Bab 4. Insiden

Shakila berjalan mendekati Arya. Biasanya dia akan berlari ketika melihat laki-laki itu agar bisa bertemu dengannya. Namun, kali ini kakinya malah bisa melangkah pelan.

"Sudahlah, Sayang. Dia sudah meminta maaf sama kamu. Lagian tidak ada yang rusak, kan?" Arya mengelus kepala Silvia.

"Papa ... kenapa malah membela dia? Seharusnya Papa dukung aku," ucap Silvia dengan manja.

"Ayo, kita pergi! Jangan buat Lingga marah," ucap Arya sambil melangkah.

Shakila ingin memanggil Arya, tetapi mendadak suaranya hilang. Langkah kakinya juga tidak bisa mengejar Arya. 

"Ya Allah. Padahal ayahku sudah di depan mata, tetapi kenapa masih saja aku tidak bisa," batin Shakila.

Seharian itu Shakila terlihat lesu. Dia tidak semangat melakukan apa pun. Ketika istirahat dia memberi tahu Zayyan apa yang terjadi kepadanya tadi. Ayahnya itu mengatakan, mungkin saat ini belum waktunya. Karena Allah tahu kapan waktu yang pas dan terbaik.

***

Shakila tinggal di kost sederhana yang banyak dihuni oleh para karyawan pabrik. Hanya dia saja yang bekerja di kantor. Namun, gadis itu betah di sana karena mereka orang baik dan suka saling menolong.

"Mbak Shakila mau ke mana?" tanya Ayu, wanita dewasa yang bekerja di pabrik sepatu.

"Mau cari makanan, Mbak. Lapar," jawab Shakila.

"Tumben tidak masak."

"Sedang ingin makan mie ayam."

Tetangga itu memberi tahu di mana tukang mie ayam yang enak dengan harga murah. Shakila akhirnya pergi ke taman kota di mana pedagang itu biasa mangkal. Jaraknya sekitar 500 meter dari kostan, jadi dia memilih jalan kaki.

Sepulang dari taman kota, Shakila mampir dulu ke minimarket. Dia belanja beberapa kebutuhan pokok. Ketika akan mengambil kotak yogurt di lemari pendingin, ada tangan lain yang mengambil bersamaan. Gadis itu pun menoleh.

"Kamu!" 

Rupanya itu Lingga. Laki-laki itu menatap tajam kepada Shakila. Orang yang sudah membuat pinggangnya sakit sampai kesulitan berjalan, tiga bulan yang lalu.

"Aku duluan, jadi ini punyaku!" ucap Lingga.

"Enak saja! Aku yang duluan." Shakila tidak mau mengalah karena yogurt dari merek itu kesukaannya.

Kedua orang itu tarik menarik botol yogurt rasa blueberry yang kebetulan tinggal satu lagi. Padahal masih banyak varian rasa lainnya. 

Shakila harus minum yogurt karena tadi makan mie ayam pedas sekali. Agar pencernaannya lancar dia harus minum itu. Jika tidak pencernaannya akan bermasalah.

Hal yang sama juga terjadi kepada Lingga. Dia habis makan malam bersama teman-temannya. Dia keasyikan makan rendang sampai habis banyak.

Kelakuan mereka berdua menarik perhatian seorang karyawan minimarket. Dia pun mendekati mereka.

"Maaf, ada apa ini?" tanya karyawan itu.

"Mas, apa yogurt rasa blueberry dari merek ini masih ada?" tanya Shakila.

"Oh, kebetulan stok rasa itu sudah habis," jawab pria muda itu. "Lalu, yang sedang kalian perebutan itu adalah milik aku."

Shakila dan Lingga melongo. Mau tidak mau mereka harus memberikan itu kepada pemiliknya. Takut sakit perut, kedua orang itu terpaksa membeli rasa lain. 

Lingga melihat belanja Shakila di keranjangnya cukup banyak. Gadis itu antri di depannya. Kasir lainnya juga dipenuhi pembeli yang antri. Pria itu menggerutu dan berniat menyerobot karena cuma beli dua jenis barang.

"Mau apa kamu? Mundur!" Shakila melotot kepada Lingga.

"Aku dulu, cuma ini yang mau aku beli," kata Lingga sambil menunjukkan sebotol yogurt dan permen karet.

"Tidak bisa!" Gadis itu ngotot tidak mau mengalah.

Begitu giliran Shakila, tangan panjang Lingga meletakkan kedua barang itu di meja kasir. Karyawan itu mengira mereka adalah pasangan. Maka belanjaan Lingga di hitung terlebih dahulu.

