“Aku akan memperkenalkan diri ulang. Namaku Evillia. Kalian boleh memanggilku Guru Evillia atau Kak Evillia atau Master Evillia atau pun Nona Evillia. Aku berkali-kali lipat lebih tua dari kalian. Jadi, jangan berpikir seolah kita ini seumuran hanya karena penampilanku yang seperti ini. Aku ini jauh lebih kuat. Dengar instruksiku dengan baik agar aku tidak silap dan mengajarkan kalian tentang rasanya hidup di neraka. Satu hal yang harus kalian ingat: terkadang aku ramah, terkadang aku dingin dan tegas seperti saat ini. Tetapi kalian tidak perlu memusingkan itu; anggap saja kalau aku memiliki dua kepribadian yang bisa berganti di waktu-waktu tertentu.”
Hari masih sangat pagi, mentari bahkan belum sepenuhnya terlihat di ufuk timur. Tetapi Xavier, Monica dan yang lainnya sudah berbaris rapi di depan Evillia mendengarnya berbicara dengan penuh kearoganan.
Mereka berada di lantai paling dasar dari rumah yang seperti terbuat alami dari pohon ini—lebih tepatnya mereka berada di bawah tanah.
Lantai ini kira-kira lima kali luasnya dibandingkan dengan lantai ke dua dari atas. Tidak ada perabotan apa-apa di sini, hanya ruang kosong dengan empat pilar yang menopang lantai. Selain itu, gravitasi di sini satu setengah kali lebih kuat daripada gravitasi normal, membuat Xavier dan yang lainnya kesusahan untuk beraktivitas.
“Pertama-tama sekali, aku ingin tahu seberapa besar stamina dan kekuatan fisik kalian. Karena itu, hari ini kita sepenuhnya akan fokus pada latihan fisik dari pagi sampai sore—dengan istirahat makan siang selama satu jam.”
Xavier mengernyitkan kening, tetapi ia tidak berkomentar. Yang lainnya pun demikian. Terutama Monica, wajah gadis itu sangat serius.
Xavier mengerti sekali. Dari mereka semua, yang paling merasa tertekan dengan semua yang telah terjadi adalah temannya itu. Bayangkan saja, setelah kehilangan kedua orangtuanya tepat di depan matanya, dia diberitahu kalau dirinya adalah keturunan iblis dan memiliki setengah jiwa iblis di tubuhnya. Lalu desanya dihancurkan, kakeknya kemungkinan besar telah tewas, semuanya karena dirinya yang memiliki jiwa iblis.
Sementara Xavier...kehilangan kedua orangtuanya saja sudah membuat Xavier jadi terobsesi untuk menghabisi si Emperor, apalagi jika ia harus berada di posisi Monica. Xavier tidak mau membayangkan hal itu. Bisa-bisa ia kehilangan akal sehat.
“Pertama, lari kelilingi ruangan ini berlawanan arah jarum jam. Tentu saja kalian Heckart dan Xavier tidak boleh menggunakan Enhancement dan Acceleration. Larilah secepat yang kalian bisa. Larilah sampai kaki kalian tidak lagi bisa membuat kalian berdiri. MULAI!”
Tanpa perlu disuruh dua kali, Xavier langsung berbalik arah dan melakukan apa yang Evillia perintahkan.
Meskipun membuatnya kesal karena harus menerima perintah dari wanita yang tidak terlihat kuat sama sekali, Xavier tetap melacukan kakinya berlari mengelilingi ruangan ini. Meskipun gadis elf itu terlihat seperti itu, Xavier mengakui kalau gadis itu saat ini jauh lebih kuat darinya, seperti yang gadis itu katakan tadi. Hal itu terlihat jelas dari pembawaan gadis itu yang tidak terpengaruh sama sekali terhadap gravitasi di ruangan ini.
Heckart berlari dengan cepat, Xavier sudah tertinggal lumayan jauh di belakang remaja itu. Meski ia sudah berlari sekuat tenaga, jarak antara dirinya dan anak tertua di antara mereka itu tidak berkurang. Justru semakin bertambah. Namun, Xavier lebih cepat dari Jose yang berada di urutan ketiga, Elena yang di urutan keempat, Monica yang di urutan kelima, dan Menez yang sedikit di belakang Monica.
Sebuah lingkaran sihir hijau kecoklatan muncul di lantai di belakang Evillia berdiri, tepat beberapa langkah dari pintu besar yang tertutup rapat.
