Gurun Sahara, Mesir
Pasir berbisik di bawah kaki Arka saat ia melangkah turun dari jip tua yang mereka sewa di Kairo. Matahari sudah hampir terbenam, tetapi hawa panas masih terasa menyengat.
Di sampingnya, Kiara dan Dr. Helena berdiri mengamati cakrawala. Di kejauhan, di tengah lautan pasir yang tak berujung, terdapat bangunan batu tua yang sebagian terkubur di bawah pasir.
Itulah markas musuh—tempat Ezra ditahan.
"Jadi ini tempatnya," Arka bergumam.
Dr. Helena mengangguk. "Ini adalah kompleks bawah tanah yang sudah ada sejak zaman Mesir kuno. Mereka menggunakannya sebagai markas rahasia selama bertahun-tahun."
Kiara menyipitkan mata. "Bagaimana kita bisa masuk tanpa ketahuan?"
Dr. Helena tersenyum tipis dan mengangkat sebuah gulungan kertas tua—sebuah peta kuno.
"Aku menemukan ini di arsip The Seekers. Ada lorong rahasia yang bisa kita gunakan."
Arka memandang peta itu dengan penuh perhatian. Jika mereka bisa menggunakan lorong rahasia ini, mungkin mereka bisa menyusup tanpa terdeteksi.
"Baiklah," katanya. "Mari kita lakukan."
Mereka mulai berjalan, mengikuti jalur yang ditunjukkan peta.
Di atas mereka, langit mulai berubah jingga, menandakan bahwa malam akan segera tiba.
PENYUSUPAN KE MARKAS BAWAH TANAH
Beberapa menit kemudian, mereka tiba di sebuah reruntuhan batu besar yang tertutup pasir.
Dr. Helena mencari sesuatu di antara bebatuan, lalu akhirnya menemukan sebuah celah sempit yang mengarah ke bawah tanah.
"Ini dia," bisiknya.
Arka masuk lebih dulu, diikuti oleh Kiara dan Dr. Helena.
Lorong itu gelap dan sempit, dindingnya dipenuhi ukiran kuno yang sudah aus oleh waktu.
Mereka bergerak hati-hati, menghindari suara berisik sekecil apa pun.
Setelah berjalan beberapa menit, lorong itu akhirnya berujung di sebuah ruangan besar yang diterangi cahaya obor.
Dari balik bayangan, mereka bisa melihat penjaga bersenjata yang berjaga di sekitar pintu besar.
"Ezra pasti ada di dalam," Kiara berbisik.
Arka mengangguk. "Kita harus mencari cara untuk melewati mereka."
Dr. Helena merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah benda kecil berbentuk tabung.
"Kita bisa membuat gangguan," katanya.
Arka menyadari bahwa itu adalah granat asap.
Tanpa ragu, Dr. Helena melemparkannya ke sudut ruangan.
Begitu asap mulai menyebar, para penjaga segera bereaksi—mereka mulai berteriak dan berusaha mencari sumber gangguan.
Saat itulah Arka, Kiara, dan Dr. Helena bergerak cepat melewati mereka dan masuk ke dalam ruangan utama.
PENEMUAN DI BALIK PENJARA
Di dalam ruangan itu, mereka menemukan Ezra.
Ia terikat di kursi kayu, wajahnya penuh luka dan memar.
"Ezra!" Kiara berlari ke arahnya dan segera melepaskan ikatannya.
Ezra mengangkat wajahnya dengan lemah. "Kalian… berhasil masuk?"
"Tentu saja," Arka menjawab. "Kita akan membawamu keluar dari sini."
Namun sebelum mereka bisa bergerak—
Pintu besar di belakang mereka tertutup dengan keras.
Dari dalam kegelapan, seseorang muncul.
Seorang pria tinggi dengan jas hitam melangkah maju, matanya menatap tajam ke arah mereka.
Di tangannya, ia memegang sebuah benda aneh yang tampak bersinar.
"Kalian pikir bisa kabur begitu saja?" suara pria itu dingin.
Arka merasakan bulu kuduknya berdiri.
Ia tidak tahu siapa pria ini…
Tetapi satu hal yang pasti.
Ia tahu sesuatu tentang Orbis.
Dan ia tidak akan membiarkan mereka pergi begitu saja.
PENJAGA ORBIS
Arka, Kiara, Dr. Helena, dan Ezra berdiri kaku di tengah ruangan, menatap pria berjas hitam yang baru saja muncul.
Di tangannya, benda bercahaya itu memancarkan kilauan aneh, seolah-olah memiliki energi yang hidup.
Ezra, meskipun masih lemah, menatap benda itu dengan mata melebar. "Itu… itu bukan artefak biasa."
Pria itu tersenyum tipis. "Aku lihat kalian tahu lebih banyak dari yang seharusnya."
Ia melangkah maju, sementara empat penjaga bersenjata masuk dari pintu belakang, mengepung mereka.
Kiara menggertakkan giginya dan meraih pistolnya, tetapi sebelum ia bisa mengangkatnya, pria itu menggeleng dengan santai.
"Satu gerakan saja, dan kalian tidak akan pernah keluar dari sini hidup-hidup."
Arka mencoba tetap tenang. "Siapa kau?"
Pria itu mengangkat alisnya, lalu menyeringai.
"Namaku Aldrich. Aku adalah salah satu Penjaga Orbis."
Jantung Arka berdebar. Penjaga Orbis?
Dr. Helena menatapnya dengan tajam. "Jadi kalian benar-benar ada."
Aldrich tersenyum tipis. "Tentu saja. Kami telah menjaga rahasia ini selama berabad-abad."
Arka bertukar pandang dengan Kiara dan Ezra.
Jika Penjaga Orbis benar-benar ada… maka itu berarti mereka selama ini mengawasi siapa pun yang mencoba mencari Orbis.
Dan sekarang, mereka telah menarik perhatian yang salah.
RAHASIA ORBIS
Aldrich menatap mereka satu per satu, lalu berbicara dengan nada datar.
"Kalian telah datang terlalu jauh. Dan kalian telah menyentuh sesuatu yang seharusnya tetap tersembunyi."
Ia mengangkat benda bercahaya di tangannya.
"Kalian tahu apa ini?"
Dr. Helena menatap benda itu dengan tajam. "Jika aku tidak salah… itu adalah Kunci Orbis."
Aldrich tersenyum. "Pintar. Tapi bukan hanya kunci… benda ini adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar."
Ia melangkah mendekat dan berbicara lebih pelan.
"Orbis bukan hanya kota kuno yang hilang. Itu adalah peradaban yang menyimpan pengetahuan yang bisa mengubah dunia."
Arka merasa tenggorokannya mengering. "Mengubah dunia? Maksudmu… teknologi? Atau sesuatu yang lain?"
Aldrich menatapnya tajam.
"Katakan padaku, Arka… apa yang lebih kuat dari teknologi?"
Arka tidak bisa menjawab.
Aldrich tersenyum tipis.
"Jawabannya adalah… kekuasaan."
Ia memutar Kunci Orbis di tangannya.
"Orbis menyimpan sesuatu yang bisa memberi seseorang kekuatan yang tidak terbatas. Bukan hanya ilmu, bukan hanya senjata. Tapi sesuatu yang bisa mengubah aturan dunia ini."
Kiara mencengkeram tangannya erat.
"Dan kau ingin menggunakannya?" tanyanya tajam.
Aldrich menatapnya lama, lalu tertawa kecil.
"Aku? Tidak. Tugasku adalah memastikan kekuatan ini tidak pernah jatuh ke tangan yang salah."
Ezra mendengus. "Lucu. Kalau begitu, kenapa kau menangkapku? Kenapa kau mengancam kami?"
Aldrich menatapnya dingin.
"Karena aku tidak tahu apakah kalian bisa dipercaya."
Ia menatap mereka satu per satu, lalu menambahkan, "Dan aku ingin tahu… apakah kalian benar-benar siap untuk mengetahui kebenaran?"
Arka merasakan hawa dingin menjalar di tulang punggungnya.
Apakah mereka siap?
Mereka sudah menempuh perjalanan sejauh ini untuk menemukan Orbis.
Tetapi sekarang, mereka harus menghadapi kenyataan.
Bahwa Orbis bukan sekadar kota yang hilang.
Orbis adalah sesuatu yang lebih besar… sesuatu yang bisa mengubah segalanya.
Dan jika mereka melangkah lebih jauh…
Tidak akan ada jalan untuk kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments