Bab 4—Nyaris Tewas

Pagi-pagi sekali, sekitar jam empat pagi. Bahkan, ayam pun belum berkokok. Pria paruh baya yang mirip Chen Luo, sudah pergi ke pusat kota untuk menjual kayu. Ia membawanya dengan gerobak kayu yang di tarik olehnya sendiri. Kayu itu membentuk gunung di atas gerobak.

Sementara, wanita paruh baya itu bersiap ke kebun untuk mencari sayuran segar. Xu Liang bermeditasi di halaman belakang.

Setelah matahari menyingsing, sekitar pukul delapan pagi. Chen Lian membuka matanya. Badannya terasa remuk akibat ranjang kayu yang keras itu.

Ia mendecak. "Betapa sengsaranya orang zaman dahulu. Tidur di tempat seperti ini. Aku benar-benar tidak tahan."

Ketika mendengar suara anaknya, perempuan yang mirip Li Yi itu segera masuk. Ia memegang dahi anaknya, dan tersenyum. "Akhirnya kamu sembuh, nak."

Mata Chen Lian membulat, ia menjadi panik, "Jangan-jangan... ibu ingin aku membantu ayah pergi ke hutan?"

Wanita itu tertawa kecil, lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, nak. Hari ini, kau akan berangkat ke Sekte Tiangu bersama pamanmu."

"Tunggu ayahmu pulang dari kota. Dia akan membawa daging, dan kita akan pesta daging hari ini." Jelas wanita itu dengan ekspresi yang hangat. Ia bergegas keluar dari kamar anaknya.

Sejak kemarin, Chen Lian merasa bahwa ibunya di dunia ini, seribu kali lipat lebih baik di banding ibunya yang ada di dunia sebelumnya. Lalu, tiba-tiba matanya berbinar dengan gembira.

"Jangan-jangan... Lu Rei dan Fu Heng juga ada di dunia ini?" gumamnya dalam hati.

Ia pun keluar dari kamar, pergi ke kamar mandi di ujung pojok rumah. Kamar mandi itu sepenuhnya terbuat dari bebatuan alam, dan berlumut. Chen Lian membasuh mukanya dengan air dingin.

Lalu, meminta izin pada ibunya untuk berjalan-jalan mengelilingi desa.

"Apakah aku boleh berjalan-jalan, Bu?" tanyanya.

Wanita paruh baya itu tertawa, "Astaga... untuk apa meminta izin? Biasanya, kamu langsung pergi begitu saja dari rumah."

Chen Lian tersenyum gembira, dan keluar dari rumah. Ia menyusuri jalanan desa yang terbuat dari tanah liat dan bebatuan. Sangat kuno. "Astaga, belum ada aspal ya di era ini." Sindirnya sambil tertawa.

Matanya menyusuri setiap sudut desa. Rumah-rumah itu, semuanya terbuat dari batu. Walau, beberapa ada juga campuran kayu dan tanah liat.

Beberapa hal yang Chen Lian suka dari dunia ini adalah... ibunya yang penyayang, udaranya bersih, dan kemungkinan kedua sahabatnya ada di sini juga. Memikirkan hal itu, es beku di hatinya, perlahan mencair.

Chen Lian berhenti di depan toko sederhana yang penuh dengan antrian. Ia melihat-lihat bentuk toko itu. "Wahhh... Pakai kendi? Kuno sekali!" ucapnya.

Membuat orang-orang yang mengantri menatapnya dengan dingin. Seorang pemuda dengan tubuh besar dan berotot menghampiri Chen Lian.

Pemuda itu tak berkata apapun, ia segera mendaratkan tinju ke wajah Chen Lian.

BUGH!

Pukulan itu membuat Chen Lian sempoyongan, pandangannya menjadi buram.

Para pemuda-pemuda desa pun mengerubungi Chen Lian, membentuk lingkaran. Mereka hanya menonton, walau pun tahu seseorang sedang dianiaya, tetapi mereka tidak peduli.

Namun, tak hanya satu tinju yang dilayangkan oleh pria besar itu. Melainkan tiga...

BUUGH!

