ITC #19

Erina memegang bagian dadanya, ingat bagaimana Bisma bicara pada seseorang di balik telpon, membuat bagian itu ngilu, Erina merasakan hal aneh terjadi pada hatinya.

Bisma sudah pergi untuk mengurus sesuatu setelah mengantar Erina ke mansion, Erina di larang kerja oleh Bisma hari ini, dan wanita itu sedang duduk sendirian di taman belakang.

Erina sudah cukup percaya diri sebelumnya, dia tidak akan kalah dari permainan suaminya, tetapi setelah melihat Bisma pergi, Erina merasakan yang sebaliknya, dia sudah kalah.

Erina tidak rela Bisma pergi untuk menemui wanita lain, Erina ingin sekali menahan Bisma supaya tetap berada di sampingnya, Erina ingin tapi harga dirinya menolak.

"Erin, handphone kamu berdering." Tegur ibu Maria saat melihat Erina melamun sampai tidak menyadari ponselnya yang berdering.

Erina mengerjapkan matanya dan menatap ibu Maria. "Oh, ibu?" Erina melemparkan senyuman lalu melihat layar ponselnya, tertera nama Farhan disana.

"Tidak apa-apa, angkat saja, mungkin ada hal penting." Ucap ibu Maria mendahului Erina bicara saat Erina akan membuka mulutnya.

Erina mengangguk lalu menggeser ikon hijau pada layar ponselnya. "Assalamu'alaikum." Sapa Erina setelah menempelkan alat komunikasi itu pada telinganya.

"Wa'alaikumsalam, Rin. hari ini lo jangan masuk kerja ya? Cafe gue tutup, Soraya mau lahiran." Ucap Farhan terdengar terburu-buru.

"Eh, ponakan gue mau lahir? kalian dimana sekarang? gue mau kesana!" Ucap Erina dengan senyuman yang mengembang, sampai lupa akan masalah hatinya.

"Gue sama Soraya lagi ada di rumah sakit permata, istri gue udah ada di ruang bersalin, udah dulu ya?" Setelah itu telpon terputus sepihak oleh Farhan.

Erina langsung berdiri antusias untuk pergi ke rumah sakit permata, dia hampir saja lupa dengan keberadaan ibu Maria yang barusan duduk di sampingnya.

"Ibu, kalau Bisma pulang, tolong bilang ke dia aku pergi ke rumah sakit dulu sebentar." Tanpa menunggu persetujuan, Erina berlari pergi meninggalkan ibu Maria.

"Eh, Erin?" ibu Maria menghela nafasnya, dia baru saja akan mengatakan bahwa Bisma tidak mengijinkan istrinya pergi, katanya setelah urusan Bisma selesai, Bisma akan mengajak Erina pergi ke suatu tempat untuk menghibur istrinya.

Erina sudah lebih dulu pergi menuju kamarnya, mengambil tas dan hal lain yang mungkin akan dia butuhkan di rumah sakit nanti, Erina benar-benar antusias menyambut keponakannya, dia sampai berlarian saat menuruni anak tangga.

"Pak Asep, bisa antar saya ke rumah sakit?" Tanya Erina saat sudah keluar mansion dan berpapasan dengan pak Asep.

Pak Asep adalah supir yang nenek Sekar pekerjakan untuk mengantar jemput Bisma dari dua belas tahun yang lalu, tapi berhubung sekarang pak Asep sudah lumayan tua, Bisma sudah lama memilih untuk mengendarai mobilnya sendiri.

"Oh, mangga neng, tapi emang Bisma udah ngasih kamu ijin?" bukan tidak mau, hanya tidak yakin Bisma membolehkan Erina di supiri olehnya.

"Nanti saya ijin sama Bisma, sekarang kita pergi dulu, saya buru-buru soalnya." Jawab Erina dan mau tidak mau pak Asep menurutinya.

Saat mobil pak Asep dan Erina sudah keluar dari perkarangan mansion, ibu Maria dan yang lainnya keluar mansion untuk menahan kepergian Erina, namun terlambat.

"Bagaimana ini? tuan Bisma pasti marah!" Lirih Maya dan yang lainnya mengangguk setuju kecuali ibu Maria.

"Tidak apa-apa, nanti biar saya yang bicara sama Bisma." Ucap ibu Maria menenangkan para maid.

Sementara di mobil ...

"Rumah sakit permata ya, pak." Ucap Erina memberitahu arah tujuan mereka.

"Baik neng, kamu tidak nelpon Bisma? Katanya mau ijin?" Pak Asep terlihat khawatir.

Masalahnya, wanita yang duduk di sampingnya adalah wanita kesayangan Bisma, sementara pak Asep sudah lumayan lama tidak menyetir, pak Asep takut Bisma tidak memberi ijin.

"Saya udah ngirim sms ke Bisma, bapak tenang aja." Sahut Erina berbohong, dia mana berani menghubungi suaminya yang sedang bersama wanita lain.

