Happy reading
Rumah sakit terbesar di kota itu
Takk...takk...
Terdengar suara orang berjalan mendekat, Membuat atensi Vander dan ibunya teralihkan. Disana nampak Tuan David dan istrinya berjalan dengan cepat.
"Apa benar anda yang membawa putra saya kerumah sakit?" Tanya nyonya Anna tanpa basa-basi
Vander mengangguk dengan pelan
"Heh, Dasar anak itu! Tidak tau diri sekali, sudah aku bilang jangan berbuat ulah, Masih aja melawan." Gerutu nyonya Anna tanpa perasaan.
"Apa maksud anda nyonya? Siapa yang anda maksud anak tidak tau diri."!! Ujar Vander dengan tegas.
"Siapa lagi kalau bukan si Liliana itu! Dasar anak sial."
Nafas Vander memburu, dia tak rela kekasihnya dihina orang lain. Sekalipun orang itu orang tuanya. Tidak ingin terjadi keributan, nyonya Cecilia segera memegang tangan putranya agar tetap tenang.
"Sabar nak, Sabar...." Katanya mengelus punggung lebar Vander dengan lembut
Nyonya Anna menyeringai, dia segera mengajak suaminya untuk menjauh dari tempat itu. Tuan David hanya bisa pasrah mengikuti sang istri.
Kalian pasti tahu kan bagaimana sakitnya, saat orang terdekat kita tidak menginginkan kehadiran kita disisinya.
"Ternyata bukan hanya orang lain yang menolak kehadiranmu! Tapi kedua orangtuamu pun sangat membencimu Li... Maafin aku sayang, terlambat mengetahui ini." Gumam Vander dengan sedih, hatinya sangat sakit mengetahui fakta kekasihnya yang tak dianggap kehadirannya.
••••••
Di ruangan tempat Arthur dirawat
Setelah mendapat kabar jika sang kakak harus dioperasi membuat Arthur menjadi terpukul, Semuanya bermula karena menyelamatkan nya. Ditambah lagi kedua orangtuanya malah semakin menyudutkan sang kakak, membuat Arthur mengeram marah.
"Pa, maa..jika kalian benci dengan ka Lili, itu urusan kalian! Tapi yang kuminta disini jangan pernah menyalahkan ka lili atas musibah ini." Pinta Arthur sambil matanya menatap tajam Kedua paruh baya itu.
"Sudahlah...kamu tak perlu membela kakakmu itu! Jika bukan karena dia maka ini takkan terjadi." Balas nyonya Anna dengan tegas.
"Maa....
"Arthur dengarkan mama! Jika mama bilang tidak ya tidak, Sekarang juga kamu istirahat, Dan jangan berbuat Ulah." Ucap nyonya Anna lalu berjalan keluar ruangan.
"Arthur untuk sementara dengarkan dulu mama kamu, Papa akan berbicara padanya nanti! Biar ini jadi urusan papa." Kata Tuan David mengelus pucuk kepala putranya lalu berjalan keluar ruangan.
Seperginya Kedua orangtuanya, Arthur mencabut infusnya dengan pelan. Dia akan pergi melihat keadaan kakanya. Dia merasa bersalah, seharusnya lili tak perlu membantunya.
Sesampainya disitu hanya ada Vander yang duduk dikursi depan ruangan Liliana. sepertinya dia pernah melihat pria itu, Tapi entah dimana.
"Kaa..."
Vander mengangkat kepalanya, matanya memicing melihat Arthur didepannya.
"Arthur, kenapa? Kau sudah siuman ternyata." Ungkap Vander lalu menuntun Arthur untuk duduk disampingnya.
"Kau pasti bingung melihatku, Kenalin aku pacar Liliana, kakakmu." Kata Vander lagi sembari mengulurkan tangannya. Arthur membalas uluran tangan pria itu
"Apakah anda juga tadi yang membawa ka Lili dan Saya kerumah sakit ini?" Tanya Arthur sambil menatap wajah pria yang nampak tenang itu.
Vander mengangguk pelan. Arthur yang melihatnya pun merasa sungkan, karena pria dihadapannya ini sangatlah dingin.
"Terimakasih.. karena anda sudah menolong kami."
"Itu kewajibanku, Dan ya...aku sangat menyesal karena datang terlambat, Hingga Liliana harus di operasi."
"Kelihatannya anda sangat mencintai Kaka saya?" tanya Arthur sambil menatap mata elang Vander.
"Kau betul sekali, Apapun akan aku lakukan untuk kebahagiaan nya! Dan ya... Aku sangat menyesal karena terlambat mengetahui jika kehadirannya sangat tidak diharapkan oleh kedua orangtuanya." Jelas Vander dengan tegas namun menyiratkan penyesalan yang mendalam.
