Lareyna masih diam sambil mencoba mengingat apa yang sudah terjadi. Dia baru saja berada di dalam pesawat yang jatuh ke laut. Dia melihat Ayden membantunya naik ke permukaan lalu dia tidak mengingat apa-apa lagi dan saat dia terbangun, dia tiba-tiba terlahir kembali pada tiga tahun yang lalu.
Bukankah ini seperti mimpi?
Ini tidaklah nyata, tetapi saat Lareyna menampar pipinya sendiri, dia merasakan sakit.
"Tenangkan dirimu Reyna, ayo bernapas dengan baik dan jangan pikirkan apapun dulu."
Dia menoleh ke samping dan melihat pantulan dirinya di cermin rias. Dia terbelalak saat melihat pipi chubby itu, dia memiliki pipi seperti ini saat belum menikah dengan Ayden. Lalu setelah beberapa bulan menikah dia memilih untuk menurunkan sedikit berat badannya karena dia pernah mendengar jika Ayden mengatakan pipinya sangat menggemaskan.
Tangan Lareyna menyentuh kedua pipinya. Ingatan demi ingatan terbayang di benaknya. Dia masih yakin dan tidak yakin jika dia terlahir lagi di tiga tahun silam. Jika benar, betapa Tuhan begitu baik padanya. Namun, jika ini hanyalah mimpi, dia berharap tidak akan bangun lagi.
"Nona, apa Nona mendengar saya?"
Lareyna mendengar lagi suara Layla, dia tidak sepenuhnya percaya dengan apa yang terjadi namun jika memang ini adalah kesempatan kedua untuknya, maka dia tidak akan menyia-nyiakan semua ini. Dia akan memperbaiki hubungannya dengan Ayden, dia merindukan lelaki itu.
"Apakah Ayden juga mencintaiku? Apakah aku bisa mengubah segalanya menjadi lebih baik? Bagaimana kalau ternyata Ayden terlahir kembali lalu dia tidak mencintaiku? Bagaimana jika ternyata dia berharap terlahir dan mengulang waktu lagi demi menghindariku karena aku sangat menyakiti hatinya?"
Lareyna menjadi bimbang namun langkahnya bergerak ke arah kamar mandi. Berkali-kali dia melemparkan pertanyaan untuk dirinya sendiri berharap jawabannya juga akan datang dengan sendirinya.
—00—
Jonathan tersenyum melihat putri semata wayangnya berjalan turun dari lantai dua dengan gaun pengantin yang dulunya dipakai oleh sang istri. Dia sebenarnya kesal pada Lareyna, dia tahu putrinya tidak menyukai Ayden tetapi dia memaksakan keduanya untuk menikah.
Matanya berkaca-kaca, dia bagai melihat Maria, istrinya yang kini telah pergi menemui Sang Pencipta.
Dari anak tangga terakhir Lareyna juga menatap Jonathan dengan mata berkaca-kaca. Dia ingat di kehidupan sebelumnya dia banyak menentang ayahnya hingga pria hebat ini mengembuskan napas terakhirnya.
'Ayah, di dunia ini kamu kembali hidup. Aku minta maaf untuk semua yang pernah aku lakukan padamu dulu. Aku adalah anak yang nggak tahu berbakti,' ucap Lareyna dalam hati.
Lareyna sadar, saat ini Jonathan pasti sedang membayangkan sosok ibunya. Lareyna masih ingat mengapa dia memilih gaun ini. Alasannya sederhana, dia tidak menginginkan pernikahannya bersama Ayden, dia tidak berniat membeli gaun pengantin, dia juga tidak berniat mencari cincin bersama, juga tidak berniat terlibat dalam segala urusan pernikahannya. Dia membiarkan Ayden dan ayahnya mempersiapkan semuanya tanpa campur tangannya.
Sekarang dia benar-benar menyesal karena tidak menggandeng tangan Ayden untuk masuk ke toko perhiasan dan memilih cincin. Dia juga menyesal tidak mengambil waktu untuk melakukan sesi foto prewedding dan memilih gaun terbaik.
"Reyna, kamu sangat cantik sayangku," ucap Jonathan membuyarkan lamunan Lareyna.
Pipi memerah itu semakin merah. Dia masih ingat, dulu ayahnya juga berkata hal yang sama.
"Ayah, apa Ayden akan terpesona melihat penampilanku? Apa dia nggak marah aku pakai gaun pengantin ibu? Mengapa kita tidak menunda sedikit agar aku bisa pergi mencari gaun bersama Ayden?"
Jonathan tersentak. Bagaimana tidak, jawaban Lareyna memang sangat mengejutkan. Gadis ini masih ingat bagaimana dulu dia menyambut ucapan ayahnya dan itu membuat ekspresi ayahnya menjadi masam.
"Aku memang cantik tetapi mengapa ayah memberiku pada Ayden, aku nggak suka dia. Aku menikah demi mengabulkan permohonan ayah!" Ini adalah kalimat yang dilontarkan Lareyna pada saat itu. Kejam, dan dia menyesalinya sekarang.
Sesaat kemudian Jonathan menarik sudut bibirnya hingga melengkung dan membentuk senyuman, berbeda dengan ekspresinya tiga tahun lalu. Dia langsung menggandeng tangan Lareyna lalu mendaratkan kecupan kecil di dahi putrinya.
"Ayden mungkin tidak akan melepaskan pandangannya darimu. Apakah kamu tahu kalau dia sudah menyukaimu sejak kecil? Melihatmu mengenakan gaun pengantin dia pasti nggak akan sanggup untuk menutup matanya meskipun hanya sekali kedipan."
