Xavier memandang Zie dengan ekspresi yang sulit diartikan. Meskipun tidak se-absurd mendengar cerita leluhur para naga (Thevetat) melawan penguasa matahari (Phoenix), tetap saja cerita tentang hal itu sangat sukar dipercaya. Namun, bukan berarti Xavier tidak percaya ‒ ia sangat percaya malah. Hanya saja, Xavier merasa semakin tidak tahu apa-apa.
Namun, itu sangat normal. Ia masih berusia sepuluh tahun beberapa bulan; ia hidup di Desa Carnal yang sama sekali tidak memiliki perpustakaan, desa yang tingkat literasinya cukup rendah. Justru akan sangat tak masuk akal jika ia tahu banyak hal tentang sejarah, terlebih sejarah yang hanya diketahui oleh sebagian kecil orang.
Xavier tak sendiri. Namun, dibandingkan dengan yang lainnya, ia dan Heckart masih lebih tenang dalam menanggapi cerita panjang Zie.
“Mengapa pihak gereja tidak menceritakan apa pun tentang Danau Deus, sedangkan mereka menceritakan tentang Malaikat Agung Luciel membasmi para iblis?” tanya Monica tiba-tiba.
Zie menghela napas pelan. “Gereja yang dulu dengan gereja yang sekarang sama sekali tidak sama. Gereja yang sekarang, itu dibangun dan disebarkan oleh makhluk terkuat di dunia ini: sang nephilim Fie Axellibra pada 1100 tahun yang lalu. Aku tidak tahu apa alasannya, tetapi mereka sama sekali tidak menganggap Danau Deus sebagai tempat paling suci di dunia. Meskipun mereka sama-sama memuja Edenia, gereja yang sekarang sangat menjunjung tinggi Malaikat Agung Luciel dan Seraphim Emiliel, sementara gereja-gereja sebelum itu sama sekali tidak menganggap mereka spesial. Karena itu, hanya sebagian penduduk Islan yang tahu kalau dulu pernah ada Danau Deus.”
“Apa yang terjadi dengan bekas danau itu sekarang?” tanya Elena penasaran.
“Lembah Terlarang Ed, tempat paling berbahaya di benua Islan ini.”
“Lalu, apa Emperor Nueva el Vermillion adalah Nueva Vermillion, atau reinkarnasinya?” tanya Heckart.
“Meskipun sihir dan penampilannya berbeda, tetapi Tuan Minner meyakini kalau Emperor Nueva el Vermillion memiliki ingatan Nueva Vermillion. Atau, lebih tepatnya, Emperor Nueva el Vermillion lebih kuat dan lebih berbahaya dari Nueva Vermillion.”
“Jadi, Emperor Nueva menginginkan Monica untuk bisa membuka akses ke neraka? Jika dia sama seperti Nueva Vermillion yang berhasrat menjadi dewa, mengapa mereka butuh akses ke neraka? Bukankah itu lebih kepada pemimpin para iblis yang memanfaatkan mereka berdua karena ia tidak bisa menghubungi Ellette?” tanya Xavier dengan kening mengernyit.
“Kami pernah berpikir seperti itu, tetapi menurut Ellette, mustahil bagi siapa pun dari neraka untuk pergi ke dunia manusia. Jika begitu, bagaimana caranya memengaruhi kedua Nueva?” Zie menggelengkan kepalanya. “Saat ini, tidak ada yang tahu bagaimana caranya Nueva untuk menjadi dewa, tetapi yang pasti adalah Monica tidak boleh mati di luar rumah Tuan Hernandez. Gerbang ke neraka tidak boleh sampai terbuka, apa pun alasannya.” Zie seketika berdiri, Em dan En dengan sedia berdiri di kiri dan kanannya. Mereka berdiri di depan Xavier dan yang lainnya, seolah-olah menghalangi mereka dari keluar hutan.
Xavier melebarkan kedua matanya. “Desa Carnal… jangan katakan kalau….”
“Vermillion Empire sudah menaklukkan Maggarithaz Kingdom; desa kalian sudah rata dengan tanah,” ucap Zie, datar dan dingin. “Millend sudah melakukan apa yang dia bisa untuk menyelamatkan sebagian penduduk tanpa menimbulkan kecurigaan para prajurit. Para penduduk desa yang lainnya sudah berkorban untuk melindungi Monica dan penduduk-penduduk lainnya yang berhasil melarikan diri. Kalian tidak lagi punya tempat kembali. Karena itu, satu-satunya hal yang harus kalian lakukan adalah ikut kami agar kalian bisa menjadi kuat. Kalian akan dapat membalaskan kematian penduduk desa, kematian kedua orang tua kalian.”
