"Pergilah, Bram. Aku rasa sudah cukup kebodohanku yang membiarkan anakku menderita sepanjang pernikahan kalian," ucap Gunawan Wijaya dengan dingin.
Bukan tanpa alasan dia menyetujui putri bungsunya menikahi Bram. Cassie selalu ingin menjadi istri Bram. Oleh karena itu, dengan kekuasaannya dia membuat semua impian Cassie.
Namun, hal itu justru menjadi bencana bagi Cassie. Selama ini, Gunawan selalu menanyakan tentang kehidupan pernikahan Cassie dan Bram. Yang dikatakan Cassie ternyata berbanding terbalik dengan hal yang dialami oleh putrinya itu.
Cassie memilih untuk menyembunyikannya. Gunawan baru mengetahui hal itu setelah semuanya terlambat.
"Tolong, biarkan Cassie pergi dari hidupmu. Bukankah itu yang selalu kamu inginkan?" tukas Jessie yang sangat kesal dengan Bram.
"Kalian tidak bisa menghalangiku. Cassie adalah istriku! Dia tidak akan menyerah begitu saja dan pergi meninggalkanku. Bangun Cassie! Kamu bilang tidak akan membiarkanku bahagia bersama wanita lain. Kamu harus membuktikannya!" Bram mengatakan hal itu dengan putus asa.
Gunawan yang sudah hilang kesabaran berusaha menarik tubuh Bram, tetapi pria itu mendorong Gunawan dengan kasar. Dia bahkan meminta anak buahnya untuk mencegah keluarga Cassie mendekatinya.
"Kamu tidak bisa melakukan ini pada kami. Kami lebih berhak untuk mengurus jasad Cassie dibandingkan dirimu," teriak Jessie tidak terima dengan perlakuan Bram.
"Tidak! Dia masih hidup. Cassie akan selalu hidup!"
Clarissa, Ibu dari Cassie memandang Bram dengan sendu. Dia berpikir kalau Bram sudah gila.
"Sampai kapan kamu akan bersikap seperti ini. Putriku sudah meninggal. Bahkan, dia meninggal membawa cucuku! Kasihan sekali anakku harus menikah dengan pria sepertimu," ucap Clarissa lirih.
"Apa maksud, Mama? Cassie hamil?" Bram menoleh pada Clarissa.
"Ya, menyedihkan bukan? Kau sendiri pasti tidak tahu kalau anakku tengah mengandung. Sudahlah, menyingkir dari tubuh anakku. Kamu tidak berhak akan dirinya!" tukas Clarissa mendorong Bram dengan kasar.
Clarissa menangis sambil merangkul tubuh Cassie. Yang dilakukan perempuan itu tidak jauh beda dengan Bram.
"Kamu sudah tenang di sana, Nak. Di kehidupan selanjutnya Mama harap kamu mendapatkan jodoh yang lebih baik. Mama sangat menyayangimu," ucap Clarissa.
Namun, sesuatu terjadi di luar dugaan. Tangan Cassie bergerak sedikit. Perempuan itu perlahan membuka matanya. Cahaya putih menyilaukan penglihatannya, membuatnya menyipit. Kepalanya terasa berat, tubuhnya lemah, dan ada rasa sakit yang menusuk di perutnya.
Suara isakan lirih terdengar di sampingnya. Dengan sisa tenaga, Cassie menoleh dan melihat ibunya, sedang menggenggam tangannya erat. Mata wanita itu sembab, wajahnya penuh kekhawatiran.
"Mama...?" suara Cassie terdengar serak dan nyaris tak terdengar.
Clarissa tersentak, lalu buru-buru menghapus air matanya. "Cassie... kau sadar, Nak? Syukurlah... syukurlah!"
Tangisannya pecah, dan dia segera memanggil suaminya. Gunawan Wijaya bergegas mendekati Cassie bersama Jessie. Wajahnya yang penuh garis tegas menunjukkan keteguhan, tetapi matanya menyiratkan kesedihan yang dalam.
Cassie menatap mereka dengan bingung. "Apa yang terjadi...? Kenapa aku ada di sini?" tanyanya dengan suara lemah.
Jessie menggenggam tangannya dengan hati-hati. "Cassie, kau mengalami kecelakaan..."
Sejenak, Cassie mencoba mengingat. Kilasan peristiwa terakhir menyeruak di benaknya—suara klakson truk yang memekakkan telinga. Napasnya memburu.
"Aku... aku hampir mati...?"
Kaivan mengangguk, suaranya dalam dan penuh kepedihan. "Dokter mengatakan kau dalam keadaan kritis. Kami hampir kehilanganmu, Cassie..."
Cassie merasakan air mata menggenang di pelupuk matanya. "Tapi... aku masih hidup?"
Anindira mengangguk dengan penuh kasih, tetapi ada sesuatu di matanya yang menyiratkan kesedihan lebih dalam.
"Mama... ada sesuatu yang Mama sembunyikan dariku?" tanya Cassie dengan nada curiga. Perutnya terasa aneh, seperti kosong.
Jessie buru-buru tersenyum dan mengusap tangan kakaknya. "Yang penting sekarang Kamu sudah sadar. Kamu butuh istirahat, jangan pikirkan hal lain dulu, ya?"
Cassie mengernyit, merasa ada sesuatu yang janggal. Namun, tubuhnya terlalu lemah untuk mendesak mereka lebih jauh.
Bram yang tidak percaya dengan hal yang terjadi di depannya, langsung mendekati Cassie. Namun, saat itu Gunawan menghadang pria menyedihkan itu.
"Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Cassie lagi," ucapnya dingin. "Pergilah, aku akan segera mengurus perceraian kalian!"
"Tidak! Cassie, kamu hidup? Cassie aku..."
Bram tidak melanjutkan ucapannya pada Cassie. Lidahnya keluar ketika menatap perempuan di hadapannya. Cuplikan kejahatannya seolah berputar dalam benaknya.
Dia telah sangat menyakiti hati Cassie. Bahkan, memintanya untuk mati saja. Masih dapatkah dia menebus semua kesalahannya? Apakah Cassie akan mendapatkan kesempatan kedua.
Cassie yang berada di hadapannya menoleh. Perempuan itu menatapnya dengan datar, berbeda dengan biasanya yang selalu memancarkan cinta pada setiap kali mata mereka bertemu. Bram tidak mendapatkan hal itu saat ini.
"Ma, siapa pria ini? Papa bilang bercerai? Apa dia suamiku?" tanya Cassie yang membuat hati Bram mencelos.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca 😍❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
senjasabdaalam
yg bener itu gimana cessie itu nak sulung atau bungsu, kalo bneran anak bungsu kok bab di atas tadi jessie manggilnya kakak2 mulu tpi disini bapaknya bilang anak bungsu yg konsisten dong anak pertama atau kedua
2025-04-17
0
azalea_lea
bagus lupakan bram cassie
move on dr laki2 gak punya hati kyk bram meski kamu tau dulu memang bram tdk cinta kamu tapi perlakuan dan ucapannya jahat bgt
😭😭👍🌹❤🙏
2025-04-03
0
senjasabdaalam
jujurly agak ga masuk akal dari yg kritis tiba2 sadar langsung bisa ngomong lancar, harusnya masih kesakitan dong
2025-04-17
0