Tentu saja pak Asep tenang mendengar itu, lagipula baru kali ini Erina meminta bantuan darinya, pak Asep senang setidaknya dia berguna untuk istri tuannya.

Selama ini, pak Asep mendapatkan gajih tanpa melakukan pekerjaan apapun selain mencuci mobil, Bisma terlalu baik sampai tidak mengijinkan pak Asep untuk melakukan pekerjaan lain.

"Pak?" Panggil Erina setelah cukup lama mereka saling terdiam.

"Ya, neng?" Sahut pak Asep sambil menoleh sekilas kearah Erina lalu kembali fokus menyetir.

"Nanti bapak langsung pulang, mungkin saya bakal lama di rumah sakit."

Erina melangkah cepat menuju ruang bersalin setelah bertanya letak ruangan itu pada salah satu suster di rumah sakit, wanita itu sudah tidak sabar mendapatkan kabar baik dari sahabatnya.

"Farhan?" Panggil Erina saat mereka tanpa sengaja saling berpapasan.

"Oh, Erin?" Sahut Farhan, suami Soraya itu terlihat panik dan membuat senyuman Erina memudar.

"Farhan, ada apa? Soraya baik-baik aja kan? dia udah lahiran?" Tanya Erina tidak sabaran.

Farhan menghela nafas berat. "Erin, mulai hari ini lo berhenti kerja di cafe."

"Gue gak bahas soal itu, Han! gue cuma mau tahu keadaan Soraya!" Erina tidak tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya bukan hal baik karena sekarang Farhan terlihat sangat kacau.

"Soraya harus di operasi, Rin." Lirih Farhan.

Erina mengerti sekarang, Farhan kacau karena memikirkan biaya untuk operasi istrinya, Erina tahu keuangan mereka kurang baik, mengingat satu-satunya usaha mereka tidak lancar pemasukan.

"Kalau gitu, gue bakal bantu lo, gue bisa--" Erina menghentikan perkataannya, wanita itu sudah mengambil ponsel, berniat menelpon suaminya untuk meminta ijin membantu Soraya.

Tapi, Erina kembali ingat bahwa mungkin suaminya sedang tidak bisa di hubungi, dan Erina tidak berani untuk sekedar menelpon Bisma yang sedang bersama wanita lain. Lalu Erina teringat akan tabungannya.

Erina mengambil sesuatu dari dompet. "Lo bisa pake ini, tabungan gue cuma ada dua puluh juta, apa itu cukup?" wanita itu memberikan kartu ATM pada Farhan.

Farhan menatap apa yang ada si tangan Erina tanpa mengambilnya. "Gak bisa, Rin. lo juga pasti punya kebutuhan."

"Lo dan Soraya lebih butuh, Han. cepet terima atau gue gak bakal maafin lo kalau sampe terjadi sesuatu sama Soraya dan anak kalian."

Farhan bingung, di satu sisi dia tidak ingin menyusahkan Erina, disisi lainnya Farhan juga takut terjadi sesuatu pada Soraya dan Erina akan menyalahkan dirinya.

"Farhan!" Tekan Erina, wanita itu benar-benar takut terjadi sesuatu pada Soraya sampai tangannya yang memegang kartu ATM bergetar.

Farhan akhirnya menerima kartu itu dari tangan Erina, meskipun sebenarnya dia ragu. "Yaudah, gue pinjem dulu, ini udah lebih dari cukup kok, kalau udah ada uang--"

"Han, lo tuh kayak sama siapa aja sih?" Potong Erina yang sudah mulai meneteskan air matanya saking cemas dan khawatir pada Soraya.

Farhan menatap tidak enak pada Erina. "Kalau gitu, gue urus administrasi dulu ya?" Setelah melihat Erina mengangguk, Farhan melangkah meninggalkan wanita itu.

Erina hanya bisa berharap yang terbaik untuk Soraya dan anaknya, tidak ada hal yang lebih penting selain keselamatan mereka berdua.

Jangan lupa mendukung karya ini dengan menekan tombol suka dan masukan ke daftar favorit kalian. Teruntuk kalian yang tertarik dengan karya-karya aku, silahkan ikuti aku di mangatoon atau intagram (@light.queensha) Terimakasih ...

Regards:

©2019, lightqueensa.

Terpopuler

Comments

Wati_esha

Wati_esha

Sebetulnya kamu sadar tidak bila sudah menikah Erina? Salahmu yang main tuduh itu belum kamu mintakan maafnya. Sekarang kamu berulah lagi?!

2024-04-01

0

Wati_esha

Wati_esha

Erina 🙃🙃🙃🙃🙃🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️

2024-04-01

0

Bundanya REvan

Bundanya REvan

erin terlalu berburuk sangka sam suaminya,, ga baik jg tau rin,,,

2020-12-09

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!