yang terpampang pada mereka hanyalah senyum palsu demi menyembunyikan ketakutan. Aku seperti merasakan jeritan ketakutan mereka yang tak ingin mati di medan perang. Ku lihat juga tangan mereka gemetar saat memainkan alat musik. Seperti melihat diriku sendiri saat melihat mereka.
Belum sampai di tenda, Aku di datangi oleh 2 prajurit. Mereka membawakan secarik kertas yang saat kubuka berisi pesan agar aku segera menemui Mayjen di tenda utama.
Aku sangat lelah sekali apalagi kondisi belum pulih tapi mau bagaimana lagi, ini mungkin adalah tugas seorang pemimpin. Aku berbalik arah lalu berjalan menuju tenda besar di tengah tenda-tenda pasukan artileri.
***
" Anda memanggil saya pak? " Tanyaku dari balik topeng rubah hitam yang ku kenakan.
Di depan, ku lihat meja besar yang tertutup peta kota Vyord dan seorang pria tua berambut putih memamakai jaket militer hijau dengan 2 bintang di kedua pundaknya berdiri disamping meja.
" Kau pemimpinya? " Tanya pak tua itu yang berjalan mendekatiku. Dia juga membawa sepucuk surat yang berstampel kerajaan Magolia.
" Ya! saya pemimpin pasukan Faks yang baru, " sahutku.
" Baru? apa maksudmu? "
" Pemimpin sebelumnya telah gugur bersama semua anggota regu 1 pak. "
" Lalu dimana Alvar? "
Aku terdiam sejenak saat jendral menyebut nama kapten Alvar yang membuatku teringat memori menyakitkan itu lagi.
" Ka-kapten Alvar gugur saat menghadang pasukan kavaleri Varaya, " ucapku terbata-bata.
" Ughuk... Ughuk...! "
Mayjen langsung tersedak dan batuk-batuk. Ku lihat kedua tanganya gemetar dan kemudian dia kembali ke kursi duduknya.
" Prajurit selevel Alvar mati?! Aku tidak bisa percaya ini! " Dia menghela nafas panjang, " bisa kau ceritakan apa yang terjadi di wilayah musuh?! "
Aku pun menceritakan sejengkal demi jengkal peristiwa di malam itu yang merenggut nyawa regu 1 dan kapten Alvar. Aku juga menceritakan bagaimana pengorbanan pasukan Faks saat menghadang ribuan prajurit musuh demi menyelamatkan garis depan pasukan Magolia dari kekalahan.
Kuyakin perlawanan heroik rekan-rekanku tidak sampai ditelinga para prajurit terutama para petinggi militer seperti dia.
" Sebagai perwira tinggi, aku merasa bersalah dan berterimakasih beribu-ribu kali pada kalian. Jika tanpa perjuangan kalian di wilayah musuh, mungkin kami sudah tak tarsisa di sini. " ungkap Mayjen setelah mendengar ceritaku.
Aku hanya membalas dengan sekali anggukan saja. Sudah tidak tahu lagi aku harus menjawab apa sementara rasa duka atas kepergian kapten masih terus menghujani pikiranku.
" Ini adalah misi terakhir kalian dari yang mulia ratu. Setelah misi ini berakhir, sisa pasukan Faks akan dijadikan tentara cadangan di kota Burga. Tetapi aku meminta maaf padamu karena baginda ratu meminta agar pemimpin pasukan Faks tetap aktif dan kembali ke Ibukota setelah misi selesai. " Jelasnya sembari membuka isi surat yang ia bawa.
" Boleh saya tahu rencana anda? " tanyaku.
Dia kembali berdiri dan mengambil tongkat komandonya. " Misiku adalah membebaskan Vyord dalam 3 hari. "
Ku berjalan mendekati meja terselimuti peta tersebut. " 2 garis? "
" Itu adalah benteng parit yang mereka buat. Ada 2 parit pertahanan 1 di garis depan dan 1 lagi tepat di depan kota. Jarak dari parit pertama dan kedua sejauh 2 kilometer dan besok kita akan merebut parit yang pertama dulu. " Jelasnya sambil menunjuk peta.
" Lalu bagaimana dengan misi saya? "
" Misimu di hari pertama adalah melindungi pasukan artileri yang akan kuletakkan di belakang bukit kecil dengan jarak 5 kilometer dari Vyord. Aku mendapat informasi jika pasukan artileri akan diserang oleh para pensabotase. Karena itu aku ingin kalian menjadi umpan dengan meriam-meriam palsu. "
" Bagaimana dengan misi kedua? "
" Yang mulia ratu memerintahkan kalian menyusup ke garis belakang musuh dan berbaur dengan mereka. Penyerangan ke garis belakang akan dilakukan sebelum matahari terbit dan saat itu kalian harus mengacak-acak mereka dari dalam. " Lanjutnya seraya menyeruput air dari cangkir di atas meja.
" Aku juga sudah menyiapkan bahan penyamaran di tenda kalian masing-masing, "
" Baiklah kami akan menjalankan misi sebaik mungkin. Kalau begitu saya izin meninggalkan tempat, " ucapku dengan mengangkat tangan memberi hormat.
Mayjen menganggukkan kepala sambil menunjukkan senyum tipisnya. " Terimakasih atas waktumu dan terimakasih atas perjuangan kalian selama ini. "
Aku langsung keluar dari tenda besar tersebut dan berjalan menuju tendaku.
Sesampai di depan tenda, aku melihat Gideon membawa tas hitam besar dan dia datang menghampiriku. Sepertinya di dalam tas itu berisi alat penyamaran yang dimaksud jendral.
" Yoha aku mendapat tas aneh ini, " cetus Gideon.
" Bawa tas itu masuk! Itu bagian dari misi baru kita dari Mayjen, "
" Oh ya, seperti apa rupa orang itu? kudengar dia orang yang kejam dan menakutkan, "
" Badanya sebesar kapten Alvar dan sudah berambut putih. " jawabku sambil meregangkan tangan. " Ngomong-ngomong aku tidak tahu namanya siapa. "
" Kau ini, " Gideon menghela nafas, " namanya Mayjen Cederic. Seorang veteran yag pernah menghancurkan 3 ribu infantri Varaya hanya dengan 800 orang 12 tahun lalu. "
Penjelasan Gideon membuatku terkesan terhadap Mayjen Cederic. Memang saat kulihat matanya tanpa diberitahupun terlihat jelas dia sudah sangat berpengalaman dan sudah banyak melewati peperangan yang brutal.
" Gideon masuklah aku akan menjelaskan misi kita. Apa Daylen juga ada di dalam? " tanyaku dengan melangkah menuju pintu tenda.
" Ya, dia sedang membersihkan senapanya di dalam. " sahut Gideon yang berjalan mengikutiku.
Di dalam tenda aku segera menjelaskan misi kepada mereka berdua. Aku juga meminta Gideon menulis surat pembagian misi yang akan diserahkan ke setiap regu pasukan Faks. Beginilah cara pasukan kami menerima misi.
Hanya pemimpin pasukan Faks saja yang mendapat misi lalu misi itu akan diteruskan dengan cara ditulis dalam kertas dan dikirim ke setiap regu. Biasanya merpati pembawa pesanlah yang mengantarkan surat-surat pembagian misi. Tapi, berhubung jarak setiap tim saat ini dekat, jadi kuminta Daylen membagikanya secara senyap saat malam nanti.
^^^To be continue^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments