BAB 4

“wahhh... anak orang miskin naik sepeda baru ini. Dari mana loe bisa beli sepeda? Orang buat makan aja susah.” ujar ike ketika ia berpapasan dengan elea di jalan menuju ke sekolahnya. Namun, elea tidak menggubrisnya ia justru dengan sekuat tenaga mengayuh sepedanya menuju ke sekolah.

“heiii... loe budek ya.” Teriak ike yang saat itu juga mengayuh sepedanya. Namun, tetap saja alea tidak menggubris apa yang dibicarakan oleh ike.

Ike pun semakin kesal dibuatnya, dalam hati ike ia akan membuat perhitungan dengan alea suatu saat nanti.

“hufttt... memang nggak ada bosan- bosannya dia jahat sama aku. Memangnya aku ini berbuat salah apa sama dia. Perasaan aku tidak pernah membuat dia kesal apalagi marah.” Gerutu alea sendiri.

“wahh.. sepeda kamu baru lea.” Ucap vita sahabat alea.

“iya vit, ini hadiah dari orang baik yang iba sama aku karena melihat sepeda ku telah rusak oleh ulah ike tempo hari.” Ucap alea keceplosan.

“apaaaaaaaaaa? Dia berbuat apa lagi kepada mu?” tanya vita dengan sangat kaget.

“ahh... enggak vit. Lupain saja... ayo ke kelas.” Ucap alea mencoba mengalihkan pembicaraannya.

“nggak... nggak... tunggu dulu deh. Kamu cerita dulu sama aku, aku nggak rela kalau kamu di jahati ike terus. Kita harus membalasnya.” Ujar vita penuh amarah.

“udahlah vit, lupakan saja. Biarin dia seperti itu, toh nanti dia juga akan menyesali perbuatannya.” Jawab alea.

Namun, tiba- tiba ike datang dengan membawa satu botol air mineral dan ia siram ke arah alea.

BYURRRRRRRR

“Awwwww....” ucap alea dengan refleksnya. Ia hanya bisa mendapati bajunya yang basah tanpa bisa berbuat apapun.

“ikeee... keterlaluan ya loe. Ada salah apa sih alea sama loe?” ucap vita dengan mendorong bahu ike hingga membuatnya hampir jatuh.

“sudah deh, loe nggak usah sok jago. Kenapa juga loe mau temenan sama anak orang miskin.” Ucap ike

“sampai kapan loe berbuat jahat terus sama orang haaa?” ucap vita dengan lantangnya.

“sampai kapan? Sampaiiiiii anak ini pergi dari muka bumi ini kalau bisa dia menyusul bokapnya itu.” jawab ike dengan lantang dan penuh kesombongan. Mendengar perkataan ike yang sangat menyakiti elea hanya bisa menangis. Sedangkan, vita yang sudah tidak tahan dengan kata- kata ike ia jambak rambut ike hingga ia berteriak kesakitan.

“awww... sakittttttttttt....” teriak ike sambil meringis

“rasain loe, makanya jangan jadi anak yang jahat. Itu hukuman yang pantas buat loe.” Ucap vita lalu menggandeng alea pergi menuju ke kelasnya.

Sedangkan, anak- anak yang lain hanya bisa menatap perkelahian mereka tanpa ada yang berani melerai.

Yaa... siapa juga yang berani sama ike, dia adalah anak dari donatur terbesar di sekolahnya. Jadi, apapun yang dilakukan oleh ike akan selalu di lindungi oleh papanya sehingga pihak sekolah hanya bisa menegurnya saja.

“kamu nggak apa- apa kan lea?” ucap vita

“iya vit, aku tidak apa- apa. Makasih ya sudah menolong aku.” Ucap elea

“kamu kalau dijahati itu jangan diam saja kenapa sih? Harusnya kamu bisa berontak atau nggak kamu lawan dia biar kamu nggak di injak- injak terus.” Ucap vita dengan kesal.

“aku nggak mau jadi jahat seperti dia vit. Biarkan dia mendapatkan tegurannya sendiri nanti.” Jawab elea dengan sangat sabar dan lembut.

“yaudah deh... dasar ibu peri.” Goda vita dengan nada kesalnya.

