ITC #14

Erina tidak menyangka Bisma percaya begitu saja padanya, Bisma mengira Erina menangis karena pria itu telat menjemput, Erina sampai tidak bisa membedakan Bisma polos atau bodoh, dan mana mungkin Erina menangis hanya karena hal sepele itu.

Bahkan, Bisma sampai memohon maaf dan berjanji tidak akan membuat Erina menunggu lagi, tapi bukankah Bisma yang malah terkesan berlebihan? Erina tidak akan mati hanya karena kelamaan menunggu.

Saat ini, Erina dan Bisma berada di mobil, sedang dalam perjalanan pulang menuju mansion. Erina sesekali menoleh kearah Bisma yang fokus menyetir, mengetahui Bisma terlalu polos membuatnya sedikit khawatir.

"Bisma?" Erina tanpa sadar membuat pria di sampingnya menoleh.

Erina tidak tahu kenapa dia tiba-tiba memanggil nama Bisma, mulutnya bereaksi begitu saja saat memikirkan bagaimana bisa pria kelewatan polos seperti suaminya menghadapi dunia yang sangat kejam ini.

"Ya?" Sahut Bisma yang kembali fokus menyetir.

Erina menggigit bagian dalam bibir bawahnya, wanita itu berusaha keras menahan diri supaya tidak mengatakan apa yang hati kecilnya inginkan, karena Erina merasa Bisma tidak akan membutuhkan itu.

"Erin, ada apa?" Tanya Bisma sambil melihat sekilas kearah Erina.

Bisma tahu Erina berkali-kali mencuri pandang padanya, Bisma melihat dari sudut matanya bahwa Erina terus bergerak gelisah seperti ada hal yang ingin wanita itu katakan, dan Bisma sama sekali tidak tahu hal apa itu.

Erina berdehem pelan. "Ah itu ... bisa mampir sebentar ke mini market?"

Erina memuji dirinya sendiri karena bisa memikirkan alasan yang lumayan masuk akal, meskipun sebenarnya Erina sendiri tidak tahu apa yang akan dia beli di mini market.

"Oh, baiklah." Bisma diam-diam tersenyum dan langsung menuruti keinginan Erina, lucu sekali istrinya sampai gelisah hanya untuk memintanya mampir ke mini market.

Erina berusaha mengingat apa saja yang dia butuhkan dan tidak ada di mansion Bisma, tapi setelah lama berpikir Erina akhirnya sadar, tidak ada satu pun yang dia butuhkan dan tidak ada di mansion Bisma.

Tentu saja, Bisma memiliki empat orang bayaran di mansion, mereka pasti tidak akan membiarkan majikan dan istri majikannya kekurangan, saat ada yang habis mereka pasti langsung membelinya.

"Erin, kita sudah tiba, ayo turun." Ucap Bisma yang menghentikan lamunan Erina.

Erina bisa melihat Bisma melepas sabuk pengaman, sepertinya pria itu berniat ikut ke mini market, dan Erina tidak mungkin membiarkannya, Bisma tidak boleh ikut bersamanya.

"Kamu diam disini! aku bisa pergi sendiri!" Erina berniat pergi secepat kilat, tapi Bisma lebih dulu menahan tangannya.

"Kamu berdarah." Ucap Bisma dengan suara pelan.

Sebenarnya, Bisma malu mengatakan itu, Bisma melihat celana jeans yang Erina pakai berdarah, sepertinya Erina datang bulan, dan Bisma tidak mungkin membiarkan Erina masuk ke dalam mini market.

"Darah?" Erina susah payah menelan ludahnya, seperkian detik kemudian Erina duduk dengan tampang kosong.

Erina tahu darah yang Bisma maksud tanpa harus suaminya jelaskan, Erina datang bulan pada waktu yang tidak tepat, dan hal itu sangat memalukan.

"Jangan panik, saya beli pembalut buat kamu ya?" Ucap Bisma lalu keluar dari mobil.

Erina tidak bisa bersikap tenang di depan suaminya disaat seperti ini, tapi Erina juga tidak terlalu panik, Erina hanya merasa malu. Karena baru saja Bisma melihat darah bulanannya.

Setelah Bisma pergi ke mini market, Erina bisa bernafas lega, Erina tidak perlu berpura-pura tenang di depan suaminya, dan Erina bisa mengomeli dirinya sendiri yang memalukan.

"Eh, tunggu!" Erina sempat terdiam dan berpikir. "Gue datang bulan berarti bulan ini gue selamat, gue gak hamil."

Erina bersorak saking senangnya, setidaknya bulan ini Erina bisa selamat dari kehamilan, dan Erina masih memiliki waktu untuk mempersiapkan diri di bulan-bulan yang akan datang.

