CINTA YANG TERPAKSA
Salam kenal Readers,
CINTA YANG TERPAKSA adalah karya **pertama saya, jadi sebelumnya saya meminta maaf jika banyak kesalahan🙏
Visual tokoh utama** :
Zhiadatul Kaysa
Lemah lembut, lugu, alim, baik hati dan penyabar.
Syauqi Malik
Misterius, berdarah dingin, angkuh, cuek pada orang lain dan penuh ambisi.
Iyas Maulana
Ramah, suka menolong, alim, dan mudah berteman.
Dedaunan kering berguguran satu persatu, berserakan di atas jalanan yang sepi, karena hanya sesekali kendaraan yang melewati.
Di samping jalan ada taman umum yang banyak di tanami bunga warna-warni, tamannya sepi karena hanya dikunjungi sore hari saja.
Dari kejauhan tampak dua pemuda-pemudi yang tengah duduk di kursi yang terletak di bawah pohon rindang.
Mereka diam termenung dalam pikiran masing-masing.
Sepoi- sepoi angin mempermainkan jilbab warna merah muda yang dipakai gadis cantik itu.
"Zhia, apakah kamu tidak merasa sayang bila harus berhenti kuliah?" suara berat pemuda itu memecah kesunyian.
"Aku sudah lama mempertimbangkan ini, Mas Iyas! Aku merasa kasihan terhadap kakakku. Sebentar lagi istrinya akan melahirkan, pasti membutuhkan biaya yang banyak, sedangkan gaji kerja sambilan ku hanya cukup untuk biaya kuliahku," jawab Zhia lembut.
"Soal biaya pengobatan ibumu biar aku yang bayar! Bagaimanapun juga kamu adalah calon istriku," kata Iyas sungguh-sungguh.
Namun wanita yang diajak bicara malah tertawa lirih mendengar kata calon istri,
"Tidak, Mas Iyas. Selama ini kamu sudah banyak menolongku," Zhia menolak baik-baik karena sadar selama ini banyak menyusahkan sahabatnya.
Iyas keturunan orang kaya, meskipun begitu dia mandiri mempunyai usaha konter ponsel yang lumayan besar.
Sedangkan Zhia hanyalah dari keluarga sederhana, apalagi semenjak ayahnya meninggal dua tahun yang lalu, Zhia harus bekerja sambilan untuk membiayai kuliahnya sendiri.
"Baiklah bila itu keputusanmu, aku akan selalu menghormati pilihanmu, yang terpenting jaga baik-baik kesehatanmu! Apabila ada kesulitan jangan sungkan bilang padaku," kata Iyas mengalah, dia tidak ingin memaksakan kehendak Zhia, tak tega rasanya melihat gadis cantik yang lemah lembut di depannya ini tambah bersedih.
Beberapa detik kemudian datang mobil Avanza yang berhenti tepat di depan mereka. Sang pengemudi pun keluar dari mobil dengan raut wajah cemas,
"Kenapa kamu berhenti kuliah?" wanita separuh baya itu sampai lupa mengucapkan salam terlebih dahulu.
"Ini pilihan yang terbaik, Bu. Masalah kuliah nanti bisa dilanjutkan kembali, saat ini saya mau fokus kerja dulu demi ibu saya," jawab Zhia tersenyum tegar, meskipun Zhia gadis yang lemah lembut tapi sebenarnya dia adalah seseorang yang penyabar dan kuat menghadapi cobaan hidup.
"Setelah ini kamu mau kerja dimana?" tanya dosennya penuh perhatian, karena dia sudah menganggap Zhia sebagai anak sendiri. Seandainya dia punya anak laki-laki ingin rasanya Zhia jadi mantunya, tapi sayang kedua anaknya perempuan semua.
"Belum tau, Bu. Saya masih mencari yang gajinya lebih besar, supaya cukup untuk biaya ibuku," jawab Zhia dengan penuh semangat.
"Kerja di tempatku saja, nanti aku gaji lima kali lipat dari gaji ditempat kerja yang lama," sela Iyas.
"Ah, itu sama saja aku menyusahkan Mas Iyas lagi," balas Zhia tersenyum.