Dari lingkaran sihir itu mencuatlah dahan-dahan pohon yang saling melilit satu sama lain lalu membentuk singgasana kecil. Kemudian Evillia mendudukkan dirinya dengan elegan di situ. Siku kiri bertumpu pada bantalan singgasana, pipi kiri bertumpu pada telapak tangan kiri. Kedua iris biru langit Evillia memandang intens Xavier dan yang lainnya yang berlari dengan sekuat tenaga.
Tindakan Evillia itu tak terlewatkan oleh Xavier. Hal itu menambah kuat fakta bahwa gadis itu saat ini jauh lebih kuat darinya. Menyadari itu semakin membuat Xavier meningkatkan pacuan kakinya. Ia tidak peduli jika itu akan membuat staminanya lebih cepat terkuras. Xavier ingin semakin kuat, tidak ada yang lebih penting dari itu.
…Sepuluh menit telah berlalu.
Menez sudah terkapar dengan tubuh dipenuhi keringat. Monica berjalan tertatih-tatih, keringat mengucur deras memenuhi wajahnya. Kondisi Elena tak jauh berbeda dengan Monica, tetapi dia masih dua kali lebih cepat dari Monica. Sementara Jose, anak itu sedang bersandar pada sebuah pilar yang menopang ruangan. Mulutnya mangap-mangap mengatur pernapasan. Heckart sudah sedikit melambat, wajahnya sedikit berkeringat, tetapi dia masih sedikit lebih cepat dari kecepatan penuh Xavier. Sedangkan Xavier...ia sudah melambat. Pun wajahnya penuh keringat, tetapi ia tetap berlari.
…Dua puluh menit telah berlalu.
Monica dan Elena sudah terkapar, kaki mereka sedikit gemetaran. Sementara, Xavier dan Heckart masih terus berlari. Heckart sudah melambat, tetapi dia masih lebih cepat dari Xavier yang masih berlari kendati kakinya sudah mulai sakit.
…Satu jam telah berlalu. Xavier berjalan tertatih-tatih dengan betis bergemetaran berusaha menyusul Heckart yang masih sanggup berlari, walau lambat. Monica, Elena, Jose, dan Menez sudah duduk di samping singgasana buatan Evillia. Mereka duduk dengan kaki terselonjor memandang Xavier dan Heckart yang masih berusaha. Namun beberapa menit kemudian, Xavier jatuh tersungkur, napasnya menderu berat. Sementara, Heckart masih terus lanjut.
Akhirnya, satu setengah jam setelah mereka mulai berlari, Heckart tersungkur dengan napas menderu berat dan kaki bergemetaran.
Evillia menggerakkan tangan kanan, lalu sebuah daun besar mencuat dari lantai di bawah Heckart, membawa remaja itu ke depan singgasananya. Xavier, Monica dan yang lainnya sudah berada di situ.
Evillia memandang mereka lekat-lekat. “Selain Heckart dan Xavier, kalian semua mengecewakan. Kalian Lemah. Tetapi itu sangat wajar, justru aku akan heran jika kalian bisa bertahan sampai dua jam.” Evillia berdiri dari singgasana kayunya—singgasana itu terdispersi menjadi partikel-partikel mana lalu menghilang. “Karena itu aku sudah memutuskan: selama sebulan penuh ini, kalian hanya akan melatih kekuatan fisik. Aku tidak akan memulai mengajarkan sihir sampai kekuatan fisik kalian masuk dalam standarku. Selain itu, kekuatan gravitasi ruangan ini akan menjadi dua kali lipat mulai esok hari dan seterusnya. Karenanya, manfaatkan hari ini sebaik mungkin untuk membiasakan diri dengan gravitasi saat ini."
"Ada pertanyaan?” tanya Evillia dengan kedua tangan terlipat di dada setelah diam beberapa lama membiarkan yang lain meresapi ucapannya.
“Kapan kami bisa bertemu dengan Nona Evana, lalu di mana Nona Zie dan kedua temannya saat ini?” tanya Monica.
“Nenek tua yang masih perawan (?) itu baru akan menemui kalian saat kalian sudah bisa memenuhi syarat dariny-ehem-dariku untuk bisa melihat kondisi desa kalian. Sedangkan wanita yang kau maksudkan sudah meninggalkan Kerajaan Elf tadi malam. Mungkin dia tidak ingin bertemu kalian karena tidak mau menjadi sasaran amarah kalian, tapi apa pun itu aku sama sekali tak peduli. Ada lagi?”
Monica dan yang lainnya memandang Evillia dengan ekspresi tak percaya. Tentu saja sangat beralasan mengapa mereka berekspresi seperti itu. Tadi malam Evillia menyebut Evana dengan “Nona Evana”. Namun sekarang, gadis elf itu menyebut gurunya dengan “nenek tua yang masih perawan”.
Xavier tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa, rasanya sungguh menggelitik hingga membuat perutnya sedikit sakit. Tentu saja tawanya itu membuat semua perhatian terarahkan padanya, bahkan Evillia sudah memandang ke arahnya dengan muka menggelap.
“Katakan, mengapa aku tidak harus mengajarkanmu untuk tidak tertawa disaat aku bertanya?”
Xavier mengibas-ngibaskan tangannya. “Maaf, maaf, aku hanya membayangkan seperti apa reaksi Nona Evana itu jika dia mendengar caramu menyebutnya.”
Evillia memandang datar Xavier selama beberapa detik, lalu dia mengangguk mengerti. “Itu alasan yang bisa diterima,” ucapnya dengan bibir yang tersenyum jahat. “Ekspresinya sangat memuaskan untuk dilihat.” Evillia menganggukkan kepalanya membenarkan perkataannya sendiri. “Apa ada pertanyaan lain?”
“Berapa tahun sudah berlalu semenjak Anda dijadikan murid Nona Evana, Nona Evillia?” tanya Elena.
“Hm…199, mungkin. Ada lagi?” Evillia tidak menunggu siapa pun untuk bertanya. “Yap, tidak ada.” Ia menepukkan kedua tangannya dan meminta semuanya berdiri. “Selanjutnya ….”
Dan berlanjutlah penjelasan Evillia dengan begitu simpel namun detail. Xavier dan yang lainnya pun diinstruksikan kembali melanjutkan latihan fisik sampai matahari tiba di titik kulminasinya.
Mereka beristirahat selama dua jam untuk makan siang dan keperluan lain, lalu setelahnya kembali melanjutkan latihan hingga menjelang matahari terbenam.
Meski tubuh sudah tertatih-tatih, tak satu pun dari mereka mengeluh untuk berhenti. Meskipun motivasi mereka hanya sama dalam beberapa hal, semuanya tetap ingin menjadi kuat. Terlebih Monica. Mengingat nasib yang harus dialaminya, dia tak ingin sampai menjadi beban bagi yang lain.
Setelah membersihkan diri, masing-masing mereka langsung beranjak ke kamar tidur.
Xavier tak terkecuali. Ia langsung merebahkan diri di ranjang. Hari ini, tanpa terkecuali, adalah hari terberat bagi Xavier dan yang lain. Namun itu bukan yang terberat, semuanya tahu kalau hari ini adalah awal dari neraka berkepanjangan yang berkedok “pelatihan fisik”. Tetapi Xavier tak keberatan, itu justru sangat bagus. Namun, hari ini ia sudah tidak sanggup untuk melanjutkan latihan sihir; ia akan istirahat total.
Di lantai di atas tempat Xavier dan yang lainnya tinggal, Evillia memandang datar pada Evana yang duduk rileks di kursi santainya. Evana menyesap teh kesukaannya lalu memandang Evillia dengan lembut.
“Kamu sudah siap untuk melanjutkan latihan rutinmu, Evi?” tanya Evana dengan suara yang begitu penuh kasih, bibirnya melengkung membentuk senyum manis nan hangat.
“Maksudmu latihan untuk menjadi tubuh barumu?” Evillia melipat kedua tangan di dada, iris birunya menatap tajam iris Evana yang sama persis dengan irisnya, menantangnya untuk mengingkari pertanyaannya barusan.
“Pertanyaan jahat macam apa itu, Evi?” Evana tak menunggu respons Evillia. “Aku memberimu nama Evillia. Aku yakin kamu tahu kalau itu adalah singkatan dari Evana Evrillia. Bukankah kamu sendiri yang setuju, sewaktu aku menyelamatkanmu dari kematian pada 199 tahun yang lalu?”
Evillia menghela napas pelan, lalu bibirnya melengkung membentuk senyuman manis. “Tentu saja, nenek tua.”
Kening Evana sedikit berkedut mendengar kata “nenek tua”, tetapi ia menahan dirinya dari berkomentar. Ia sudah biasa menghadapi ketidaksopanan Evillia, dan ia tidak keberatan untuk memaafkannya. Lagipula, sebentar lagi tubuh sempurna yang tak akan pernah menua itu akan menjadi miliknya. Ia tidak mungkin akan menghukum bakal tubuhnya sendiri, kan?
Akan tetapi, mengapa Evillia tersenyum menerima seperti itu? Apa dia akhirnya mengakui kalau tak ada hal yang bisa dia lakukan selain menerima takdirnya? Atau, ia meyakini ada cara untuk menghindari takdirnya? Lucu sekali jika begitu. Evana sudah merencanakan semuanya dengan sangat matang; jika ada caranya agar Evillia selamat, tentu ia akan lebih tahu dari anak itu.
“Aku masih punya 10 bulan lagi sebelum waktunya tiba. Mengapa kau tidak membiarkanku menggunakan tubuhku secara penuh, sebelum akhirnya menjadi milikmu?”
Mata Evana mengerjap, itu adalah permintaan yang…terlalu normal.
“Hanya itu?” tanya Evana tak yakin. “Kamu tidak mau mencoba sihir bintangmu melawan Fie Axellibra, Vermyna Hermythys, atau Lilithia von Sylphisky? Bukankah itu keinginanmu, mengalahkan mereka-mereka yang terkuat? Bagaimana dengan Dragon Lord Camulus, bukankah waktu kecil dulu kamu berkeinginan duduk di singgasananya?”
Evillia melengkungkan bibirnya. “Aku bisa memercayakanmu mewujudkan semua mimpiku itu. Dengan sihir tumbuhan milikmu dan sihir bintang milikku, ditambah sihir elemental anginku, juga sihir transfer jiwa milikmu yang akan menyempurnakan tubuh abadi ini…bukankah kau akan menjadi yang terkuat, Nenek Tua?”
Untuk pertama kalinya dalam seratus tahun terakhir, senyum palsu di wajah Evana menghilang. Meskipun Evillia sudah tersenyum manis seperti itu, tidak ada siapa pun yang akan mengatakan kalau itu senyum manis. Itu adalah senyum jahat dan licik, yang disembunyikan dengan begitu baik dibalik senyum manis.
“Katakan, apa sebenarnya yang kamu inginkan, Evi.”
Evillia mengedikkan bahunya. “Aku hanya ingin menggunakan waktuku yang tersisa untuk menggunakan tubuh ini, tak lebih dari itu.”
Evana mengernyitkan keningnya yang memang sudah berkerut. Apa mungkin itu hanya perasaanku saja? Evana memandang lekat-lekat gadis itu, mengamatinya dengan intens.
“Baiklah,” ucap Evana pada akhirnya. “Keinginanmu itu akan kupenuhi. Aku, Evana Evrillia, atas nama suci Edenia berjanji untuk tidak mengambil alih tubuhmu hingga waktu terakhirmu tiba.”
Evillia menepuk-nepuk tangannya dengan senyum jenaka di bibir. “Terima kasih, Nenek Tua Evana. Kalau begitu, ayo kita mulai ‘latihan’ rutin kita.” Evillia langsung mendudukkan diri di lantai, kedua tangannya berada di masing-masing paha yang terlipat. Segera saja sebuah lingkaran sihir putih berpendar muncul mengelilinginya.
Evana merasakan ada sesuatu yang…aneh dengan Evillia. Tetapi setelah tak menemukan apa itu yang aneh, Evana memutuskan mengabaikan firasat itu dan mulai menyinkronkan dirinya dengan Evillia.
“Atas nama sucimu wahai Edenia yang agung, atas nama hukummu yang mengatur semesta, atas nama kehendakmu yang mewujudkan, atas nama keabadian yang kau rahasiakan. Jiwa yang berjalan dari kehampaan melintasi ketiga dunia, tubuh yang terbelunggu dalam dunia kefanaan, sihir yang mengikat segalanya menjadi satu kesatuan. Bersinarlah dalam semesta, bimbinglah makhluk-makhluk fana ini mencapai Nirvana. Blessing of Eternity!”
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Edited.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
Cam
Wow keren banget 🥳🥳
2022-01-04
1
Ahmad Judana
dari awal udah berat , teka tekinya udah banyak yg dimunculin
2021-08-18
0
Oo Oo
ooo
2021-05-16
0