ITC #2

Erina memikirkan berbagai macam cara untuk menyembunyikan tanda yang Bisma tinggalkan di lehernya. Erina ingat saat pertama kali tanda itu ada disana, Soraya dan Farhan meledekinya habis-habisan, dan Erina tidak akan membiarkan hal itu terjadi kembali.

Erina berpikir untuk mengambil syal, berniat menutupinya dengan kain persegi panjang itu, namun detik berikutnya Erina memaki dirinya sendiri, mana ada yang mau memakai syal di cuaca terik. Erina yakin itu malah akan mengundang perhatian.

Erina juga sempat berpikir untuk memakai kalung yang bisa menutupi bagian lehernya, tetapi Erina tidak cukup percaya diri untuk memakai aksesoris seperti itu, dan yang paling penting, dari mana Erina mendapatkan kalung itu? Erina tidak memilikinya.

Lalu, Erina ingat dengan plester luka, mungkin itu akan sangat berguna untuk situasi darurat seperti sekarang, jika sampai ada yang bertanya bagaimana bisa lehernya di plester, Erina tinggal menjawab kalau lehernya terluka.

Erina tidak bermaksud bohong, Erina memang bisa di katakan terluka karena Bisma memberikan kecupan pada lehernya. Oh, apa yang baru saja Erina pikirkan? Erina seharusnya bergegas keluar dari kamar sebelum manusia yang ada di dalam kamar mandi keluar.

Erina harus menghindari situasi canggung setelah Bisma hampir membawanya ke tempat tidur. Ya hampir, karena tidak ada yang terjadi diantara mereka selain Bisma yang memberikan tanda pada leher Erina.

Sebenarnya, Bisma hampir saja melakukan hal lebih, tapi karena ada seseorang yang menelpon, Bisma tidak jadi melakukannya, dan setelah itu Erina harus menyaksikan wajah kesal Bisma dan pria itu juga menyalahkan pengganggu mereka.

"Kenapa kamu menutupinya?" Suara itu hampir saja membuat jantung Erina copot saking kagetnya, Bisma baru beberapa menit masuk kamar mandi, tapi pria itu sudah muncul dan memergoki apa yang Erina lakukan.

"Kamu sudah menikah dan menurut saya hal itu sangat wajar bagi wanita yang sudah menikah, kenapa kamu repot-repot menutupinya?" Ucap Bisma memperjelas perkataan sebelumnya.

"Pakaian kerjamu sudah selesai aku siapkan." Ucap Erina tanpa menjawab pertanyaan Bisma. Karena dia tidak memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan suaminya.

"Pintar sekali dia mengalihkan pembicaraan." Cibir Bisma dalam hatinya.

Bisma tidak menyangka istrinya benar-benar bermuka datar, bahkan Bisma tidak melihat pipi Erina merona sedikit pun, wanita itu masih bersikap tenang dan santai, dan hanya beberapa detik memperlihatkan wajah kagetnya.

"Saya lupa membawa handuk, bisa kamu mengambilnya untuk saya?" Bisma membalas dengan tidak menanggapi perkataan Erina.

"Baiklah, akan aku ambilkan, tapi memangnya kamu sudah selesai? secepat itu kamu mandi?" Tanya Erina lalu berjalan untuk mengambil handuk Bisma yang terletak di dalam kamar itu.

Bisma berdehem pelan. Sebenarnya dia baru selesai menggosok gigi dan melepaskan beberapa helai pakaian. Bisma sengaja memakai handuk sebagai alasan, bahkan Bisma memang sengaja tidak membawa handuk itu.

Bisma sengaja melakukan itu hanya untuk melihat wajah merona Erina dan ingin tahu bagaimana istrinya saat sedang salah tingkah. Karena Bisma sudah menduga bahwa istrinya akan menutupi tanda yang dia tinggalkan.

"Belum. kamu mau membantu saya menyelesaikannya?" Tanya Bisma dengan sengaja, dia masih penasaran mengenai wajah merona istrinya.

Mereka sudah dua minggu menikah, tapi Bisma belum pernah melihat berbagai ekspresi dari wajah istrinya, wajah Erina benar-benar tanpa ekspresi dan selalu terlihat tenang.

"Aku sudah mandi, jadi itu tidak mungkin." Jawab Erina sambil memberikan handuk pada Bisma.

"Tapi kalau kamu belum mandi, apa kamu mau membantu saya mandi?" Tanya Bisma. Karena masih belum melihat rona dari wajah istrinya dan Bisma juga belum menyerah untuk bisa melihatnya.

"Bukankah sudah ada yang menelponmu? Kamu bisa telat kerja kalau terus bertanya hal aneh!" Ucap Erina mengingatkan tanpa mau menjawab pertanyaan Bisma.

Bisma meringis. Sepertinya sudah waktunya untuk dia menyerah hari ini. "Baiklah, tapi saya ingin kamu membantu saya memakai dasi, jadi jangan dulu keluar kamar, tunggu saya selesai."

Bisma merebut handuk dari tangan Erina, lalu kembali menutup pintu kamar mandinya, memang tidak mudah membuat wajah Erina merona, bahkan saat marah saja wajah Erina masih begitu saja, benar-benar tanpa ekspresi.

Erina menahan nafas sejenak. Lelah sekali berhadapan dengan penghuni mansion itu, Erina merasa malu dengan dirinya sendiri saat Bisma meminta hal seperti itu, tapi apa Bisma tidak punya rasa malu?

Erina sudah cukup menahan diri menghadapi Bisma, namun semakin hari pria itu semakin menjadi, Bisma sangat sering mengatakan hal yang membuatnya kehilangan udara untuk bernafas.

Dan apa kata Bisma tadi? Pria itu memintanya untuk diam di kamar? Erina tidak tahu apa dirinya masih sanggup menghadapi Bisma, terlebih dia akan berada di ruangan yang sama saat Bisma memakai pakaian. Erina masih termasuk wanita normal, dia takut jiwa penggodanya berontak.

"Erin, mana pakaian saya? dan kenapa kamu melamun?" Erina merasakan jantungnya hampir copot untuk yang kesekian kalinya, entah sejak kapan Bisma sudah keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk putih.

Beruntung Erina memiliki sedikit kelebihan, dia langsung bisa bersikap biasa saja, seolah tidak ada yang sempat terjadi pada jantungnya.

"Di atas ranjang kita, aku menyimpannya disana, aku baik-baik saja, sebaiknya kamu cepat memakainya." Erina sengaja menjawab dengan tidak melihat lawan bicaranya.

Bisma diam-diam tersenyum mendengar kata "kita" dari mulut Erina, entah kenapa dia menyukai kata itu kalau Erina yang mengucapkannya, terlebih dengan di awali kata ranjang, Bisma benar-benar menyukainya.

"Apa sudah selesai?" Erina melirik Bisma dengan ujung matanya, bukan berniat mengintip, tetapi karena Bisma tidak bersuara semenjak Erina memberitahu dimana pakaian pria itu.

"Hm." Bisma bergumam menjawab Erina.

Tapi, saat Erina melihat kearah Bisma, pria itu tidak benar-benar sudah selesai, Bisma hanya sudah memakai celananya dan masih bertelanjang dada, Erina hampir memaki pria yang sudah membohonginya itu.

"Kebetulan kamu ada disini, bisa bantu saya memakai kemejanya?" Tanya Bisma dengan wajah polos yang malah membuat Erina ingin sekali menampar wajah polos itu.

"Kamu sendiri yang memintaku tetap disini, dan sekarang kamu bilang kebetulan?" Cibir Erina dalam hatinya.

"Erin?" Tegur Bisma saat melihat istrinya terdiam dan hanya memandanginya dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan.

"Ya, aku akan membantumu." Sahut Erina.

Wanita itu berjalan menghampiri Bisma dan segera melakukan apa yang suaminya minta, meskipun Erina melakukan itu dengan terpaksa, tetapi Erina masih bisa bersikap biasa seakan itu bukanlah masalah.

"Nanti siang tolong bawakan saya makanan ke kantor." Ucap Bisma tiba-tiba.

Erina berkata dalam hati. "Sekarang apalagi? apa tidak cukup melakukan hal seperti ini di rumah? pria ini benar-benar menguji kesabaranku!"

Jangan lupa mendukung karya ini dengan menekan tombol suka dan masukan ke daftar favorit kalian. Teruntuk kalian yang tertarik dengan karya-karya aku, silahkan ikuti aku di mangatoon atau intagram (@light.queensha) Terimakasih ...

Regards:

©2019, lightqueensa.

Terpopuler

Comments

Wati_esha

Wati_esha

Bacanya senyam senyum sendiri. Bisma lumayan usil & berusaha mengenal isterinya. 🥰

2024-03-31

0

Kristina Rante

Kristina Rante

BIASANYA SUAMI YG DINGIN,CUEK & DATAR2 SJ.....MLH INI KBLIKN.....SUAMI YG JHIL....TPI KU SUKAKK KOKK.....ADA MNIS2NYA GITCUU

2023-02-03

2

Alivaaaa

Alivaaaa

datar banget ya Erina 😅😅

2021-03-23

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!