BUUGHH!!

Kesadarannya nyaris hilang, gigi gerahamnya copot dan wajahnya mulai merasakan denyutan yang menyakitkan. "Apa salahku?" tanya Chen Lian dengan suara yang nyaris tak terdengar.

Pertanyaan itu tidak dijawab dengan sebuah ungkapan, melainkan dengan tendangan.

BAAAGGGH!!

Tendangan itu tepat di tengah dada. Chen Lian merasakan dadanya yang panas dan sesak, nafasnya benar-benar nyaris berhenti.

Para penonton? Mereka malah tertawa, seolah menikmati.

"Kau masih tidak tahu salahmu?" tanya salah seorang pemuda.

Wajahnya yang lebam, menatap ke arah langit cerah, menahan air mata yang ingin keluar.

Pria besar itu melanjutkan perkataan. "Kau harus tahu apa salahmu, jika tidak, maka kau akan menerima satu pukulan."

Chen Lian hanya diam. Dia tidak tahu, apa salahnya. Kemudian, satu pukulan di dada.

BAAGGHH!!

Darah segar keluar dari kerongkongan menuju ke mulut. Chen Lian memuntahkan darah itu.

"Jawab! Apa salahmu?" pertanyaan menggema seperti lantunan kematian.

"Aku tidak tahu!" jawab Chen Lian. Ia mencoba menjauh dari hadapan pria keji itu, meskipun harus berjalan sempoyongan.

Beberapa pemuda, memberi jalan. Namun, sebuah tendangan dari belakang, mematahkan tulang punggung belakangnya menjadi dua.

BUUUGGGHH!!!

Chen Lian jatuh tersungkur, tubuhnya kini benar-benar tidak bisa digerakkan. Serasa mati rasa, bahkan, pandangannya mulai menggelap.

Pria besar itu memanggul Chen Lian yang tengah pingsan di pundaknya. Pergi ke rumah orang tua sang pemilik tubuh, diikuti oleh beberapa pemuda lainnya.

Di halaman rumah sederhana itu, sebuah gerobak kayu terparkir. Pria dan wanita paruh baya itu memancarkan ekspresi bahagia.

"Xu Yin akan sangat senang memakan daging ini. Aku memilihkan daging babi terbaik di pasar, harganya memang lebih mahal. Tapi, tidak ada salahnya membuatnya senang." Tutur pria paruh baya itu.

Istrinya pun tersenyum bangga, "Aku tahu. Kau adalah ayah yang baik, dan sangat menyayangi Xu Yin. Aku sangat bangga padamu."

Suara ribut-ribut terdengar dari halaman. Suami istri paruh baya itu keluar dari rumah. Dalam sekejap, dunia mereka seakan runtuh saat melihat anaknya sudah babak belur, baju penuh darah dan tubuh terkulai lemas di tanah.

Tubuh wanita paruh baya itu terduduk lemas di tanah. "Apa yang terjadi dengan anakku?" suaranya pelan.

Pria besar itu memekik, "Xu Yin memiliki hutang padaku!"

"Haruskah kau memukulinya?" bentak pria paruh baya yang mirip Chen Luo.

"Dia berhutang sepuluh tael emas padaku saat berjudi. Kalau dia tidak bisa membayar, maka aku akan mematahkan kakinya!" teriak pria besar itu.

Wanita paruh baya itu bersujud di bawah kaki pria besar, "Apakah tuan bisa memberi kami waktu?"

Pria besar itu tertawa menggila “Sepuluh hari!”

Mata pria paruh baya berbinar, "Tu... tuan... kami tidak mungkin mendapatkan sepuluh tael emas dalam waktu sepuluh hari. Bahkan, seratus tael perak pun, hanya bisa didapat dalam waktu satu tahun."

"Aku tidak peduli!" geramnya sembari menendang wanita paruh baya yang tengah bersujud di kakinya.

BUUGH!!

Tubuh lemah wanita itu tergeletak di sebelah anaknya.

Tiba-tiba, langit yang cerah berubah menjadi kelabu. Sebuah kilatan petir memunculkan sosok pria berjubah biru muda sepuluh kaki di atas atap rumah. Tekanan udara di sekeliling menjadi kuat, dan menyesakkan nafas.

"Berani sekali kau menyakiti keluargaku!" Gema suara itu sangat menakutkan.

Pria besar dan para pemuda lain merasakan kengerian.

"Iiimmm... immortal??"

"Kenapa... sampah itu punya keluarga immortal?"

Mendengar kata-kata yang tak pantas, Xu Liang mengeluarkan kabut asap berwarna merah pekat dari telapak tangannya. Kabut itu menghampiri pria besar dan komplotannya seperti awan kematian.

Asap-asap merah itu masuk melalui hidung, telinga dan mulut. Tubuh orang-orang keji itu kempes seperti balon yang kehilangan udara.

Mereka pun, lenyap...

Suami istri paruh baya itu sangat syok. Namun, penuh rasa syukur. Orang-orang yang mengganggu anaknya, dilenyapkan dengan mudah.

Xu Liang turun dari ketinggian ke tanah. Hanya dengan dua jari, ia menerbangkan tubuh Chen Lian, menaruhnya di kamar.

"Terima kasih... Xu Liang..." ucap pria paruh baya itu dengan gugup.

Xu Liang tertawa, "Bagaimana? Aku hebat kan kak?"

"Iyaa..." jawabnya singkat.

"Tenang saja, dengan sedikit mantra, aku akan menyembuhkan Xu Yin." Papar Xu Liang.

Kedua suami istri itu tiba-tiba mengepalkan tangan kedepan dan membungkuk hormat. "Terima kasih banyak..."

Xu Liang merasa tidak enak, "Haiyaahh... aku ini adik kalian... jangan sungkan-sungkan. Lagipula, ketika Xu Yin menjadi muridku nanti, dia akan jauh lebih kuat daripada aku."

Suami istri itupun tersenyum. Mereka bertiga masuk ke dalam kamar Chen Lian untuk melihat kondisi anaknya.

Xu Liang mengulurkan telapak tangan dari samping tubuh Chen Lian. Cahaya biru memancar dari telapak tangan itu dan perlahan menyembuhkan bagian-bagian tubuh yang rusak fatal dari dalam.

Perlahan, mata Chen Lian terbuka kembali. Ia terkejut dengan pemandangan di hadapannya.

Seorang pria yang mirip Chen Hu, dan dua orang yang mirip orang tuanya. Mereka bertiga menatap Chen Lian dengan kekhawatiran.

Ia terkejut bukan karena mereka tampak asing, tapi karena pemandangan seperti ini tidak akan pernah terjadi seumur hidupnya saat tinggal dunianya yang dahulu.

Dua tahun lalu, saat kecelakaan bus terjadi. Ia dirawat di rumah sakit selama satu bulan karena syok, namun, kedua orang tuanya tak sekalipun menjenguk. Hanya pamannya, Chen Hu, yang merawatnya.

Sebuah senyuman bahagia terukir di wajah Chen Lian. "Ayah... Ibu... Paman..." panggilnya, pelan. Suami istri itu saling memandang satu sama lain.

"Apa kau masih merasakan sakit?" tanya Xu Liang.

Terpopuler

Comments

Filanina

Filanina

kok aneh sekali kalau sampai kedua orang tuanya seperti itu. padahal anak tunggal.

2025-04-22

1

Filanina

Filanina

wah, parah itu. Belum tahu apa2 langsung dihajar

2025-04-22

1

Filanina

Filanina

jangan2 Fu heng bakal jadi musuh...

2025-04-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1—Tragedi
2 Bab 2—Tragedi (2)
3 Bab 3—Dunia Lain
4 Bab 4—Nyaris Tewas
5 Bab 5—Kasih Sayang Orang Tua
6 Bab 6—Murid Baru
7 Bab 7—Sedikit Pengetahuan
8 Bab 8—Bai Huixin
9 Bab 9—Murid Luar
10 Bab 10—Murid Luar (2)
11 Bab 11—Yu Xinyi
12 Bab 12—Yu Xinyi (2)
13 Bab 13—Yu Xinyi (3)
14 Bab 14—Jatuh ke Dalam Lumpur
15 Bab 15—Jatuh ke Dalam Lumpur (2)
16 Bab 16—Upacara Peresmian
17 Bab 17—Bangkit dari Lumpur
18 Bab 18—Memenuhi Target
19 Bab 19—Memenuhi Janji
20 Bab 20—Lembah Rahasia
21 Bab 21—Lembah Rahasia (2)
22 Bab 22—Wu Ling
23 Bab 23—Murid Inti
24 Bab 24—Murid Inti (2)
25 Bab 25—Teknik Tanpa Bentuk
26 Bab 26—Siasat Jahat
27 Bab 27—Siasat Jahat (2)
28 Bab 28—Duel Teknik Murid Inti
29 Bab 29—Duel Teknik Murid Inti (2)
30 Bab 30—Duel Teknik Murid Inti (3)
31 Bab 31—Duel Teknik Murid Inti (4)
32 Bab 32—Hao Lin
33 Bab 33—Kota Lingxu
34 Bab 34—Kota Lingxu (2)
35 Bab 35—Yuan Xi
36 Bab 36—Yuan Xi (2)
37 Bab 37—Alam Batin
38 Bab 38—Memutar Keadaan
39 Bab 39—Tiga Pecundang
40 Bab 40—Tiga Pecundang (2)
41 Bab 41—Buronan Dua Monster
42 Bab 42—Buronan Dua Monster (2)
43 Bab 43—Buronan Dua Monster (3)
44 Bab 44—Tertangkap
45 Bab 45—Qian & Sun vs Gu Zhen & Squad
46 Bab 46—Qian & Sun vs Gu Zhen & Squad (2)
47 Bab 47—Pengkhianat
Episodes

Updated 47 Episodes

1
Bab 1—Tragedi
2
Bab 2—Tragedi (2)
3
Bab 3—Dunia Lain
4
Bab 4—Nyaris Tewas
5
Bab 5—Kasih Sayang Orang Tua
6
Bab 6—Murid Baru
7
Bab 7—Sedikit Pengetahuan
8
Bab 8—Bai Huixin
9
Bab 9—Murid Luar
10
Bab 10—Murid Luar (2)
11
Bab 11—Yu Xinyi
12
Bab 12—Yu Xinyi (2)
13
Bab 13—Yu Xinyi (3)
14
Bab 14—Jatuh ke Dalam Lumpur
15
Bab 15—Jatuh ke Dalam Lumpur (2)
16
Bab 16—Upacara Peresmian
17
Bab 17—Bangkit dari Lumpur
18
Bab 18—Memenuhi Target
19
Bab 19—Memenuhi Janji
20
Bab 20—Lembah Rahasia
21
Bab 21—Lembah Rahasia (2)
22
Bab 22—Wu Ling
23
Bab 23—Murid Inti
24
Bab 24—Murid Inti (2)
25
Bab 25—Teknik Tanpa Bentuk
26
Bab 26—Siasat Jahat
27
Bab 27—Siasat Jahat (2)
28
Bab 28—Duel Teknik Murid Inti
29
Bab 29—Duel Teknik Murid Inti (2)
30
Bab 30—Duel Teknik Murid Inti (3)
31
Bab 31—Duel Teknik Murid Inti (4)
32
Bab 32—Hao Lin
33
Bab 33—Kota Lingxu
34
Bab 34—Kota Lingxu (2)
35
Bab 35—Yuan Xi
36
Bab 36—Yuan Xi (2)
37
Bab 37—Alam Batin
38
Bab 38—Memutar Keadaan
39
Bab 39—Tiga Pecundang
40
Bab 40—Tiga Pecundang (2)
41
Bab 41—Buronan Dua Monster
42
Bab 42—Buronan Dua Monster (2)
43
Bab 43—Buronan Dua Monster (3)
44
Bab 44—Tertangkap
45
Bab 45—Qian & Sun vs Gu Zhen & Squad
46
Bab 46—Qian & Sun vs Gu Zhen & Squad (2)
47
Bab 47—Pengkhianat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!