"Aku sangat beruntung memiliki Nya." kata Vander lagi sambil menyunggingkan senyumnya.
Arthur terpana melihat senyum itu. Dibalik dinginnya pria itu ternyata tersimpan kehangatan yang dalam. Dilihat dari Sorot matanya, pria itu terlihat sangat mencintai kekasihnya, Liliana.
"Aku percaya padamu ka, Tolong jaga kak Lili baik-baik! Jangan sakiti hatinya, karena dia terlalu menderita selama ini." Ungkap Arthur sambil menunduk.
"Akan aku usahakan, Yang pasti apapun yang terjadi nanti, aku nggak akan pernah meninggalkannya sendirian."
"Terimakasih ka..."
"Sama-sama, terimakasih kau sudah memberiku kepercayaan untuk menjaganya."
Vander membawa tubuh Arthur kedalam pelukannya. Dia seakan tahu isi hati pria itu, Dia terlihat sangat rapuh. "Tidak apa-apa, menangislah dik." Ucap Vander lembut sambil mengusap punggung nya dengan pelan.
Adegan itu disaksikan langsung oleh Tuan David dan nyonya Anna dari jauh. Setelah lelah mencari sang putra, ternyata dia disini didepan ruangan Liliana, anak sulungnya.
Malam harinya
Didalam ruangan Liliana. Semuanya Nampak hening, tak ada yang berani membuka percakapan. Liliana menatap kosong langit-langit rumah sakit.
"Nak... Bagaimana keadaanmu! Apa yang kau rasa sekarang sayang." Ucap nyonya Cecilia dengan lembut, tangannya mengusap punggung tangan Liliana dengan pelan.
Liliana tak menyahut, Dan itu menambah kekhawatiran keluarga Bagaskara terutama Vander sang kekasih.
"Li...kamu dengar aku kan sayang! Plis jawab aku." Kata Vander
Liliana menatap wajah pria itu dengan saksama, lalu menggeleng dengan pelan
"Kalian siapa? Maaf aku tak mengingat apa-apa saat ini."!!
Penjelasan Liliana membuat Vander tak karuan, begitupun dengan keluarga Bagaskara. Ya setelah menjelaskan jika Liliana tak dianggap oleh orang tuanya, keluarga Bagaskara ikut prihatin.
Alexander segera memanggil dokter untuk memeriksa Calon adik iparnya.
"Menurut pemeriksaan secara keseluruhan, Nona Liliana mengalami amnesia sesaat, karena benturan yang mengenai kepalanya sangat kuat." Jelas dokter wanita itu dengan saksama.
"Amnesia dok! Lalu bagaimana dengan keadaannya?" Tanya nyonya Cecilia khawatir dengan calon menantunya.
"Sejauh ini semua baik-baik saja Nyonya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan! Karena Nona Liliana hanya mengalami amnesia sesaat."
"Dan untuk ingatannya, Tolong jangan terlalu dipaksakan, perlahan saja! Semua ada waktunya." Jelasnya lagi sembari memandang nyonya Cecilia dengan teduh.
"Terimakasih dokter atas penjelasannya! Dan sudah melakukan yang terbaik untuk Calon menantu Saya." Balas nyonya Cecilia dengan ramah.
"Kalau begitu kami permisi dulu Tuan, Nyonya..." Ucap dokter perempuan itu tak kalah ramah.
"Ya, silahkan dokter." Jawab mereka dengan serempak
Seperginya dokter itu bersama rekan-rekannya. Nyonya Cecilia dan Tuan farel memutuskan untuk duduk disofa sudut kamar ruangan itu.
"Van jangan terlalu dipaksakan, biarkan dia beristirahat terlebih dahulu! Agar dia cepat pulih seperti sedia kala." Ucap Alexander menepuk pelan pundak sang adik lalu berjalan keluar ruangan itu.
Vander hanya menatap kosong wajah polos Liliana yang tertidur kembali. Dia masih tak percaya jika wanita itu melupakannya. Dia tidak siap jika wanita itu berpaling darinya.
Diusapnya dahi Liliana dengan lembut, entah kenapa jika berdekatan dengan Liliana membuat hatinya tenang dan bahagia.
"Cepat sembuh ya sayang, Aku disini untukmu! Kita pernah berjanji untuk selalu bersama dalam keadaan apapun."
"Aku mencintaimu Liliana Marcella Kusuma! Sangat mencintaimu..." Ucapnya lalu perlahan merebahkan kepalanya disamping tubuh Liliana.
•
•
Jangan lupa vote, komen dan share
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya,
agar author semangat ngupdate Nya
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments