Syahga 2.

Syasa menangis didalam kamar sempitnya, duduk dilantai dengan memeluk lututnya, ia menatap lurus dinding grc yang menjadi pembatas kamarnya dan kamar adik tirinya.

"Sakit, ya Allah," lirihnya.

"Kapan Engkau berikan aku imam yang sholeh? Ya Allah, aku lelah disini," gumamnya menundukkan kepalanya, lalu menyembunyikan wajahnya didalam pelukan lututnya itu.

Hatinya tak bisa bohong, ia memang terluka, namun tak bisakah sekali saja ia dibela, kenapa ayahnya begitu tega padanya? Salahnya apa?

Selalu begitu, kala dirinya protes, dibentak, disalahkan dan sekarang dia diusir.

Bukan tak bisa hidup sendiri dan mandiri, ia sangat trauma, karena pernah waktu itu setelah ia mulai bekerja di Puskesmas, ditengah malam gelap gulita kontrakannya didatangi pria asing, ia ketakutan dan tak membukanya sama sekali.

Keesokan harinya, tetangga yang mengontrak tepat disebelah kamarnya itu dikabarkan meninggal, karena pria asing yang semalam itu mabuk dan salah kamar, tetangganya yang bahkan lebih dewasa dan berani darinya itu diperkosa dan berakhir dibunuh.

Tentu sasa semakin ketakutan, dan ngerinya hampir tiap malam ada saja yang mengetuk pintu kamar kontraknya, ia akhirnya pindah dan kembali tinggal bersama ayah dan ibu tirinya, ia trauma dan tak berani mengontrak rumah sendirian lagi.

Ditengah tangisnya, terdengar seruan adzan maghrib yang berkumandang indah di mesjid yang tak jauh dari rumahnya, ia menghapus air matanya sambil beristigfar berkali-kali, lalu mengganti baju gamisnya juga hijabnya kemudian bergegas pergi menuju rumah ibadah.

Ia keluar dari kamarnya, terlihat empat orang diruang tamu itu masih duduk santai dikursi sofa, ia diam dan fokus pada langkahnya, namun saat ia melewati ayahnya, kepala keluarga itu berdehem.

"Ingat, ayah belum selesai bicara. Setelah pulang dari mesjid, kita bicarakan hal ini lagi," ujar pak mus dengan suara tegasnya.

Sasa yang sempat menghentikan langkahnya sejenak hanya diam, ia tak menyahut apa yang diucapkan oleh pak mus, ia justru kembali melanjutkan jalannya tanpa menoleh pada ayahnya.

"Dasar! mirip siapa anak itu," gerutu pak mus dengan nada kesalnya.

Syahla yang sudah keluar dari pintu rumah itu mendengarnya, ia juga semakin kesal dan tak suka ditanya, jika dia mirip siapa?

"Mirip ayahnya," dengan nada tinggi sasa menyahut dari teras rumah, menjawab kekesalan ayahnya.

Pak mus yang tengah menyeruput kopinya langsung tersedak kaget, ia terbatuk-batuk mendengar jawaban sang anak. Mirip dirinya, tapi kenapa ia sangat kesal.

Didalam mesjid sasa langsung sholat, dengan kusu' ia beribadah kepada-Nya, ia percaya pasti ada jalan yang terbaik untuknya nanti yang harus ia lalui, dan ia yakin do'anya akan terkabul.

Tatapannya lurus menatap ukiran indah sang Maha Kehendak, air matanya kembali menetes sembari mengangkat tangannya dan berdo'a dalam hatinya.

Setelah selesai melakukan sholat maghrib berjama'ah dan berdo'a, satu persatu jama'ah mulai keluar dari mesjid, hanya ada dia dan beberapa orang termasuk imam yang masih bertasbih disana.

"Ya Allah Yang Maha Kehendak, berikan hamba imam yang sholeh, yang bisa membahagiakan hamba dan membawa hamba pergi dari rumah yang selalu membuat hamba menderita, yang bisa menuntun hamba menuju janah-Mu, yang mengajari hamba akan ibadah yang baik pada-Mu, Amin." Sasa mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang ia angkat keatas sebagai tanda akan do'anya, setelahnya ia bertasbih.

Syahla tak ingin pulang, ia memilih berdiam diri disana, menenangkan hati dan jiwanya meski dalam perutnya ia keroncongan meminta jatah.

Satu jam berlalu, tempat ibadah itu kembali ramai, suara adzan kembali terdengar syahdu ditelinga, kemudian mereka kembali melaksanakan ibadah sholat isya, berdzikir dan menyeru nama indah Sang Pencipta.

Satu persatu orang mulai pulang ke rumahnya, tak terkecuali imam mesjid, beliau mematikan lampu utama dan tetap menyalakan lampu luar mesjid setelahnya ia melangkahkan kakinya untuk pulang tanpa tahu bahwa sasa masih berada didalam sana.

Gadis itu tertidur setelah berdo'a dan bertasbih menyebut nama Tuhan Yang Maha Kuasa, ia kelelahan, hingga tanpa sadar ia terlelap dan terbawa arus mimpi indah didalam sana.

Waktu bergulir dengan cepat, jam dinding menunjukan angka 3 dimana waktu sahar membuat separuh orang bangun untuk beribadah didalam rumah masing-masing, sekelompok pemuda masih asyik berjalan mengelilingi kampung mereka, agar bisa mengawasi daerah tempat tinggal mereka dari orang yang suka mencuri dan merampok rumah.

Ada yang memegang kentongan sebagai alat pemberitahuan yang manual, untuk membangunkan warga jika ada bahaya.

Brak

Terdengar suara yang membangunkan sasa dari tidur nyenyaknya, gadis itu mengucek matanya, melirik sekitar tempatnya berada, ia baru sadar bahwa dirinya ketiduran setelah melaksanakan ibadah sholat isya.

"Astagfirullah, aku ketiduran," gumamnya lalu menguap, segera ia tutup mulutnya.

Brak

Kembali suara itu terdengar, sasa celingukan, dia berada di mushola sendirian, dan suasana remang-remang menjadikannya tegang, hanya lampu luar yang menyala dan menyorot masuk kedalam ruangan yang lumayan luas itu, lewat jendela kaca yang tanpa gorden tersebut.

"Astagfirullah, Ya Allah," gumamnya.

Ia mulai merasakan ketakutan, tangannya gemetar, bulu kuduknya serasa berdiri seolah merasakan hawa dingin yang mencekam disekelilingnya.

"Ya Allah, ini di mushola gak mungkin ada hantu," ujarnya dengan suara yang bergetar ketakutan.

Ia beranjak dari tempatnya, melipat sejadahnya lalu melangkahkan kakinya untuk bergegas keluar dari tempat tersebut, tanpa melepaskan mukenanya.

Brak

Lagi suara itu terdengar, itu bukan suara aneh tapi seperti suara buku yang jatuh, pikir gadis tersebut.

"Hei, apa ada orang disini?" tanyanya berharap ada manusia yang menyahutnya, entah itu imam mesjid atau penjaga mushola, namun tak ada sahutan sama sekali.

Sasa penasaran, rasa takutnya mulai berkurang karena ia yakin itu bukan suara hantu yang biasanya tertawa cekikikan, ia melangkah kan kakinya mendekat ke arah mimbar dimana disana ada ruang khusus yang menyimpan al-kitab dan beberapa buku keagamaan, bukan gudang tempat penyimpanan barang mesjid dan alat kebersihan.

Namun, semakin ia dekat semakin ia bisa dengar suara orang yang tengah menahan sakit, seperti berdesis atau mendesah, dan dari suaranya ia yakin itu laki-laki.

Pikirannya berputar dipenuhi pertanyaan, tentang siapa gerangan? Apa yang dia lakukan disana?

"Hallo, apa kamu malaikat? Atau penjaga mesjid? ... Mang sholeh," ujarnya memanggil nama penjaga mushola tersebut.

Tak ada sahutan dari sana yang terdengar masih suara desisan, dan sekali-kali suara desahan.

Ia memutar knop pintu yang menjadi penutup satu-satunya ruangan itu, setelah terbuka matanya membola melihat sosok yang serba hitam tengah duduk menghadap padanya, jantungnya menegang kala mata tajam seperti kilat melihat kearahnya.

Tubuhnya gemetar, ia lihat rambutnya panjang, sosok itu sangat mengerikan dilihatnya, ia ingin lari tapi kakinya kesulitan bergerak dan tak bisa pergi bahkan untuk melangkah saja.

"Aaaaaaaaaaa!" hanya itu yang bisa ia lakukan.

Syahla berteriak sekuat dan sekencang mungkin, namun bukannya menghilang sosok itu justru menarik tangannya kedalam ruangan tersebut, seperti tersedot ke alam lain itulah yang sasa rasakan.

Mulutnya dibekap, tubuhnya dirangkul kuat, membuatnya tak bisa bergerak dan tak bisa pula meminta pertolongan.

Disisi lain para pemuda yang masih berkeliling kampung, tak sengaja mendengar suara teriakan wanita, mereka mulai siaga, suara itu terdengar jelas saat mereka melewati masjid.

"Jangan-jangan yang biasa, tuh," ujar salah satu pemuda, mengira-ngira.

"Iya, anak zaman sekarang ngelakuinnya dimushola," timpal lainnya.

"Kita kawinkan saja sekarang juga, kampung kita jadi kotor," timpal yang lainnya.

Para pemuda itu masuk kedalam mushola, yang penguncinya sudah rusak parah dan tak bisa dikunci, sehingga mudah saja bagi orang asing untuk masuk, dan melakukan apa yang mereka suka.

Mereka menyalakan lampu utamanya, melihat-lihat sekitar ruang tersebut, disetiap sudut, hingga berakhir ke sudut mimbar.

Ada sejadah biru yang tak asing bagi mereka, ketika beribadah di mesjid, alas itu tergeletak asal dekat mimbar.

"Kayak punya neng sasa," ucap pemuda yang mengambil dan melirik sejadah itu.

Mereka melihat kearah pintu ruangan tempat menyimpan buku, dimana ruang itu sempit dan hanya ada rak dan tumpukan buku yasinan, al-kitab bekas dan lainnya.

Saat membuka pintu tersebut mereka terkejut melihatnya, ada dua jiwa yang duduk tanpa jarak sedikitpun, berhimpitan, dan wajah gadis tak asing bagi mereka dibekap dan dirangkul dari belakang oleh pria yang berambut panjang, yang mengesalkan adalah pria itu bertelanjang dada.

"Astagfirullah! Neng sasa," pekik mereka bersamaan.

"Apa yang kalian lakukan? Beraninya sudah berzinah disini," tanya seorang pemuda menatap marah pada dua insan itu.

Terpopuler

Comments

Anyah aatma

Anyah aatma

grc itu apa kak?

2025-05-03

0

vj'z tri

vj'z tri

yah salah paham ... woi jangan ada kekerasan 😱😱😱😱😱

2025-04-23

0

Anyah aatma

Anyah aatma

genderuwo kah? haha
rambut panjang trus laki.

2025-05-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!