Lareyna kaget, mungkinkah memang benar begitu? Mungkinkah ayahnya menikahkannya dengan Ayden bukan hanya karena Ayden adalah asistennya melainkan karena Ayden menginginkan juga menginginkannya?
"Benarkah Ayah? Kalau begitu aku nggak sabar mau lihat ekspresi Ayden," ucap Lareyna sambil menggandeng tangan ayahnya dengan posesif.
Jonathan tertawa, dia menatap Layla seolah menanyakan apa yang sudah terjadi pada Lareyna sebelumnya. Layla hanya tersenyum tipis lalu dia menggeleng.
"Bukannya kamu nggak suka melihat Ayden? Katamu dia itu pria kaku dan tua. Bukan begitu?"
Sial sekali Lareyna membenarkan itu dalam hatinya. Dia selalu mengatakan hal itu jika ayahnya mulai membahas Ayden. Padahal Ayden hanya terpaut lima tahun darinya tetapi dia sudah mengatai Ayden adalah pria tua.
Dia meringis pelan lalu mengajak Jonathan melangkah keluar. Dia tidak sabar sampai ke gedung pernikahannya. Dia merindukan Ayden, dia ingin sekali memeluknya dan mengatakan betapa dia mencintai lelaki itu.
'Kalau ini hanya dunia mimpi maka jangan biarkan aku terbangun,' bisik Lareyna dalam hatinya.
—00—
Mobil itu berhenti tepat di depan gedung pernikahan. Lareyna begitu gugup, sejak tadi jantungnya bertalu-talu membayangkan pertemuannya dengan Ayden. Sekilas dia ingat bagaimana dulu dia turun dari mobil hingga prosesi sakral itu berlangsung, dia ingat dia bahkan enggan menatap Ayden sedikitpun. Saat mereka diminta untuk berciuman pun dia mengancam Ayden agar tidak mencium bibirnya.
Ah, betapa semua itu sangat menyebalkan.
Dengan dibantu Jonathan dan Layla, Lareyna turun dari mobil. Setelah itu bersama Jonathan yang mengapit tangannya dia berjalan ke arah altar di mana Ayden menunggunya. Dia bisa melihat pria itu, jantungnya hampir lepas dari sarangnya karena sosok yang begitu dia rindukan berdiri sama persis seperti tiga tahun lalu.
Lareyna bisa melihat tatapan mata memuja itu masih sama seperti dulu. Pikirnya jika Ayden pun ikut terlahir kembali maka dia akan meminta untuk tidak memiliki takdir dengannya lagi.
"Lihatlah, dia terus menatapmu tanpa berkedip. Ayah bilang juga apa, dia sangat menyukaimu," bisik Jonathan.
Lareyna tersenyum. Kalimat ini dulu tidak pernah terucap oleh ayahnya. Mungkin karena terlahir kembali, maka ada beberapa bagian yang berubah. Bukankah itu memang tujuannya terlahir kembali? Menebus kesalahannya pada Ayden?
Di depan mereka Ayden berdiri dengan senyuman yang begitu manis. Lareyna bisa melihat mata Ayden berkaca-kaca sama seperti dulu. Waktu itu dia mengabaikannya, tetapi kali ini dia merasa perlu menatap wajah Ayden sampai sedetail mungkin, dia takut tiba-tiba Ayden hilang dari pandangannya lalu dia terbangun dalam keadaan menyedihkan.
"Apakah kamu siap, Lareyna?" tanya Ayden.
"Apakah kamu nggak mau mengulurkan tanganmu?"
Ayden tersentak, begitu pula dengan Jonathan. Mereka sama-sama tahu kalau Lareyna begitu enggan disentuh oleh Ayden.
Tatapan Ayden beralih pada Jonathan seakan meminta izin. Jonathan pun melepaskan tangan Lareyna dan menyerahkannya pada Ayden.
Lareyna bisa merasakan betapa gugupnya Ayden saat ini. Dia pun merasakan hal yang sama, sesekali dia mencuri pandang ke arah Ayden dan rupanya lelaki itu pun melakukan hal yang sama.
Ayden tersenyum dan Lareyna membalasnya. Sontak saja mata Ayden terbelalak. Dia heran, kaget, juga bingung karena Lareyna tidak pernah sebelumnya tersenyum padanya.
Prosesi pernikahan pun dilaksanakan, kedua pasangan mengucap janji setia pernikahan hingga tibalah waktunya untuk mereka saling menyentuh pasangan masing-masing. Prosesi berciuman yang biasanya menjadi penutup rangkaian sakral itu.
Bisa Lareyna lihat Ayden yang tidak memiliki keberanian untuk menciumnya. Tangan kekar itu gemetar saat membuka tudungnya. Kini dia menyadari jika lelaki ini sangat mengutamakan perasaannya, dari segi mana Ayden menikahinya hanya karena mengharapkan harta sedangkan untuk menyentuhnya saja pria ini begitu gugup.
Sadar jika Ayden tidak berani melakukan itu padanya, Lareyna pun melepaskan bunga di tangannya, menjatuhkannya begitu saja di lantai kemudian dia berjinjit dan mengalungkan kedua tangannya di leher Ayden, menarik tengkuk pria itu dan menempelkan bibir mereka.
Ayden terbelalak, tetapi dua detik kemudian dia membalas ciuman itu. Tak disangkanya Lareyna malah semakin agresif, menciumnya tanpa mengingat di ruangan ini masih begitu banyak tamu undangan.
'Aku ingin menciummu sampai puas, sampai aku yakin jika ini nyata,' bisik Lareyna dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
amelia
Thor double up ya tiap hari jangan satu2.../Angry/
2025-04-22
0