9 Bulan kemudian
Sudah sembilan bulan lamanya setelah tragedi malam itu. Malam yang penuh akan sejarah terburuk, dan malam yang tidak disangka oleh perempuan bernama Anisa bahwa hal yang berharga bagi wanita hilang di dalam dirinya. Rasanya waktu telah berjalan dengan cepat dan berakhir hanya meninggalkan sebuah kenengan.
Perempuan cantik itu sekarang telah tinggal bersama Ibel dan juga nek Miah di rumah sederhana milik nek Miah. Mereka berdua lah yang selalu membantu Nisa menghapus bayang-bayang Arsen dari dalam diri wanita itu.
Perihal tentang Arsen, Ibel dan juga nek Miah sudah mengtahuinya, ya Nisa telah menceritakan semuanya kepada mereka. Dan dengan baik hatinya Ibel mau menampung Nisa walau dalam keadaan hamil. Tak jarang tetangga selalu merendahkan Nisa, serta Ibel dan nek Miah yang juga ikut terkena getahnya. Namun, mereka tak memperdulikan semua itu.
Sakit. Ya rasa itu masih di rasakan bagi seorang Anisa, siapa sih yang di dunia ini dengan mudahnya dapat melupakan hal buruk yang pernah singgah kedalam kehidupan mereka, dan rasa itu membekas di hati bagaikan cap.
Seperti pagi ini Nisa bangun dari tidurnya dan langsung disambut dengan sumringah oleh Ibel yang selalu setia membangunkan Nisa di pagi hari serta membuatkan perempuan itu susu.
Meskipun Ibel terlihat sangat bar-bar, namun hatinya begitu lembut, ia begitu menyayangi Nisa seperti adiknya sendiri, dan juga Ibel lah yang bekerja sebagai tulang punggung keluarga di rumah tersebut dan membiyayai kebutuhan Nisa. Sebenarnya perempuan itu menolak ketika ia mengetahui bahwa Ibel bersusah payah bekerja hanya untuknya dan ia pun berniat ingin membantu Ibel, tapi Ibel menolak keinginan Nisa, katanya takut Nisa kelelahan karena ada bayi di dalam rahimnya.
Nisa terus merengek, karena apa yang telah dikatakan oleh Ibel bukanlah alasan yang tepat, sebab banyak ibu hamil di luaran sana yang juga bekerja lebih keras, namun tidak terjadi apa-apa pada mereka. Nisa mengatakan bahwa sikap Ibel itu sangat berlebihan kepada dirinya.
Nisa bangun dari tidur panjangnya ketika mendengar suara dari Ibel yang membangunkan dirinya. Sebenarnya Nisa subuh tadi telah bangun, namun ia tertidur kembali, ya begitulah hormon ibu hamil yang dialami Nisa, bawaannya kepengen tidur terus.
Perut Nisa juga sudah lumayan membesar, bahkan untuk rukuk pada waktu sholat atau ia ingin menunduk pun sudah tidak bisa lagi. Selain itu juga permintaan Nisa akhir-akhir ini sangat aneh, seperti waktu hari itu, ia merengak kepada Ibel minta dibuatkan teh tapi pakai garam. Ibel hanya melongo mendengar permintaan Nisa yang seperti itu. Bagaimana rasanya teh pakai garam? Sangat menyebalkan? Iya memang, namun mereka tetap menahan dan begitu pula dengan Nisa, ia juga sering merutuki dirinya sendiri yang selalu menyusahkan orang lain.
Nisa juga belum mengetahui apa jenis kelamin dari anaknya, sebab ia tidak pernah meng USG. Kata perempuan itu biarlah nantinya menjadi surprise bagi mereka. Terkadang juga Nisa sering teringat dengan keluarganya, apakah keluarganya merindukan dirinya? Ia tersenyum kecut ketika pertanyaan itu muncul dibenak perempuan itu. Ia sangat merindukan keluarganya, namun ia sangat takut untuk menemuinya, mental perempuan itu belum siap akan hal itu.
"Nisa lo baik-baik aja kan?" Tanya Ibel sembari duduk di bibir ranjang dan menyerahkan segelas air susu kepada Nisa.
Nisa mengangguk, "Iya aku baik-baik saja kak! Nenek dimana?"
"Oh, dia lagi ngebantuin tetangga sebelah, katanya mereka malam ini pengen buat acara gitu."
Niasa menyeruput air susu yang diberikan oleh Ibel pelan agar perempuan itu tidak merasakan panas. Sesekali ia meniupnya agar air susu itu cepat dingin.
"Kak Ibel!"
"Hm!"
"Kak! Pasti aku tinggal di sini cuman nyusahin kaka, aku cuman pembawa aib di keluarga kaka kan? Andai aku tidak tinggal di sini, pasti kalian tidak ikut dicemooh oleh warga," perempuan itu tertawa miris, "aku cuman perempuan pembawa sial. Iya kan kak?"
Sontak Ibel yang mendengar penuturan dari Nisa tadi langsung tertawa. Ia meraih lengan Nisa kemudian digenggamnya tangan tersebut.
"Ha ha ha. Kamu ngomong apaan sih Sa? Mana ada di dunia ini manusia pembawa sial selain si buta mata sebelah, orang-orang saja yang terlalu berlebihan menilai seseorang tanpa tau bagaimana sifat asli orang yang dinilainya. Udah Sa, nggak usah mikir yang kek gitu kali. Gue nggak ada sama sekali merasa kek gitu ke elo." Ibel tersenyum lantas langsung mendekap Nisa dari samping.
"Makasih Bel!" Ucap Nisa seraya menerima dekapan dari Ibel.
Di tengah keadan mereka yang sedang haru, Nisa merasakan bayi di dalam perutnya menendang hebat, hingga ia merasa kesakitan dan refleks menjauhkan tubuh Ibel dan juga air susu yang masih berada di tangannya tumpah di atas kasur.
"Auuu," rintih Nisa. Sebelumnya ia belum pernah mendapatkan tendangan yang begitu kerasnya dari bayinya.
"Kenapa Sa?" Tanya Ibel panik.
"Perut ku."
"Perut lo kenapa?"
Mata Ibel membulat sempurna ketika ia melihat ada cairan yang keluar dari selangkang Nisa. Sesaat kemudian ia langsung panik sendiri.
"E-elo kayanya pengan lahiran Sa!"
"A-pa?"
________
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Praised94
terima kasih 👍👍👍👍👍👍
2023-11-26
0
Ida Fatmawati85
orang tua Nissa ini TDK bijak bgt.ibunya tahu anaknya korban perkosaan masak pasrah aja.orang yg paham agama harusnya bukan malah mengusir anak yg dlm kesusahan.bukan malah dirangkul biar nggak putus asa.bingung saya SM ortunya nissa.maaf ya Thor soalnya saya gregetan.
2022-09-13
0
Neulis Saja
ehm melahirkan tanpa ada org terdekat but you have to can it
2022-09-11
0