Juwita yang tidak sengaja mendengar langsung memotong pembicaraan meraka.
"Apa yang ketahui tentang Damian dan Alexandra?."
Mereka hanya saling tatap, terutama Shasa dan teman-teman yang tidak tahu apa yang akan dikatakan Widya.
Kemudian Juwita menunjuk wajah Widya. "Kenapa kau ikut diam? Kau 'kan yang mengetahui Damian dan Alexandra?."
Widya mengangguk lemah.
"Cepat katakan sekarang!."
"Aku tidak tahu pasti, Bu. Tapi pernah ada yang melihat mereka masuk hotel malam hari lalu keluar lagi bersama di pagi harinya."
Deg
Kaki Juwita melangkah mundur, tubuhnya sempat limbung karena hilang keseimbangan tapi tidak sampai membuatnya terjatuh.
Pun dengan yang lain, sangat terkejut mendengar pengakuan teman mereka. Karena mereka benar-benar tidak mengetahuinya.
"Ibu tidak apa-apa?."
"Bawa aku ke kamarku."
Widya membantu Juwita, memapahnya sampai ke kamar. Tapi Widya tidak diperbolehkannya pergi setelah berada di sana. Justru Juwita menginterogasinya lebih dalam lagi.
"Aku sendiri tidak pernah melihatnya, Bu."
"Lalu dari siapa informasi yang kau katakan tadi?."
"Dari OB yang dulu kerja di kantor, Bu."
Juwita begitu gusar, karena pikirannya sendiri menebak kalau OB itu tidak lagi bekerja karena dipecat oleh suaminya. Apalagi kalau bukan karena mengetahui hubungan gelapnya bersama Alexandra.
"Kau sendiri pernah mendengar tidak tentang kedekatan Damian dan Alexandra?."
Dengan cepat Widya menggeleng.
"Oke, kau boleh pergi. Tapi..."
Widya yang sudah bangkit berdiri lalu kembali duduk. Tapi apa, Bu?."
"Laporkan padaku sekecil apapun berita yang kau dapat tentang Damian dan Alexandra."
Widya mengangguk cepat. "Baik, Bu."
Setelahnya baru dia pamit undur diri.
*
Suara dentum musik sudah terdengar, acara sebentar lagi sudah akan di mulai. Mereka menggunakan gaun terbaik yang dimiliki untuk menghadiri pesta tersebut. Pesta yang tidak boleh dilewatkan semua orang untuk setiap detiknya. Pun dengan Sandra, sudah mengenakan gaun merah yang disiapkan bosnya. Gaun terbaik dari yang baik yang telah disiapkan bosnya.
"Gaun ini sangat indah."
Memperhatikannya pantulan dirinya di dalam cermin, begitu sangat sempurna. Damian yang telah menyempurnakannya. Dia pun keluar kamar dengan anggun dan penuh percaya diri, karena dia tahu dirinya sangat cantik.
Kehadiran Alexandra, salah satu pegawai di perusahaan yang dipimpin oleh Damian. Menjadi tamu yang paling mencuri perhatian pasang mata. Tubuh sepampai dengan gaun merah menjuntai, membentuk indah ragawi Sandra. Berpadu dengan rambut panjang sepinggang yang sengaja terurai dan ditata bergelombang. Menampilkan lehernya yang terlihat semakin menggoda.
Belum lagi belahan guan setinggi paha, menampakkan kaki bersih nan jenjang , paha putih mulus tanpa cela. Semua berdecak kagum hanya Damian yang terlihat biasa saja. Ketidaksukaan ditunjukkan oleh Juwita yang sudah termakan pikirannya sendiri.
Sejenak berpaling dari Sandra yang sebenarnya tidak betul-betul berpaling, karena masih banyak pasang mata terutama kaum adam yang terus memandanginya tanpa kedip.
Semua orang sudah berkumpul di aula, ruangan yang super luas menjadi tempat berkumpulnya orang-orang. Ikut merayakan kebahagiaan dan kegembiraannya pasangan suami istri yang telah tujuh tahun ini membina rumah tangga.
Sambutan sudah disampaikan oleh Papa Noval selaku penggagas acara. Doa dan harapan telah dipanjatkan oleh Juwita mewakili suaminya juga. Kemudian kue setinggi langit sudah dipotong, menandakan pestanya sudah dimulai. Suara musik pun semakin kencang, menemani aktivitas mereka di dalam ruangan sana.
