Bab 3

Rania membuka pintu dan langsung masuk ke dalam kamar. Melebarkan pintu untuk Rafandra masuk. Rafandra melangkahkan kakinya ke dalam kamar Rania. Kepingan-kepingan puzzle kejadian semalam kembali menghampiri Rafandra. Keadaan ini memang sepenuhnya salah Rafa.

"Maaf, karena kesalahan saya kita jadi seperti ini" ucap Rafandra yang langsung berdiri di depan Rania. Rania hanya bisa menundukkan pandangannya.

"Mari kita jalanin pernikahan ini sampai keadaan menjadi tenang. Setelah tenang, saya akan menceraikanmu" Rania yang kaget langsung mengangkat kepalanya. Melihat punggung laki-laki yang baru saja masuk kedalam kamarnya.

"Saya tahu kamu juga tidak menginginkan pernikahan ini sama seperti saya. Tiga bulan, beri saya waktu untuk meredakan keadaan ini dan memperbaiki nama baik keluargamu. Setelah itu, mari kita jalanin kehidupan kita seperti yang sebelumnya. Sampai saat itu tiba, saya akan bertanggung-jawab atas kamu" jelas Rafandra membalikkan badan, mata keduanya bertemu. Rafandra sangat to the point sekali dah.

"Jadi, ka ......." kata-kata Rania terhenti. Rania bingung ingin memanggil laki-laki didepannya dengan sebutan apa. Kamu? Kurang sopan. Abang? Ehhh kita baru kenal masa sudah panggil abang aja.

"Panggil aja saya Rafa" ujar Rafandra.

"Sepertinya kamu lebih tua dari saya?"

Rafandra berfikir sejenak. "Abang aja bagaimana? Tidak masalah kan?". Sepertinya Rania seumuran dengan adiknya yang pergi dibawa mamanya.

"Emmmmm....Jadi, abang akan menceraikan Rania?" tanya Rania yang masih bingung dengan apa yang dikatakan Rafa. Bagaimana begitu mudah bagi laki-laki ini untuk mengatakan cerai.

Rafandra mengangguk pelan.

"Ya, sampai saat itu tiba. Abang janji abang tidak akan menyentuh Rania. Abang akan menganggap Rania seperti adik abang" Rafandra melihat sekeliling kamar Rania. Kamar yang didominsi warna biru muda. Hanya ada satu tempat tidur, satu lemari pakaian dan satu set meja belajar yang penuh dengan buku.

"Selama kita tinggal bareng Rania bisa tidur dikasur, dan abang akan tidur dilantai. Bagaimana? Apa Rania setuju?" tanya Rafandra memberikan ide.

Rania terlihat ragu-ragu namun pada akhirnya Rania menganggukan kepalanya tanda setuju. Sepertinya ide yang diberikan Rafa tidak buruk. Rafandra tersenyum.

Tiga bulan, bukan waktu yang sebentar. Tapi, Rafandra akan mencoba untuk menyelesaikan masalah yang dibuatnya. Wanita yang berada didepannya sekarang seharusnya tidak menjadi korban atas kejadian semalam.

Sejak semalam impian-impian Rania tentang bagaimana jalan acara dia menikah, dimana dia menikah dan dengan siapa dia menikah sudah kandas. Jadi, rencana Rania yang untuk menikah sekali seumur hidup juga tidak masalah jika harus tidak sesuai.

***

Seorang wanita sejak semalam berjalan mondar-mandir di kamarnya. Tidur sebentar dan mencoba menghubungi nomor handphone yang sejak semalam tidak aktif. Wanita ini adalah kekasih Rafa yang sudah menjalin hubungan sejak kuliah. Bella Clarissa, nama wanita itu.

"Arrrggghhhh, kemana kamu Rafa?" tanyanya pada diri sendiri.

"Aku harus ke apartemennya. Siapa tahu Rafa ada disana. Iya, benar. Aku harus kesana"

Dengan langkah yang tergesa-gesa, dia berjalan ke kamar mandi. Tanpa make-up, dia meraih tas yang ada di gantungan.

"Mau kemana kamu, bella?" tanya seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu dari wanita itu.

"Mau...emm mau ke apartemen Rafa, Ma. Rafa sakit ya sakit" ucapnya terbata-bata mencoba membohongi kedua orang tuanya yang sedang sarapan.

"Rafa sakit? Sebentar" ucap Mama Kinan sambil berdiri dari kursinya.

"Kamu sarapan dulu, Mama akan bungkusin sarapan buat Rafa" lanjut Mama Kinan.

"Ma, ga usah. Nanti biar bella belikan bubur" tolak Bella.

"Ga bisa, makanan dari luar belum tentu higienis. Bukannya sembuh malah yang ada tambah sakit"

"Sudah, bel. Turutin kata mamamu. Sini, kamu sarapan sama papa" ujar Papa Abian.

"Iya, Pa. Kak Arlo ga ikut sarapan, Pa?" tanya Bella yang sudah duduk berhadapan dengan papanya. Bella tidak melihat kakak pertamanya di meja makan, sedangkan kakak keduanya sedang berada di luar negeri untuk melanjutkan kuliahnya.

"Kak Arlo ada kunjungan lapangan ke bandung. Jadi ya, pagi-pagi sekali sudah pergi" jelas Papa Abian. Arlo, Kakak pertama bella yang sudah berusia 29 tahun namun belum menikah. Seorang dokter spesialis di sebuah rumah sakit ternama. Sedangkan Anin, Kakak kedua bella yang sedang menempuh pendidikan management di luar negeri. Jarak usia diantara mereka hanya terpaut 2 tahun.