Tatapan mata Xavier seketika mengosong. Tubuhnya bergetar. Bulir-bulir benang mengalir perlahan membasahi pipi putih agak pucatnya. “Ibu….”
“Ti-Tidak mungkin, A-Anda pasti berbohong!” Menez jatuh berlutut, tubuhnya bergetar berat.
“Ahahahaha… apa yang Anda katakan, Nona Zie, itu pasti bercanda, ‘kan? Hahahaha, itu sungguh candaan yang tak lucu… sangat tidak lucu….” Jose mengibas-ngibaskan tangannya, ekspresinya bercampuraduk antara syok, tidak percaya, sedih, dan putus asa.
“Jadi… itu alasannya mengapa ayah membawa ibu beserta adikku kembali ke Kerajaan Favilifna…?” Elena sedikit syok. Namun, dibandingkan yang lainnya, ekspresinya masih jauh lebih tenang.
Monica yang sedari tadi berusaha keras untuk tidak menangis, kini dia sudah jatuh berlutut, menangis tersedu-sedu.
“Jadi, mayoritas penduduk dikorbankan untuk menyelamatkan sebagian penduduk, begitu?” Heckart mengeratkan genggamannya pada tombaknya. “Sungguh menggelikan, betapa keputusan yang bodoh!”
Heckart mengalirkan mana-nya ke seluruh tubuh, membuat Acceleration dan Enhancement-nya ke tingkat maksimum. Wajah Heckart yang senantiasa datar, kini dipenuhi amarah. Dan dalam sekejap ia sudah berlari melewati Zie, Em, dan En. Tak salah lagi Heckart berniat kembali ke desa.
Akan tetapi, Heckart tak dapat berlari terlalu jauh. Dalam sekejap En sudah berada di depannya dan langsung mendaratkan kepalan tangan kanannya ke perut Heckart, membuat pria berambut hitam panjang itu terlempar puluhan meter ke belakang. “Nona Zie tidak mengizinkan siapa pun pergi,” ucap En, mengacungkan ujung tombaknya ke arah Heckart.
“Em, ikat mereka semua.”
Em mengangguk, lalu disekelilingnya muncul enam lingkaran sihir berwarna hitam. Dari dalam lingkaran itu keluar rantai hitam dengan ujung runcing. Keenam rantai itu dengan kecepatan yang menakjubkan melesat menuju masing-masing anak, mengikat mereka dengan erat. Em lalu membawa masing-masing anak ke depannya dan Zie, tetapi tiba-tiba rantainya yang mengikat Xavier terlepas, lalu rantai itu melesat mundur hingga kembali ke dalam lingkaran sihir, menghancurkan lingkaran sihir itu.
Em kembali menambah dua lingkaran sihir, dari dalamnya keluar rantai hitam yang langsung menerjang ke arah Xavier. Namun, seperti sebelumnya, rantai itu kembali mundur lalu menghancurkan kedua lingkaran sihirnya.
“Nona Zie?” Em memandang ke arah nonanya, meminta penjelasan.
Namun, bukannya menjawab, Zie malah melingkupi dirinya dan yang lainnya dengan lingkaran sihir biru keputihan. “Teleport,” lirihnya, dan dalam sekejap mereka sudah berada di luar hutan, beberapa puluh meter dari hutan tempat mereka masuk sebelumnya.
Belasan detik kemudian, kabut yang menyelubungi hutan terangkat ke atas, lalu menghilang ditiup angin.
Tak cukup sampai di situ, tanah-tanah mulai bergetaran dan pepohonan perlahan-lahan tercabut dari akarnya lalu mengambang ke langit bersama tanah-tanahnya. Bersamaan dengan itu, api hitam bermunculan membakar pepohonan dan tanah-tanah yang melayang ke udara.
Dan, hanya dalam satu menit, Zie dapat melihat Xavier diselubungi api hitam berdiri di antara kedua pohon kembar yang sedang terbakar. Seluruh area di sekeliling Xavier dalam radius dua ratus meter lebih kini dipenuhi lubang-lubang kecil dari tanah-tanah dan pepohonan yang masih terbang ke angkasa.