"Ibu punya temen, pemilik butik terkenal yang mau buka cabang lagi, nanti biar Ibu hubungi siapa tahu butuh pegawai," saran Bu Dewi pada murid kesayangannya.
"Terima kasih, Bu. Atas kebaikan Ibu selama ini," Zhia langsung memeluk dosennya sambil tersenyum senang.
"Aku juga mau ikutan berpelukan dong?" goda Iyas pada Zhia.
"Bukan mahram! ," jawab Zhia dan Bu Dewi bersama.
"Eh jam berapa ini? Ibu masih banyak acara. Kalian segeralah pulang! Jangan lama-lama berduaan nanti yang ketiga setan, assalamu'Alaikum," kata Bu Dewi berlalu pergi.
"Wa'alaikumsalam," jawab Zhia dan Iyas bersama.
Mereka memang selalu bersama sejak kelas satu SD sampai sekarang.
Meskipun begitu, mereka tidak pernah saling bersentuhan, karena mereka dari kecil di didik ilmu agama, jadi tau mana batas- batasnya,
Tetapi hampir semua orang beranggapan mereka adalah pasangan kekasih, jadi tak ada yang berani menyatakan cinta pada mereka,
"Mas Iyas,aku pulang dulu ya? Mau siap-siap ke rumah sakit," kata Zhia langsung menyambar helm putih di sampingnya.
"Iya, aku juga mau langsung ke konter, assalamu'alaikum," pamit Iyas.
"Wa'alaikum salam," Zhia menjawab setengah teriak karena motor maticnya sudah dijalankan.
Iyas hanya geleng-geleng kepala, kemudian masuk kemobil.
Sampai di dalam mobil dia tersenyum sendiri, mengingat tingkah Zhia yang kadang lucu dan menggemaskan.
Zhia sungguh cantik luar dalam, dia adalah calon istri idaman Iyas.
Iyas tak pernah mengungkapkan perasaannya, akan tetapi keduanya saling mengerti perasaan masing-masing.
Jam menunjukkan pukul setengah tujuh,
Zhia sudah menyelesaikan semua tugas rumah seperti memasak, cuci baju dan menyapu lantai rumah ukuran sedang milik mereka.
Meskipun sederhana, rumahnya selalu rapi dan halamannya banyak ditanami bunga dan buah. Ada mangga, rambutan, nangka, anggur yang sengaja pohonnya dibentuk seperti atap dan dibawahnya ada dua kursi panjang dari kayu yang saling berhadapan.
Zhia teringat masa lalu, setiap hari Minggu semuanya libur, almarhum ayahnya, ibunya yang masih sehat, kakak beserta kakak iparnya duduk bercengkrama sambil menikmati teh dan gorengan.
Tak terasa air matanya menetes mengenang semua itu.
Zhia merindukan masa-masa indah yang telah terlewati.
"Dek, ada telepon," kata kakak ipar Zhia dari dalam rumah, membuyarkan lamunannya.
"Iya, Mbak," Zhia segera menghapus air matanya dan masuk kedalam.
"Assalamu'alaikum," salam Zhia ditelepon.
"Wa'alaikum salam, Zhia sekarang kamu siap siap ya! Lima belas menit lagi ibuk jemput. Jangan lupa bawa data diri seperti kamu mau lamaran kerja! Teman Ibuk sangat sibuk jadi waktunya terbatas. Maaf ya, Ibu ngabarinnya mendadak, assalamu'alaikum," tutur Bu Dewi.
"Wa'alaikum salam," jawab Zhia.
"Mbak, aku siap - siap dulu ya? do'akan semoga aku diterima kerja. Supaya bisa meringankan beban Mas Rian," kata Zhia memohon do'a restu.
"Tentu, Adikku," tanpa bisa melanjutkan kata-katanya, Tia langsung memeluk adik iparnya. Tia menyayangi Zhia seperti adik kandung.
Sandainya dia bisa bekerja ingin sekali membantu Zhia sampai lulus wisuda.
Karena Zhia anak yang rajin dan cerdas, sayang kalau harus berhenti di tengah jalan.
Saat ini Tia sedang mengandung, yang pastinya dilarang bekerja.
Sedangkan suaminya hanya buruh pabrik, gajinya mencukupi untuk kebutuhan harian saja.