Bella sendiri bekerja di perusahaan papanya sebagi HRD. Bella tidak mau melanjutkan kuliah lagi karena sudah lelah jika harus disuruh belajar lagi. Kedua orang tuanya tidak mempermasalahkan. Bagi mereka, selama tidak membuat malu nama keluarga mereka akan selalu mendukung kemauan anak-anak mereka.

"Bel, ini makanannya. Paksa Rafa makan meskipun sedikit" kata Mama Kinan meletakkan makanan disamping piring bella dan kembali duduk disamping suaminya.

"Iya, Ma"

Setelah menyelesaikan sarapan dan izin pergi ke orang tuanya. Bella langsung menjalankan mobilnya ke apartemen Rafa.

***

"Rafaaaa" panggil Bella setelah berhasil masuk kedalam apartemen Rafa. Bella melepas sepatunya dan memakai sandal yang disediakan oleh tuan rumah. Bagaimana bisa Bella masuk? Tentu saja, Rafa memberi tahu pin pintu penthousenya.

"Mbak Bella?" sapa Bi Rani yang melihat siapa yang datang.

"Bi, ada Rafa?" tanya Bella. Bi Rani adalah asisten rumah tangga Rafa dengan waktu kerja mulai pukul 6 pagi sampai selesai. Jika penthouse Rafa tidak ada pesta semalam, maka Bi Rani akan pulang cepat. Tapi kalau ada pesta, ya bisa pulang lebih lama karena harus beberes. Untuk masalah makan, Rafa sesuka hatinya. Rafa tidak menyediakan koki. Kadang Rafa makan direstoran dan kadang juga Rafa memasak sendiri.

"Anu, mbak. Sepertinya sejak semalam Mas Rafa tidak pulang dan Bibi tidak tahu kemana karena Bibi hubungin sejak tadi pagi nomor Mas Rafa tidak aktif" jelas Bi Rani.

"Begitu ya, Bi"

"Mas Rafa emang ga ketempat Mbak Bella? Kan kalau malam minggu, Mas Rafa ga pernah absen ngapelin Mbak Bella" pertanyaan Bi Rani membuat Bella gugup.

"Gak, Bi. Semalam Rafa ga ketempat Bella, bilangnya ada pekerjaan kantor yang harus dikerjakan" kata Bella.

"Oh, begitu" Bi Rani manggut-manggut tanda mengerti.

"Ya sudah, Bi. Bella pulang aja kalau Rafa ga ada. Oh, iya ini tadi dibawain makanan sama mama buat Rafa. Bella titip ke Bibi aja ya" kata Bella sambil menyerahkan paperbag ke Bi Rani.

"Oh, iya mbak. Makasih ya. Nanti kalau Mas Rafa pulang, Bibi kasih tahu kalau Mbak Bella tadi kesini" balas Bi Rani

"Iya, makasih ya Bi. Bella pulang dulu" pamit Bella.

"Hati-hati dijalan, mbak" Bella tersenyum sebelum menghilang dari balik pintu.

"Kemana kamu, Rafa" batin Bella.

***

"Ran, ayo makan siang dulu" terdengar suara Ibu Tania di balik pintu.

Rania yang sedang membaca buku dikamar menoleh dan melirik sebentar ke laki-laki yang sedang tidur di lantai beralas selimut.

"Ran" panggil Ibu Tania kembali karena tidak ada sahutan dari dalam kamar.

"Sudah, bu. Kita makan duluan saja. Mungkin Rania dan Rafa sedang tidur" ucap Pak Rudi.

"Tidur apa jam segini, pak?" tanya Bu Tania heran.

"Heum, masa harus dijelaskan toh Bu. Kayak ga pernah ngalamin aja"

"Ha?" tiba-tiba Bu Tania mengerti maksud suaminya.

"Tapi, Pak ....."

"Sudah, ayoooo" ajak Pak Rudi sambil menarik tangan istrinya dengan pelan.

Rania mendengar percakapan orang tuanya.

"Astagfirullah" Rania mengelus dada dengan pelan.

"Kenapa kamu ga bukain pintu, Ran? Malah membuat orang tuamu salah paham" tanya Rafa membuat Rania kaget.

"Abang ga tidur?" tanya Rania balik.

"Abang terbangun, suara orang tuamu nyaring" bohong Rafa, padahal sejak tadi Rafa memperhatikan Rania yang membaca buku. Wajah Rania yang serius membuat Rafa sedikit tenang.

"Oh"

"Jadi, kenapa Rania ga bukain pintu?"

"Heum, abang mau kita dapat omelan karena melihat abang tidur di lantai" jelas Rania memberitahu alasan kenapa dia tidak membukakan pintu.

"Tapi kamu bisa menyahut panggilan ibumu kan?"

"Itu karena.."

"Karena apa?" Rafa sudah duduk bersandar dinding. Rafa menatap Rania dengan mata hazelnya.

" Karena Rania ga mau ganggu abang tidur" Rania mulai mengakrabkan diri dengan mengganti kata saya menjadi nama.

Rafandra terdiam. Padahal mereka tidak saling kenal, namun Raniaaa.... Hati Rafandra seketika merasa nyaman.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!