Shakila yang berdiri di depan Lingga, tentu saja terkejut. Dia pun menoleh hendak memarahi laki-laki itu, tetapi kejadian dulu terulang kembali. Bibir sang gadis menyentuh pipi sang pria. Keduanya terbelalak, terkejut.

Shakila hendak memukul Lingga, tetapi tangan laki-laki itu terlebih dahulu menahannya. Berbeda dengan dahulu, di mana gadis itu berhasil menonjok muka laki-laki itu sampai hidungnya berdarah.

"Dasar ba–" Mulut Shakila ditutup oleh Lingga dengan tangannya.

"Diam. Atau aku cium bibir kamu!" 

Shakila yang marah karena teringat dengan kejadian pertama kali mereka bertemu, menggigit tangan Lingga dengan keras. Tentu saja hal itu membuat Lingga berteriak kencang.

Orang-orang yang sedang antri dan kasir yang sedang bekerja sampai dibuat menoleh ke arah mereka karena penasaran apa yang sedang terjadi. Namun, mereka malah mengira kedua orang itu pasangan yang sedang bergurau.

"Semuanya 323.500," ucap kasir.

Lingga mengeluarkan uang empat lembar bergambar proklamator Indonesia. Lalu, dia pergi lupa dengan yogurt dan permen karetnya karena sudah di masukan ke dalam kresek belanjaan milik Shakila.

"Hei, ini uang kamu! Aku bisa bayar belanjaan aku sendiri." Shakila mengejar Lingga. Namun, tidak ke kejar.

Lingga bukannya tidak mendengar ucapan Shakila. Namun, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan ada janji dengan kakeknya, sehingga harus pulang secepatnya.

***

Para karyawan sedang sibuk membicarakan pesta setelah mendapatkan kartu undangan. Mereka begitu antusias untuk menghadiri acara yang akan digelar seminggu lagi. 

"Shakila, apa kamu akan datang ke pesta perayaan ulang tahun perusahaan?" tanya Kamila.

Shakila mengangguk. Tentu saja dia akan datang karena ini adalah kesempatan dia untuk bertemu dengan Arya. Gadis itu yakin kali ini bisa bertatap dan berbicara dengan ayahnya.

"Apa kamu sudah mempunyai gaun untuk pergi ke pesta?" tanya Kamila.

"Belum," jawab Shakila. Dia berpikir harus bisa tampil elegan agar Arya tidak ilfeel ketika melihatnya nanti.

"Kira-kira gaun seperti apa yang pantas kita pakai ke acara nanti?" tanya Kamila. Dia tidak punya banyak uang untuk membeli gaun dari desainer terkenal.

"Pakai gaun yang sopan. Jangan memaksakan diri untuk terlihat tampil "wah" dengan ngutang ke mana-mana," jawab Shakila.

Kamila paham dengan itu. Dia memang tidak punya uang di tabungan karena sebagian besar gajinya selalu diberikan kepada orang tuanya. Gadis itu punya tiga orang adik yang masih sekolah.

"Bagaimana kalau kita pergi ke pasar induk. Di sana banyak gamis yang bagus dan cocok untuk dipakai ke acara formal," kata Kamila.

Mendengar itu Shakila pun senang. Karena dia tidak suka pemborosan. Jika dia beli di butik perancang baju terkenal akan habis uang di tabungannya. Dia berpikir, tidak perlu beli baju mahal yang penting pas dan cocok ketika dia pakai.

***

Tidak terasa acara pesta pun digelar di sebuah hotel berbintang lima yang terkenal di ibu kota. Shakila datang bersama dengan Kamila. Mereka memakai gamis berwarna rose gold yang memiliki desain sederhana, tetapi membuat gadis itu terlihat anggun.

Wajah Shakila dan Kamila juga dirias oleh make up yang tidak berlebihan. Orang-orang memandang mereka dengan kekaguman karena tidak percaya dengan kecantikannya. Selama ini keduanya selalu tampil dengan wajah make up natural ketika bekerja. 

Seorang host berdiri di atas panggung dan memberi sambutan. Dia memberi tahu bagaimana perusahaan AW GRUP bisa berdiri sampai jaya.

Shakila mencari keberadaan Arya. Dia berkeliling ruang ballroom hotel. Sampai dia tidak sengaja menabrak seseorang.

***

Terpopuler

Comments

Nar Sih

Nar Sih

waah...nih cerita beda lho kak dri cerita kak santi ,kisah yg sangat menarik ,moga zhakila sgra bertemu ayah kandung nya

2025-04-11

2

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

sepertinya Lingga seseorang yang punya pengaruh di perusahaan milik Arya yah,,,

2025-04-11

2

Tri Handayani

Tri Handayani

jangan"jodohnya shakila lingga bukan abian

2025-04-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!