Selesai makan, Cinta dan Alvin pergi ke taman belakang.
"Di sini sejuk ya, Cin." Ucap Alvin sambil menghirup udara segar.
"Iya ka, makanya aku sering menghabiskan waktu istirahatku di sini."
Taman belakang memang indah, rumput yang menghijau, pohon yang rindang, jauh dari polusi. Walaupun cuaca panas kalau duduk di bawah pohon yang rindang rasanya adem apalagi ada air terjun di tengah tengah pohon. Tak hanya itu saja yang bikin taman ini terlihat menarik tapi karena ada bunga mawar, bunva anggrek, bunga melati, bunga kamboja dan lain sebagainya, semuanya tertata begitu rapi. Pak Hoirun memang pintar dalam merawat taman ini. Oh ya, pak hoirun itu tukan kebun ya yang ngurus taman di sekolah.
Tapi sayang, walaupun tamannya seindah ini. Tak banyak yang datang ke taman ini karena mereka sering menghabiskan waktu di kantin, ke kafe deket sekolah, ada yang pergi ke tempat nongkrong yang gak jauh dari tempat parkir, ada juga yang menghabiskan waktunya di kelas dan sebagian ada yang pergi ke perpus. Bahkan ada juga yang pergi ke Mall saat jam istirahat karena memang Mall nya gak jauh hanya sekitar 1 km dari sekolah.
Kalau Cinta lebih suka menghabiskan jam istirahatnya di musholla atau di taman belakang. Jika pun, ia ke kantin itu hanya untuk mengisi perutnya aja agar punya tenaga saat jam pelajaran berlangsung karena memang Cinta gak bisa konsen jika perutnya dalam keadaan kosong.
"Cin?" panggil Alvin membuyarkan lamunan Cinta.
"Iya ka, ada apa?" Tanya Cinta sambil menoleh ke arah Alvin.
"Bolehkah aku jujur?"
"Iya ka, silahkan."
"Cin, Aku menyukaimu. Tapi kamu jangan hawatir, aku tidak akan meminta kamu untuk balas perasaanku. Cukup seperti ini saja. Jujur, beberapa bulan terakhir ini aku sering memperhatikan kamu dari jauh, aku ingin mendekat tapi aku malu. Aku tak punya keberanian untuk mendekati kamu. Tapi asal kamu tau, aku sangat bersyukur bisa kenal kamu. Berkat kamu, aku bisa menjadi orang yang lebih baik. Aku sangat berterima kasih.
Aku masih ingat saat pertama kali kita ketemu, kamu memergoki aku saat aku kabur dari sekolah, kau narik bajuku dan menyuruhku duduk. Saat itu, aku ingin berontak tapi melihat wajahmu, entah kenapa aku jadi nurut. Kau nasehati aku ini dan itu tapi aku mencoba tak menghiraukannya. Lalu keesokan harinya, lagi lagi kamu melihat aku nongkrong dan gak mau masuk kelas. Tanpa ba bi bu, kau tarik tanganku untuk masuk kelas dan di sepanjang jalan kau tak berhenti nasehati aku. Dan untuk yang kedua kalinya, aku lagi lagi gak bisa berontak atau melawan kamu. Kamu baik tapi sangat tegas. Hingga tak ada yang berani melawan kamu. Aku salut sama keberanian kamu. Tapi nasihat nasihat kamu hanya masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Aku masih saja bolos sekolah, hingga 2 minggu kemudian kamu lihat aku di keroyok oleh mereka. Kamu bantu aku dan mencoba mengobatiku. Kamu tak pernah bosan untuk terus menasehatiku hingga akhirnya aku pun juga merasa jenuh dengan sifatku sendiri. Aku mulai berubah sedikit demi sedikit dan akhirnya inilah aku sekarang. Tapi entah kenapa sejak aku berubah, kamu semakin menjauh. Kamu tak lagi menasehatiku dan ketika kita bertemu kamu hanya tersenyum tanpa menyapaku. Aku tak tau, kenapa kau bersikap seperti itu. Ingin rasanya aku bertanya tapi aku masih belum siap dan kali ini aku mencoba untuk mengumpulkan keberanianku dan mengungkapkan semua uneg unegku. Bahkan tak tanggung tanggung, aku juga mengungkapkan perasaanku. Aku tak peduli, setelah kamu mengetahui perasaanku. Apakah kamu akan marah lalu menjauhiku atau kamu membiarkan aku dengan perasaanku yang seperti ini." Alvin berusaha untuk terbuka, sudah cukup selama ini ia menyimpan perasaan itu seorang diri.
"Ka, aku minta maaf atas sikapku yang sudah menyakiti kaka, bukan maksudku untuk menghindar atau menjauhi kaka. Hanya saja aku tidak suka terlalu akrab dengan lawan jenis yang nantinya akan menimbulkan fitnah. Aku senang kaka berubah, tidak lagi nakal seperti dulu. Dan untuk perasaan kaka, aku juga hargai itu. Aku tidak akan memaksa kaka untuk berhenti menyukaiku karena itu hak kaka tapi maaf aku gak bisa bales perasaan kaka." Jawab Cinta dengan wajah tersenyum.
"Makasih, Cin karena telah mengizinkan aku untuk terus menyukaimu. Gak papa walau kamu gak bales perasaanku. Aku senang kog. Dan aku sadar siapa diriku, aku gak pantas mendapatkan wanita sempurna seperti kamu. Tapi jika kamu ada apa apa, kamu jangan sungkan sungkan bilang ke aku. Aku akan selalu ada buat kamu. Mulai hari ini, aku janji tidak akan lagi mendekati kamu tapi aku akan selalu lihat kamu dari jarak jauh. Kamu adalah sumber kebahagiaanku, sejak kenal kamu. Aku merasa hatiku tidak lagi hampa seperti dulu. Terima kasih sudah meluangkan waktumu hanya untuk sekedar mendengar ocehanku yang tak jelas. Aku permisi dulu." Tanpa nunggu jawaban, Alvin segera pergi meninggalkan Cinta yang masih bergelut dengan fikirannya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 325 Episodes
Comments
🦢 𝐢𝐜𝐡𝐚❣︎ˢᵉˡˡᵒʷ͢ ㉿ᵇᵍᶠ•ʲʳ
Wihh Alvin jentel BaNget ..
2021-01-10
0
Marny Ariqah Maisarah
mantap Alvin ... salut
2020-04-15
3
Erwena Yusuf
cinta...😘
2020-01-01
2