ITC #12

"Kamu baik-baik saja?" Leo, pria itu bertanya pada Bisma dengan wajah khawatir yang di buat-buat.

Pasalnya, setelah kemarin Bisma kehilangan semangat, sekarang Bisma malah terlihat sangat bersemangat sampai semua pekerjaan yang kemarin tertunda bisa Bisma selesaikan dalam waktu singkat.

Selain itu, hari ini Bisma juga ramah pada semua karyawan, sangat berbeda dengan Bisma yang biasanya cuek terhadap orang lain, Bisma malah tidak henti-hentinya mengumbar senyuman.

Bahkan, saat ada yang melakukan kesalahan pun, Bisma berkata. "Tidak apa-apa, lain kali lakukan pekerjaanmu dengan baik."

Bukan tidak mau berterimakasih pada tuhan yang telah memberikan hidayah pada bos menyebalkan seperti Bisma, Leo hanya takut terjadi kesalahan pada bos nya. Karena bagaimana pun Bisma adalah pemimpin perusahaan.

"Ya, aku baik-baik saja, memang kenapa?" Giliran Bisma yang bertanya pada Leo, pria itu masih terus tersenyum seakan dia adalah manusia paling bahagia di muka bumi ini.

Masih untung Bisma sedang berada di ruangannya. Kalau tidak, mungkin orang-orang akan berpikir kejiwaan Bisma terganggu karena senyuman dia yang terkesan sangat berlebihan.

"Tidak, hanya saja aku penasaran hal apa yang membuatmu sebahagia itu."

"Oh, mengenai itu ..." Bisma sedikit mencondongkan tubuhnya kearah Leo yang berdiri di dekat meja kerjanya, lalu berbisik. "Aku dan Erina akan memiliki anak."

Dahi Leo berkerut. "Maksudmu, Erin hamil?" Tanya Leo tidak yakin, mengingat Bisma dan Erina baru menikah.

Bisma menoyor kepala Leo lalu menjauh dari sahabatnya itu, bagaimana mungkin Leo berpikir Erina hamil disaat usia pernikahan mereka saja belum genap satu bulan.

"Yak! kenapa kamu kasar padaku?" Protes Leo sambil mengusap kepala, ini sudah kesekian kalinya Bisma menoyor kepala Leo, sepertinya Bisma memang sudah terbiasa melakukannya.

"Itu hukuman karena kamu bicara sembarangan." Sahut Bisma acuh, Bisma sama sekali tidak merasa bersalah atas apa yang sudah dia perbuat.

"Bicara sembarangan bagaimana? aku hanya bertanya!" Balas Leo tidak terima.

"Yasudah, berarti itu hukuman karena kamu bodoh, aku dan Erina baru menikah, mana mungkin Erina hamil secepat itu, kecuali kamu menuduh istriku tidur dengan pria lain."

Leo menganga mendengar perkataan Bisma barusan. "Sudah aku bilang, aku hanya bertanya, kenapa kamu berlebihan?" Tanyanya mencibir.

Bisma terlihat tidak peduli dengan perkataan Leo, pria itu malah memilih fokus pada laptop dan pekerjaannya, dan hal itu yang membuat Leo kesal.

Bisma baik pada semua orang, tapi kenapa Bisma tidak melakukan hal yang sama pada Leo?

"Kamu bilang, kalian berdua akan memiliki anak ..." Leo menjeda kalimatnya untuk beberapa saat sambil berpikir sampai pria itu kembali bicara.

"Kalau Erin tidak hamil, anak siapa yang kamu maksud? jangan bilang kamu sudah menghamili wanita lain lalu berniat mengambil hak asuh anak itu, dan berencana membesarkan anakmu bersama Erin, kamu pikir Erin akan setuju dengan kegilaanmu?"

Rasanya, Bisma ingin sekali melempari Leo dengan laptopnya, tapi beruntung Bisma masih ingat bahwa dalam laptop itu terdapat banyak hal penting, dan sebenarnya siapa yang gila? kenapa Leo harus memikirkan hal yang tidak masuk akal?

"Singkirkan pikiran burukmu itu! aku tidak dan tidak akan pernah menghamili wanita lain, hanya Erin yang akan hamil anakku."

Leo yang mendengar itu terlihat berpikir keras. "Kalau bukan itu, lalu apa? jangan bilang kamu dan Erin baru melakukanya tadi malam!" Ucap Leo yang membuat wajah Bisma memerah.

Memang benar semalam Bisma dan Erina sudah melakukan apa yang Leo maksud, tapi itu bukan pertama kali bagi mereka, Bisma dan Erina sudah sering melakukan itu sebelumnya.

Tapi, mendengar perkataan Leo membuat Bisma merasa seperti tertangkap basah, karena sepertinya Leo mengira kebahagiaan yang Bisma rasakan bersumber dari Bisma yang akhirnya berhasil menyentuh Erina.

"Berisik! Pergilah dari ruanganku." Bisma sengaja mengusir Leo supaya sahabatnya itu berhenti memikirkan hal yang tidak-tidak, sekaligus untuk mengalihkan rasa malunya.

Leo malah semakin yakin asumsinya yang terakhir tepat sasaran. "Jadi benar, kalian baru melakukannya tadi malam? aku penasaran, bagaimana rasanya melepaskan keperjakaanmu?"

"Yak! Keluar!" Teriak Bisma saking sebalnya terhadap Leo.

Leo tidak peduli meskipun Bisma sudah mengusirnya, Leo malah semakin semangat menggoda Bisma yang menurutnya baru berhasil menjadi suami yang sesungguhnya.

"Jangan pelit! beritahu aku apa yang terjadi tadi malam!"

Bisma mengeram. "Kalau kamu tidak keluar, aku akan memecatmu detik ini juga."

Sementara itu, Erina terlihat lesu dan tidak bersemangat, padahal hari ini cafe tempat Erina bekerja lumayan rame, dan Erina malah tidak bisa fokus sampai beberapa kali salah memberi pesanan pada pelanggan.

Erina terus memikirkan masa depannya yang mungkin akan hancur setelah Erina memutuskan untuk mengandung dan melahirkan anak Bisma. Karena Erina belum percaya sepenuhnya terhadap pria itu.

Selama ini, Erina hanya percaya bahwa tuhan akan memberikan yang terbaik untuknya. Erina belum bisa percaya hal lain, termasuk tentang keseriusan Bisma, dan sebenarnya Erina paling takut di kecewakan.

"Rin, lo kenapa? sakit?" Tanya Soraya khawatir melihat ada yang berbeda dari temannya.

Tadi pagi saja Erina sampai mengacuhkan Soraya dan Farhan yang berusaha menggodanya mengenai tanda merah keunguan pada lehernya, bahkan sepertinya Erina kurang suka mereka membahas hal itu.

Erina yang baru selesai menempelkan pengumuman di depan pintu cafe menoleh pada Soraya. "Gak, gue baik-baik aja."

Erina tersenyum supaya Soraya tidak khawatir, temannya itu sedang hamil, Erina tidak ingin hal kecil yang dia alami malah berdambak buruk pada Soraya dan kandungannya.

"Tapi yang gue lihat, lo gak baik-baik aja, kayak ada sesuatu yang mengganggu pikiran lo." Bantah Soraya, dia merasa memahami semua hal tentang Erina hanya dengan melihat wajahnya.

"Kalau sakit, mending pulang, Rin." Farhan ikut menimpali perkataan Soraya, dia juga menyadari ada yang aneh dari teman dekat istrinya.

Erina tertawa. "Kalian kenapa sih? gue beneran baik-baik aja!" Ucapnya berusaha meyakinkan.

Soraya semakin menyadari ada sesuatu yang berusaha Erina pendam. "Gue gak percaya!"

"Soraya!" Farhan berusaha menenangkan istrinya.

Farhan tahu, Erina bukan sekedar teman bagi Soraya, istrinya sudah menganggap Erina seperti saudara sendiri, dan Soraya memang selalu ingin tahu apa yang terjadi pada orang yang sudah dia anggap saudara itu.

Sebenarnya, Soraya hanya tidak ingin Erina menyembunyikan sesuatu darinya, Soraya ingin Erina terbuka padanya. Karena bagaimana pun saudara harus saling membantu saat salah satu dari mereka kesusahan.

Soraya menghela nafasnya. "Lo bisa cerita ke gue kalau udah siap." Putus Soraya yang kemudian berjalan menuju dapur.

Erina memejamkan matanya sejenak, dia sama sekali tidak bermaksud menyembunyikan sesuatu dari Soraya. Karena sebenarnya Erina hanya tidak ingin terus-terusan menjadi beban bagi Soraya dan keluarganya.

"Gapapa, nanti juga Soraya baik sendiri, maafin dia ya, Rin?" Farhan menepuk bahu Erina sebelum akhirnya mengejar Soraya ke dapur. Erina hanya menatap kepergian Soraya dan Farhan dengan rasa bersalah.

My husband calling ...

Erina menatap layar ponselnya dengan dahi berkerut, bertanya-tanya sejak kapan ada kontak 'my husband' di ponselnya, mengingat dia tidak pernah memasukan kontak itu.

Erina menebak yang menelponnya itu Bisma, karena tadi pagi pria itu sempat meminjam ponsel Erina dan membuat Erina mau tidak mau harus mengangkat telpon dari suaminya.

"Selamat siang, istriku." Sapa seseorang dari sebrang telpon.

Ternyata Erina benar, dia bisa mendengar suara Bisma dari sebrang sana, suaminya memang banyak berubah setelah mereka bertengkar, dan sekarang adalah pertama kalinya Bisma menelpon Erina.

"Hm, ada apa menelpon?" Tanya Erina.

Erina bisa mendengar Bisma terkekeh. "Saya hanya ingin memastikan kamu tidak telat makan siang."

"Eh? Cuma mastiin gue makan?" Erina mencibir dalam hatinya. "Aku baru mau makan, kamu juga jangan lupa makan."

Erina kembali mendengar Bisma terkekeh. "Jangan khawatir, saya sudah ada di restoran dan sedang menunggu pesanan."

"Baguslah."

"Oh ya, hari ini kamu pulang jam berapa?"

"Habis ashar aku pulang, kenapa?"

"Saya akan menjemput kamu, kalau begitu selamat makan, istriku." Kemudian sambungan telpon mereka terputus secara sepihak oleh Bisma.

Menelpon hanya untuk itu? Kurang kerjaan!

Jangan lupa mendukung karya ini dengan menekan tombol suka dan masukan ke daftar favorit kalian. Teruntuk kalian yang tertarik dengan karya-karya aku, silahkan ikuti aku di mangatoon atau intagram (@light.queensha) Terimakasih ...

Regards:

©2019, lightqueensa.

Terpopuler

Comments

Wati_esha

Wati_esha

Erina pasrahkan saja semuanya padaNya. Mengalirlah seperti air ....

2024-04-01

0

Wati_esha

Wati_esha

Tq ya update nya.

2024-04-01

0

Akun ini lg hiatus

Akun ini lg hiatus

kak maaf gak sopan, kalo ada waktu bc karyaku ya^^

2021-12-11

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!