Untuk biaya kuliah Zhia bekerja sampingan.
Namun sekarang ibu mereka tengah sakit, jadi membutuhkan biaya yang cukup besar, ditambah hutang mereka yang lumayan banyak.
Dengan fokus bekerja Zhia berharap bisa melunasi hutang dan membiayai pengobatan ibunya.
Jujur saja Zhia merasa was-was, dalam hatinya berdzikir semoga diberi kelancaran saat interview nanti.
Bu Dewi yang sedang menyetir mobil melirik sebentar kearah Zhia.
"Jangan takut! Teman Ibu orangnya ramah dan menyenangkan, kemarin setelah aku bertemu dengannya tampaknya dia sangat tertarik padamu, Ibu yakin kamu pasti diterima," tutur Bu Dewi memberi dorongan semangat.
"Amin," Zhia mengangkat kedua tangannya lalu mengusapkan kewajahnya. Kemudian terdengar dering dari ponsel Zhia.
"Assalamu'alaikum," suara dari seberang.
"Wa'alaikum salam, ada apa, Mas Iyas? Kenapa pagi-pagi sudah telepon?" jawab Zhia menyelidik.
"Nggak papa, kangen saja," canda Iyas.
Zhia bisa mendengar tawa lirih dari ponselnya, dia menjadi kesal,
"Aku tutup dulu ya, Mas Iyas?"
"Tunggu dulu, aku cuma bergurau, sayang," timpal Iyas lagi.
"Tuhkan mulai lagi, beneran aku tutup! nggak enak sama Bu Bewi, kita masih diperjalanan mau interviuw," sergah Zhia merasa malu.
"Kalau nanti gagal langsung kerja di tempat aku saja ya?" balas Iyas.
"Kok bicaranya jelek gitu? harusnya di do'akan yang baik-baik! assalamu'alaikum," protes Zhia langsung menutup teleponnya.
"Cie... pagi-pagi sudah dibilang sayang sama pacar," goda Bu Dewi.
"kita nggak pacaran, Bu," bantah Zhia sopan.
"iya iya... nggak pacaran tapi saling sayang," balas Bu Dewi lagi,
dia menoleh kewajah Zhia yang malu - malu wajahnya bersemu merah.
Sesampainya di sana Zhia kagum dengan bangunan luas lantai dua dengan papan besar bertuliskan Butik Kejora 2.
Butiknya masih sepi, karena belum di buka.
Dengan langkah mantap Bu Dewi langsung menggandeng tangan Zhia naik ke lantai dua.
"Assalamu'alaikum" salam Bu Dewi dan Zhia bersamaan.
"Wa'alaikum salam, oh, ini pasti Dek Zhia ya? cantik sekali. Perkenalkan saya Elly, panggil Kak Elly saja biar kelihatan lebih muda!" sapa temannya Bu Dewi sambil tersenyum ramah penuh wibawa.
"Iya, Kak Elly. Nama saya Zhiadatul Kaysa," Zhia langsung menjabat tangan dengan sopan.
"Kemarin Dewi sudah cerita banyak tentang kamu, mulai besok kamu bisa langsung bekerja jadi asistenku, jadi kamu harus siap mengikuti aku kemanapun, karena butiknya nggak disini saja. Dan jangan lupa jam tujuh pagi kamu datang ke rumahku dulu, pulangnya jam tujuh malem. Jangan khawatir soal gaji, nanti aku kasih di atas UMR karena jam kerjanya lebih dari pegawai yang lainnya," tutur Elly padat dan jelas.
"Iya terimakasih, Kak Elly," Zhia mengangguk semangat.
* Terimakasih sudah berkenan membaca karya saya, jangan lupa like, vote dan beri rating bintang 5. Karena dukungan dari kalian sangat berarti bagi Authoor.
Mohon kritik dan sarannya juga, semoga kedepannya novel ini bisa lebih baik🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 285 Episodes
Comments
Arysa
bagussss....
2023-11-17
0
Lia Cherry
Untuk yg kesekian klinya
2023-06-20
0
Prafti Handayani
Baca ulang aq thor...🤗🤗🤗
2022-10-30
0