EP: 3

"Carisa, kamu tahu aku tak bisa meninggalkanmu!" Zayn menatap Carisa dengan tatapan penuh rasa sakit, alisnya terangkat seakan membentuk lembah gunung.

"Kalau begitu, diamlah! Jadilah kakak sepupuku yang baik! Jadilah manajer perusahaan yang bisa di andalkan, dan pengurus vila yang becus Nikmati saja kehidupan mewahmu itu!" Carisa memelototi Zayn dengan mata penuh kebekuan, suaranya tajam dan dingin.

Zayn memandang wajah Carisa yang tanpa ekspresi itu, dan perlahan menundukkan kepala. Sudah empat tahun sejak Carisa menikah dengan Ethan. Selama empat tahun itu, setiap hari ia melihat bagaimana Carisa dan Ethan hidup saling melekat satu sama lain, penuh cinta, hingga rasanya seperti ada yang sobek dalam hatinya.

Meski ia bisa mencuri waktu saat Ethan pergi untuk menghabiskan waktu bersama Carisa, kemesraan sesaat itu tidak pernah cukup untuk mengobati sakit hati yang ditimbulkan oleh Carisa dalam empat tahun terakhir ini.

Apa yang lebih hebat dari Ethan? Ia dan Carisa baru bertemu di bangku kuliah, sementara dirinya sudah melindungi Carisa sejak ia mengenal dunia! Ia melihat Carisa tumbuh dari sekolah dasar, sekolah menengah, hingga kuliah. Dia selalu ada di sampingnya, melindungi, mencintainya.

Sedangkan Ethan? Selain kaya, berkuasa, dan tampan, apa lagi yang dimilikinya? Kenapa Ethan bisa membuat Carisa menerima segala kepahitan?

"Zayn, jangan buat aku kesulitan, ya?" Nada suara Carisa sedikit melunak saat melihat tatapan sedih di mata Zayn. Ia meraih wajah Zayn dengan kedua tangannya, menatap matanya dalam-dalam. "Zayn, kamu sudah berjanji padaku untuk melindungiku seumur hidup. Apa pun yang aku inginkan, kamu pasti memberikannya."

"Ya, aku pernah berjanji padamu, dan aku akan menepatinya," jawab Zayn dengan suara penuh kepedihan. Dia mencintai Carisa sejak kecil, bahkan jika dia memintanya untuk mati, dia rela melakukannya.

Jadi, kenapa masalahnya jika Carisa bersama pria lain? Setidaknya, dia masih bisa melihat gadis itu.

Dengan perasaan yang sedikit lebih tenang, Zayn menarik napas panjang dan memaksakan senyuman, "Carisa, maafkan aku tadi. aku terlalu terbawa emosi."

"Tidak apa-apa," Carisa menggoyangkan kepalanya sedikit.

"Aku tahu kamu begitu karena peduli padaku," ujarnya, memberi pengertian.

"Ya, aku akan mengantarmu pulang ke vila untuk beristirahat!" Zayn mengangguk-angguk, lalu turun ke kursi kemudi.

Carisa duduk di kursi belakang, bibirnya sedikit tersenyum, puas melihat Zayn yang bergegas mengantarnya pulang.

Begini juga baik. Ada seorang pria yang rela mati untuknya, dan seorang pria lain yang ia sukai. Ditambah lagi dengan pria kaya dan berkuasa yang memeliharanya. Apa lagi yang perlu dikejarnya?

Namun, seiring ia teringat akan kehangatan yang diberikan Ethan padanya, hati Carisa dipenuhi rasa puas.

Tapi tiba-tiba, sosok wanita di kamar mandi itu muncul di pikirannya, wanita yang tampaknya telah menarik perhatian Ethan.

Meski Carisa tidak bisa mengingat dengan jelas wajah wanita itu, melihat Ethan yang tampak melamun membuat Carisa tak bisa mengabaikannya.

Carisa menggertakkan giginya. Dia merasa perlu untuk mengantisipasi ini. Jika wanita itu sudah menarik perhatian Ethan, maka, demi menjaga posisinya, langkah terbaik adalah memastikan wanita itu tidak pernah muncul di depan Ethan lagi.

Dengan tatapan tajam, Carisa menatap Zayn yang sedang fokus menyetir, lalu berkata, "Zayn, kamu masih ingat wanita yang barusan kita lihat di kamar mandi?"

"Wanita yang mana?" Zayn mengernyitkan dahi, tidak ingat akan wanita itu. Selama ini, baginya hanya ada Carisa.

