Pastor
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan,
Hari ini saya ingin mengajak kita merenungkan satu kalimat yang sangat berharga, yang keluar dari mulut Tuhan kita Yesus Kristus hampir 2.000 tahun yang lalu
Kata-kata ini tidak hanya sekadar penghiburan. Ini adalah janji. Dan janji ini lahir bukan dari manusia, tetapi dari Allah sendiri.
Yesus mengucapkan kata-kata ini di Ruang Atas, pada malam sebelum penyalibanNya hari Kamis dalam Pekan Suci. Esok harinya, pada hari Jumat, Dia disalibkan. Dunia saat itu bersukacita karena mengira telah membungkam Sang Mesias. Dan para murid? Mereka hancur.
Hari Sabtu pun tiba. Hari yang sunyi. Hari tanpa suara. Hari kesedihan dan kebingungan.
Mungkin para murid kembali ke Ruang Atas yang sama duduk dalam diam, menangis dalam gelap, saling bertanya-tanya apakah mereka salah percaya.
Namun, di tengah keheningan itu, mungkinkah kata-kata Yesus masih terngiang di hati mereka?
"Kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita."
Saudaraku, beranikah kita juga percaya akan janji itu, ketika hidup terasa seperti hari Sabtu yang gelap?
Hari ketika doa belum dijawab, jalan belum terbuka, dan hati kita masih hancur?
Yesus tidak berbicara dengan harapan kosong. Ia berbicara dengan kuasa dan kasih yang nyata. Ia berbicara dengan latar belakang sejarah umat Allah dari panggilan Abraham yang meninggalkan tanah kelahirannya, hingga umat Israel yang keluar dari Mesir dalam linangan air mata dan sukacita.
Tuhan kita adalah Tuhan yang setia.
Ia tidak pernah menjanjikan jalan yang mudah, tetapi Ia berjanji akan menyertai kita.
Ia tidak menghapus air mata secara instan, tetapi Ia mengubah setiap tetesan air mata menjadi benih sukacita yang akan tumbuh pada waktunya.
Jadi jika hari ini, saudara merasa seperti sedang berada di hari Sabtu
Hari yang berat, hari penantian, hari ketika tidak ada yang masuk akal
Peganglah janji ini:
"Kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita."
Kubur kosong pada hari Minggu adalah bukti bahwa Tuhan tidak berdusta.
Ia mengubah salib menjadi kemenangan.
Ia mengubah ratapan menjadi tarian.
Ia mengubah luka menjadi kesaksian.
Dan Ia akan mengubah kesedihan saudara menjadi sukacita yang tak terbandingkan.
Mari kita berdoa.
Tuhan yang setia,
Engkau tahu isi hati kami, kesedihan kami, dan harapan kami.
Tolong kami untuk percaya ketika hidup terasa gelap.
Tolong kami untuk berpegang pada janji-Mu, bahwa dukacita ini bukan akhir.
Karena kami percaya, sukacita sedang dalam perjalanan menuju kami.
Dalam nama Yesus, kami berdoa.
Amin.
Comments