“elea, aku dengar kamu habis di bully lagi oleh ike.” Ucap jefri ketika mereka bertemu dijalan.

“ahh... mungkin ike lagi bercanda kak. Jadi, dia nggak sengaja...” ucap elea.

“benar ya kata anak- anak, kalau kamu ini memang ibu peri. Selalu berbuat baik bahkan berfikiran positif terus sama orang lain.” Ucap jefri sambil tersenyum.

“apa sih kak, jangan berlebihan deh...” jawab elea dengan perasaan yang sangat malu.

“kamu mau pulang langsung ya?” tanya jefri

“iya kak, biasa lah mau bantuin ibu di ladang.” Jawab elea tanpa rasa minder ataupun malu.

“aku ikut ya?”

“haaaa???? Mau apa kak? Sudah mending kakak pulang saja.” Ucap elea

“ya nggak apa-apa aku kan mau bantu saja. Sudah ayokk...” ucap jefri yang saat itu sudah merebut sepeda elea ia naiki bermaksud ia ingin memboncengnya. Namun, elea justru malah diam mematung bingung.

“mau naik nggak? Atau nggak aku tinggal?” ucap jefri lagi.

“memangnya kamu kuat kak bonceng aku?” tanya elea

“udahlah... kamu naik saja. Nggak akan aku masukin ke parit...” ucap jefri sambil tertawa.

“teruss?? Nanti pulangnya bagaimana?”

“aku tadi diantar bapak kok lea. Sudah deh kamu tenang saja, nanti di jemput bapak.” Jawab jefri.

Mendengar penuturan jefri, alea pun naik ke sepeda yang sedang di naiki oleh jefri.

“yaudah deh kak, aku naik ya.” Jawab alea dengan penuh keraguan.

Mereka berdua pun mengendarai sepedanya lalu pulang ke rumah alea dengan niatan untuk melihat keseharian alea selama sepulang dari sekolahnya.

“elea, itu ibu kamu.” Ucap jefri ketika melihat ibunya alea sedang berada di sawah di bawah teriknya matahari.

“oh iya kak, mending berhenti disini saja kak. Aku mau nyamperin ibu dahulu.” Jawab alea.

“oke... aku juga mau ikut deh kalau begitu.” Jawab jefri

Mereka berdua nyamperin bu siti yang tengah asyik merawat tanamannya yang ada di kebun.

“kalian kenapa ke sini? Ini sangat terik pulang saja anak.” Ucap bu siti dari kejauhan yang menyadari sang anak dan temannya sedang menghampirinya.

“kami mampir bu, mencari suasana baru buat belajar kalau di rumah Cuma itu- itu saja yang dilihat otakku jadi kurang fokus bu.” Sahut jefri.

“yaudah kamu tunggu di rumah- rumahan sana saja, kalian juga masih memakai seragam lengkap nanti kotor. Ibu tadi bawa bekal kalian makan saja ibu sudah makan.” Ucap bu siti dengan lembut. Ia memang tidak pernah membiarkan sang anak kelaparan dan alea memiliki tipe anak yang apapun ia makan bukan anak yang pilih- pilih.

Alea dan jefri sedang fokus belajar untuk persiapan lomba mewakili sekolahnya mereka saling bertukar pikiran.

Sejak kejadian di sawah sore itu membuat alea dan jefri semakin dekat bak sahabat yang tidak bisa dipisahkan.

“kalian semangat ya belajarnya... yang fokus..” ucap bu siti

“siapp bu.. doain kita juara 1 ya bu biar bisa bawa pulang piala yang besar.” ucap jefri yang terdengar akrab di telinga. Sedangkan, alea ia hanya bisa tersenyum senang dengan ke akraban sahabatnya tersebut.

“pastii anak jefri.. sudah tenang saja. Doa ibu selalu menyertaimu...” ucap bu siti dengan senyum khasnya yang membuat mata memandang menjadi teduh.

“terima kasih bu siti, ayok bu berteduh dahulu jangan terlalu di forsir tenaganya..” ucap alea

“iya alea, sebentar lagi ibu akan berteduh.” Jawab sang ibu

“nak jefri, kok sekarang anak jefri sering sekali bersama alea?”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!