"Wanita yang memaksa masuk saat aku sakit perut tadi," jawab Carisa, matanya berbinar, menyiratkan sesuatu yang tak biasa.

Zayn teringat sedikit, "Oh, ya, ingat sedikit. Kenapa?"

"Bantu aku mengurusnya. Karena Ethan tampaknya melihatnya dengan tatapan berbeda, aku harap wanita itu tak pernah muncul lagi di hadapan Ethan."

Di wajah Carisa yang cantik itu muncul ekspresi yang tidak biasa, penuh kebencian, seolah tak sesuai dengan sifat biasanya. Biasanya, ia tak akan mengambil tindakan terhadap wanita yang mendekati Ethan, tapi wanita ini berbeda.

"Carisa, jangan terlalu berlebihan," Zayn menatap wajah cantik Carisa lewat kaca spion. Ia berpikir, apakah dalam hatinya, Ethan begitu penting baginya?

"Zayn, kamu baru saja berkata, apa pun yang aku minta, kamu akan melakukannya," Carisa menekan, memandangnya dengan tatapan penuh harapan. "Apa itu semua hanya omong kosong?"

Mendengar nada kecewa Carisa, Zayn pun panik. "Carisa, bagaimana aku bisa membohongimu? Kamu tahu aku selalu berusaha untuk kebaikanmu."

"Kalau begitu, bantu aku kali ini. Bantu aku mengusir wanita itu dari kota H!" Carisa berkata dengan tegas.

Zayn menarik napas panjang, mengangguk pelan. "Baik, setelah aku mengantarmu ke vila, aku akan segera mengurusnya."

"Jelaskan dulu apa rencanamu," Carisa masih belum merasa tenang dan meminta penjelasan rinci.

Zayn membasahi bibirnya dan menjawab dengan pasrah, "Sama seperti dulu, aku akan memeriksa tempat kerja wanita itu, lalu memberitahu atasan mereka bahwa Ethan ingin dia pergi."

Zayn berhenti sejenak, kemudian melanjutkan, "Aku juga akan mengirimkan informasi ke perusahaan-perusahaan lain. Semua perusahaan yang terkait dengan desain pakaian harus menghindari mempekerjakannya. Sebaiknya, kita memaksa wanita itu untuk keluar dari kota H."

Mendengar penjelasan Zayn, Carisa akhirnya merasa sedikit lega.

"Terima kasih, Zayn," ucapnya dengan senyuman.

Zayn hanya mengangguk ringan, tidak mengucapkan apapun. Ia hanya menanggapi ucapan terima kasih Carisa dengan desahan halus.

---

Setelah Ethan selesai melayani beberapa bos yang ingin berbicara dengannya, ia pun mencari sudut ruangan yang sepi untuk duduk dan menikmati anggur dalam diam.

Tatapannya melayang, mengikuti orang-orang yang berlalu-lalang. Namun, pikirannya masih terfokus pada kondisi Carisa.

Pada saat yang sama, kenangan akan pertemuannya dengan Irish di kamar mandi kembali menghantui benaknya.

Empat tahun sudah berlalu.

Malam itu, dalam keadaan marah dan mabuk, ia melukai Irish. Sejak saat itu, Irish menghilang dari hidupnya.

Baginya, pernikahannya dengan Irish hanya satu kata, memanfaatkan.

Namun, perlahan ia mulai menyadari, tak peduli seberapa dinginnya sikapnya pada Irish, gadis itu selalu menghadirinya dengan senyum cerah yang sulit untuk tidak dicintai.

Saat ia memberikan surat perceraian kepada Irish, ia tidak bisa melupakan wajah sedih dan kecewa gadis itu. Perasaan sesal mulai memenuhi dadanya ketika ia kembali ke vila dan menemukan surat cerai yang sudah ditandatangani, bersama dengan cek yang disertakan.

Empat tahun kemudian, hari ini, Irish telah menjadi orang asing baginya. Orang asing yang membencinya.

"Biarlah, kita tetap jadi orang asing saja," pikir Ethan, menetapkan keputusan ini dengan perasaan campur aduk, entah itu kerinduan pada Irish atau penyesalan yang menggerogoti hatinya.

"Hei, bos besar kita ini sedang apa sedang apa? sepertinya pikirannya sedang penuh." suara Dion, manajer umum Perusahaan Wijaya menyadarkannya. Dion mengenakan jas biru muda yang mencolok dan memegang segelas cocktail biru muda. Ia berjalan mendekat ke arah Ethan.

Terpopuler

Comments

Ddek Aish

Ddek Aish

Zayn kau bodoh sekali di manfaatkan oleh Carisa bukalah matamu Zayn

2025-05-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!