Zie mengernyitkan keningnya. “Sihir yang mengagumkan, jumlah mana yang mengesankan; tetapi, kau sangat tidak berpengalaman, mengeluarkan terlalu banyak mana dengan cuma-cuma.” Zie menyatukan kedua telapak tangannya, seketika lingkaran sihir coklat raksasa muncul melingkupi radius 200 meter lebih dengan Xavier sebagai pusatnya.
“Gaia,” gumam Zie, datar.
Seketika, semua pepohonan dan tanah-tanah yang terbang ke angkasa langsung jatuh bebas ke bawah. Debuman-debuman yang menggetarkan tanah menggema menggelora memecah sunyi, tetapi tak satu pun yang mengenai Xavier.
“Nona Zie,” panggil Em dan En bersamaan.
“Tidak perlu khawatir,” respon Zie sembari melihat kelima anak lainnya yang sudah tak sadarkan diri. “Sihir uniknya mampu membuat Gaia milikku tak berpengaruh pada Xavier,” lanjut Zie, matanya kembali memandang ke arah Xavier berada. “Sebentar lagi dia akan keluar.”
Benar saja, dengan api hitam yang menjilat-jilat langit menyelubungi tubuhnya, Xavier berjalan tertatih-tatih keluar area hutan yang sudah tak berbentuk.
“Aku akan menanganinya,” ucap Zie, melangkah maju.
Satu langkah demi satu langkah Zie membawa kakinya ke depan, sementara Xavier diam dengan ekspresi datar. Kendati api hitam menyelubungi tubuhnya dengan liar, api itu tak membakarnya barang sedikit pun. Zie berhenti dua meter di depan Xavier, mana abu-abu gelapnya menguar menyelubungi tubuh Zie.
“Aku tidak akan membiarkanmu pergi,” ucap Zie lalu melepaskan topengnya, menampakkan wajah cantik jelita dengan kulit putih pucat disertai taring yang sedikit terlihat sewaktu ia bicara. Iris merahnya menyala terang, pupil vertikalnya menatap intens iris merah Xavier.
Ekspresi datar Xavier tak berubah. “Mati,” bisiknya dingin.
“Ghuaghhh!”
Zie seketika jatuh berlutut, darah merah gelap mengalir keluar dari mulutnya. Tubuhnya yang tak seharusnya berkeringat tiba-tiba berkeringat dingin. Kedua kelopak matanya melebar dengan ekspresi syok dan terkejut.
“Aku akan be-ghuaghhhh!” Xavier tiba-tiba memuntahkan darah dari mulutnya, lalu jatuh tersungkur begitu saja. Api hitam yang menyelimuti tubuhnya langsung padam tak berbekas. Kendati begitu, Xavier masih berusaha untuk bangkit. Dengan wajah berlumuran darah ia kembali berdiri.
Zie tidak mengerti apa yang baru saja terjadi padanya, ia hanya menduga kalau itu adalah efek dari sihir unik Xavier. Namun, tampaknya efeknya tak cukup kuat untuk memenuhi kata “mati” yang Xavier ucapkan. Betapa sihir yang berbahaya, batin Zie sambil berusaha berdiri.
“Ma—“
Zie langsung membekap mulut Xavier, menghentikan anak berumur sepuluh tahun lebih itu dari mengaktifkan sihir berbahayanya itu.
“Jika kau melanjutkan melakukan itu, justru kau yang akan mati,” bisik Zie sambil menenggelamkan Xavier dalam pelukannya. Xavier berusaha melawan, tetapi Zie memeluknya erat. “Aku tahu kau ingin melihat apakah ibumu selamat atau tidak, tetapi itu sudah terlalu terlambat. Maafkan aku, aku tidak bisa melakukan apa-apa.” Zie mendaratkan taringnya di leher kanan Xavier. “Beristirahatlah untuk sementara,” bisiknya seraya menusukkan taringnya menembus pembuluh darah Xavier.
Merasakan Xavier sudah terlelap, Zie berhenti menghisap darah anak itu lalu menggendongnya ala bridal style. Zie memandang datar wajah terlelap Xavier, ekspresi datarnya perlahan-lahan melembut. Zie mendaratkan kecupan singkat di kening Xavier, lalu berjalan menghampiri Em dan En yang sudah menunggu. “Ayo kembali, kita harus membawa mereka ke tempat Nona Evana.”
...\=\=\=≠\=\=\=\=≠\=\=\=\=\=\=≠\=\=\=\=\=\=≠...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
leona
milf ama shota🗿👍
2023-03-07
1
Cam
Zie mulai bucin nih
2022-01-04
2
sangkala
top near
2021-08-17
0