Leo selalu berada di dekat Sandra, namum tidak terlihat seperti pasangan. Melainkan lebih pantas menjadi bodyguard Sandra, melindungi Sandra dari siapa saja yang ingin mendekatinya dengan niat tidak baik. Sebagai seorang pria dia juga paham betul apa yang diinginkan mereka, termasuk dirinya. Makanya dia pun berulang kali menyatakan perasaannya kepada Sandra. Namun selalu ditolak.
"Kau sangat cantik."
Sandra tersenyum. "Kau juga sangat tampan, banyak perempuan yang terus menatap ke arah dirimu."
"Kau benar, seharusnya aku bisa berkencan dengan mereka tapi bukan mereka yang aku inginkan."
Sejenak Sandra terdiam.
"Terkadang untuk melupakan seseorang kau harus mau membuka hati untuk orang lain. Kau beri dirimu kesempatan untuk bahagia, jangan terus menungguku. Itu akan sangat mengecewakan."
Leo pun terdiam. Tidak salah dengan ucapan Sandra, tapi dirinya masih ingin menunggu Sandra meski akhirnya dia harus kembali kecewa.
"Tidak apa-apa, aku masih bisa menunggu untuk waktu yang sangat lama. Kau tenang saja, aku akan baik-baik dengan kesendirianku."
"Terserah kau saja."
Semakin lama acara semakin meriah, terlebih ada sesi di mana pasangan suami istri yang sedang berulang tahun pernikahan harus berdansa. Diiringi oleh musik yang super lembut dan begitu syahdu.
Kini pasangan suami istri itu menjadi pusat perhatian, pasangan yang membuat iri semua orang. Termasuk Sandra, perempuan itu tidak bisa lama-lama melihat kebahagiaan bosnya. Dia pun meninggal pesta.
"Kau di sini? Sendiri?."
Sandra menoleh ke arah sumber suara. "Pak Noval."
Pria yang sudah matang itu tersenyum menawan karismatik. "Iya. Perempuan secantik dirimu di sini, sendiri pula. Apa pestanya tidak kau sukai?."
"Tidak, Pak Noval. Bukan begitu. Hanya saja saya baru menerima telepon dari Mama saya, iya Mama saya."
Karena tidak memiliki alasan yang lebih baik maka Sandra pun menggunakan nama Mamanya.
"Oh begitu, kalau sudah selesai mari kita kembali ke ruang pesta. Di sana sedang ada pesta dansa, kalau kau tidak keberatan kita bisa berdansa bersama."
Sandra sangat kaget dengan permintaan pemilik perusahaan. "Bersama saya, Pak?."
"Iya, suatu kebanggaan bagi saya bisa berdansa dengan perempuan cantik yang ada di kantor."
Sandra tersipu dengan pujian atasannya, tidak enak hati menolak dia pun menerima ajakan Pak Novel. Mereka kembali bersama dan ikut langsung bergabung mereka yang sudah berdansa. Kembali menjadi pusat perhatian semua pasang mata. Bagaimana tidak, Sandra berdansa dengan pemilik perusahaan. Tidak sedikit juga dari mereka yang mengincar posisi di samping Pak Noval yang terkenal sangat baik.
Kali ini Damian menujukkan gelagat aneh yang tertangkap oleh mata Juwita. Pasti suaminya sedang cemburu melihat kebersamaan Papanya dan Sandra. Juwita pun berinisiatif memanasinya.
"Sepertinya Papa menyukai Sandra."
"Aku rasa tidak, Sandra terlalu muda untuk Papa."
"Tapi aku setuju-setuju saja, asalkan Papa bahagia. Tidak masalah kalau Sandra masih muda. Sepertinya dia perempuan dewasa dengan pemikiran dan tingkah lakunya."
"Terserah Papa saja kalau Papa mau sama perempuan itu."
Juwita tersenyum tipis, setidaknya dia tahu kalau memang ada sesuatu di antara suaminya dan Sandra. Tapi semoga saja tidak terlalu jauh.
Semakin lekat Pak Noval memandang wajah cantik Sabrina dari jarak yang sangat dekat, wangi parfumnya pun tercium lembut ke dalam indra penciumannya.
"Kau sudah memiliki kekasih?."
"Belum, Pak."
Pak Noval tersenyum. "Apa bisa saya menjadi kekasihmu, Sandra?. Atau kalau kau mau kita langsung menikah saja."
Deg
Sandra tidak lagi bergerak mengikuti irama musik, dia terlalu kaget dengan pertanyaan Pak Noval.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments