Pak Azam bergegas menuju rumah sambil membawa sebuah amplop cokelat tua berisi dokumen penting dari perusahaan terjepit erat di tangannya.
Ini bukan sekadar dokumen biasa, ini adalah kunci besar yang menentukan masa depan perusahaan.
Sesampainya di depan gerbang rumah megah itu, sebelum sempat ia menekan bel, Aldi sudah muncul, wajahnya memerah menahan amarah.
Tubuhnya yang tegap menghalangi jalan Azam. "Azam! Berikan dokumen itu sekarang juga!" bentak Aldi, tangannya mengepal, siap merebut amplop tersebut.
Azam berdiri tegak, matanya tak gentar menatap Aldi. Ia tahu resikonya jika sampai dokumen itu jatuh ke tangan Aldi.
"Maaf, Tuan Aldi," jawab Azam dengan suara tenang namun tegas, "Dokumen ini sangat penting dan saya tidak berwenang memberikannya kepada Anda tanpa seizin Nyonya Geisha." Ia melindungi amplop itu di balik tubuhnya, seperti melindungi harta yang tak ternilai harganya.
"Cepat berikan!" bentak Aldi, wajahnya merah padam menahan amarah.
Suara kerasnya menggema hingga terdengar oleh Geisha yang ada di ruang kerja tersebut. Tapi Azam bertahan memegang amplop cokelat tua berisi dokumen penting itu.
"Maaf, Tuan Aldi," jawab Azam, suaranya terdengar tegas tidak ingin menuruti keinginan Aldi. "Saya telah bersumpah untuk melindungi dokumen ini sampai sampai ke tangan Nyonya. Ini adalah tanggung jawab saya." Ia memegang erat amplop itu, seolah-olah itu adalah nyawanya sendiri.
Aldi, tak tahan lagi, kesabarannya sudah habis, ia mengulurkan tangannya, berusaha merebut amplop tersebut. Namun, Azam dengan sigap menghindar. Seketika itu juga, terjadilah perebutan dokumen yang menegangkan. Keduanya menarik amplop itu dengan sekuat tenaga.
"Cepat berikan dokumen itu! Atau aku akan mengusir mu dari sini!" bentak Aldi, amarahnya memuncak. Ia menarik kuat amplop cokelat tua itu, namun Azam dengan gigih mempertahankan dokumen penting tersebut.
Tiba-tiba dari belakang, Geisha muncul melihat pertengkaran mereka berdua lagi.
"Siapa kamu yang berani mengusirnya?" Geisha muncul mengejutkan Aldi dan Azam.
Aldi, yang tadinya penuh amarah, seketika terpaku. Wajahnya berubah pucat. Ia melepaskan tarikannya pada amplop itu, langkahnya mundur. Dengan panik, ia berlari ke arah Geisha, meraih tangannya erat-erat.
"Sayang, sayang… Azam itu berbohong! Dia sengaja memfitnahku untuk membuat kita bercerai! Tolong, jangan percaya padanya lagi!" Aldi memohon dengan suara lirih, matanya berkaca-kaca.
"Kalau begitu, mari kita bercerai," ucap Geisha dengan suara tenang namun tegas, membuat Aldi tersentak kaget. Ia tak menyangka Geisha akan mengatakan hal tersebut.
"Sa-sayang… apa maksudmu? Kenapa kita harus bercerai? Kita kan sudah berjanji akan sehidup semati! Kenapa tiba-tiba kamu minta bercerai? Aku… aku tidak mau bercerai denganmu, sayang. Aku benar-benar sangat mencintaimu!" Aldi memohon dengan suara bergetar, ia terlihat takut dan panik.
Bukan hanya cinta dan hidupnya, tetapi juga kekayaannya. Perceraian berarti kehilangan akses terhadap sumber keuangannya.
Geisha menatap Aldi dengan tatapan datar, tanpa sedikit pun rasa simpati. "Kamu mencintaiku, atau kamu mencintai harta kekayaanku?" tanyanya, suaranya dingin menusuk. Ia sudah lelah dengan kepura-puraan Aldi, berpura-pura mencintainya.
Sebenarnya Geisha merasa mual. Kata-kata cinta Aldi terasa menjijikkan di telinganya. Ia ingin muntah mendengarnya.
"Ya, cintaku padamu, Sayang. Aku mencintaimu dengan tulus dari lubuk hatiku yang terdalam. Sekalipun kau tak punya harta sedikit pun, selamanya aku akan tetap mencintaimu," ucap Aldi dengan wajah memelas, berusaha meyakinkan Geisha.
Ia mencoba menyakinkan Geisha membuat ia terkesan bersungguh-sungguh yang amat dalam.
Geisha tersenyum tipis, "Baiklah, kalau begitu," katanya, suaranya terdengar tenang menantang. "Mari kita hidup susah bersama. Aku akan mendonasikan seluruh harta kekayaanku kepada panti asuhan dan yayasan amal. Rumah ini pun akan kuberikan kepada panti jompo. Bagaimana menurutmu?" Geisha menatap Aldi, menunggu reaksi pria itu. Ini adalah ujian terakhir untuk mengukur ketulusan cinta Aldi.
Aldi terlihat panik. Wajahnya pucat pasi, keringat dingin membasahi dahinya. Ia gugup, ketakutan tergambar jelas di matanya. Mana mungkin ia rela hidup miskin? Kemewahan dan kekayaan yang selama ini dinikmatinya mana mungkin ia rela berpisah dengan kekayaan Geisha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Shai'er
panik gak panik gak ya paniklah masa enggak 😏😏😏
2025-04-04
3
MommyRea
ya panik dong... mana mau miskin...😄
2025-04-09
0
saniscara patriawuha.
nahhhh lohhhh,,, kapokkkkkannnn...
2025-04-11
0