Tapi, Erina merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya, dia mendadak kepikiran tentang Bisma, apa Bisma tidak akan kecewa saat tahu Erina belum bisa hamil?

Erina ingat saat Bisma mengetahui dia berdarah, pria itu tidak terlihat kecewa, malah berinisiatif membelikan pembalut untuknya, Erina langsung merasa lega mengingatnya.

"Erin, ini pembalut kamu." Ucap Bisma mengagetkan Erina, entah sejak kapan Bisma datang, suaminya masuk ke dalam mobil sambil membawa kantong plastik berisi pembalut.

"Hm." Erina menerima kantung plastik dari tangan Bisma, detik berikutnya Erina sadar bahwa baru saja dia membiarkan seorang pria membelikan pembalut untuknya.

Ya, meskipun pria itu suaminya, Erina merasa malu, sebelumnya dia tidak pernah membiarkan orang lain membeli pembalutnya.

"Erin, kenapa muka kamu merah? kamu sakit? apa datang bulan memang sesakit itu?" Tanya Bisma beruntun.

Erina menganga, tidak peduli bagaimana Bisma akan melihatnya saat ini, Erina benar-benar sudah tidak peduli, Bisma sudah terlanjur membuat berada pada titik memalukan.

"Sayang, bisa kita pulang?" Tanya Erina penuh penekanan tanpa menanggapi perkataan suaminya.

"Oh?" Bisma tersenyum mendengar Erina memanggilnya 'sayang' meskipun Erina mengatakannya dengan nada jengkel, Bisma tetap menyukainya.

"Brengsek! seneng banget kan dia?!" Erina mencibir dalam hatinya.

"Erin, saya lupa nanya, kamu mau beli apa ke mini market?" Tanya Bisma yang berhenti memakai sabuk pengamannya.

Erina menarik nafas sejenak untuk menetralkan suaranya. "Aku mau beli pembalut, tapi kamu udah beli, jadi tidak jadi."

Erina memang pintar mengendalikan keadaan, wanita itu tidak perlu repot berpikir, dan langsung mendapatkan jawaban. Erina juga pintar pura-pura, dia tersenyum sok hangat pada Bisma.

"Oh." Bisma mengangguk mengerti lalu kembali melajukan mobilnya.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan diantara mereka, Bisma fokus menyetir sementara Erina sibuk dengan dirinya sendiri, sampai akhirnya mobil Bisma berhenti di depan mansion.

"Erin, jangan dulu keluar!" Ucap Bisma saat melihat Erina berniat keluar dari mobilnya, pria itu kemudian keluar dari mobil dan membuka pintu mobil untuk istrinya.

Erina sendiri bingung dengan apa yang akan Bisma lakukan, suaminya membuka jasnya di hadapan Erina dan membuat wanita itu waspada.

"Bisma inget kan gue datang bulan? dia gak niat macem-macem kan?" Tanya Erina pada dirinya sendiri.

Tidak lama kemudian Erina merasakan Bisma mengikatkan jas di pinggang Erina, lalu membantunya untuk berdiri, dan membuat pikiran wanita itu mendadak kosong.

"Erin, kamu baik-baik saja?" Tanya Bisma.

Erina akhirnya bisa berpikir dengan baik saat suara Bisma menyapa telinganya, lalu Erina berdehem saat menyadari jarak mereka yang lumayan dekat.

"Ya, aku baik-baik saja, tapi jas kamu bisa kotor." Ucapnya dengan suara pelan. Erina merasakan jantungnya berdetak diatas normal.

"Tidak apa-apa, hanya jas, kamu pasti tidak nyaman orang lain melihat darahmu." Ucap Bisma sambil melemparkan senyuman.

Erina tersenyum kaku. "Kalau begitu terimakasih."

Bisma tersenyum sambil mengacak rambut Erina gemas, hari ini banyak hal yang bisa Bisma lihat dari istrinya, dan itu membuatnya senang dan bahagia, Bisma akhirnya tahu wajah malu istrinya, ini adalah perkembangan dalam pernikahan mereka.

"Oh ya, malam ini kamu tidak perlu masak, kita akan pergi ke rumah nenek."

Terpopuler

Comments

Wati_esha

Wati_esha

Erina masih saja kaku.

2024-04-01

0

♛⛧•༶RIYA༶•⛧♛

♛⛧•༶RIYA༶•⛧♛

kalo gue jadi Erina gue pasti langsung cinta deh kalo setiap hari diperhatiin😍

2020-12-07

2

cocoms

cocoms

thor, erina jgn bikin kaku

2020-10-02

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!