Melihat kepanikan di wajah Xavier, Elena dan yang lainnya sontak melihat ke kanan, kiri, dan belakang mereka. Tetapi Monica tak ada di antara mereka. Langsung saja kepanikan mewarnai wajah mereka semua.
“Monica!” teriak Xavier, berharap kalau Monica hanya bersembunyi saja dan akan segera menampakkan wajahnya.
Elena dan yang lainnya lekas memeriksa di belakang pohon, tetapi mereka tak menemukan Monica di mana pun.
“Tidak perlu khawatir. Pilar cahaya itu belum menghilang, sebentar lagi ia akan muncul di situ. Kalian hanya perlu duduk tenang menunggu Monica kembali.”
Tiga kalimat singkat itu seketika mengembalikan pandangan Xavier dan yang lainnya ke arah pilar cahaya yang masih tercurah dari lingkaran sihir.
Seketika ekspresi mereka menjadi lega, Xavier tak terkecuali.
Monica adalah teman terdekatnya, ia tidak ingin membayangkan dirinya kehilangan gadis itu. Terus terang saja, memikirkan ia hidup tanpa bisa melihat Monica lagi rasanya akan sangat sepi. Xavier tidak suka itu. Ah, tentu saja Xavier tidak akan mengakui hal itu di depan Monica, gadis itu nanti akan jadi besar kepala.
Mengikuti saran Zie, Xavier dan yang lainnya duduk bersandar pada kedua pohon kembar itu.
Mereka tidak punya pilihan lain selain menunggu Monica. Namun, mengapa mereka terlebih dahulu terteleportasi sedangkan sebelumnya mereka berdiri bersama? Xavier mengernyitkan keningnya.
Ini pasti ada hubungannya dengan sesuatu yang disembunyikan si astral Henandez itu, batin Xavier kesal.
“Bukankah Nona Em dan Nona En seharusnya bersama dengan Paman Yulagh dan Paman Verdorf, mengapa kalian di sini? Bagaimana dengan mereka berdua?” tanya Elena tiba-tiba, membuat Xavier kembali memandang ketiga wanita bertopeng itu.
“Maggarithaz Kingdom dan Vermillion Empire telah kembali berperang,” respons wanita berambut pirang panjang—Em.
“Lebih tepatnya," jelasnya, "Vermillion Empire yang menyatakan perang pada Maggarithaz Kingdom. Kongsi Dagang Andraste memiliki cabang di masing-masing negeri, mau tidak mau mereka harus kembali untuk memutuskan bagaimana mereka akan bersikap. Jika mereka berpihak pada kekaisaran, maka mereka tidak akan diuntungkan jika kerajaan berhasil menang seperti sepuluh tahun silam. Jika mereka berpihak pada kerajaan, maka mereka akan sangat dirugikan jika kekaisaran yang menang. Jika mereka tidak mengambil sikap, nasib mereka di kedua negeri itu akan terancam oleh kongsi dagang lain. Itu akan membuat mereka tersingkir dari sepuluh dewan kongsi dagang besar.”
Xavier dan yang lainnya langsung pucat pasi mendengar kata perang. Bahkan, Menez yang berusia delapan tahun beberapa bulan pun mengerti efek dari satu kata yang sederhana namun penuh darah itu. Meskipun Xavier tidak pernah melihat perang secara langsung, kehidupan di desa yang selalu dipenuhi konflik membuatnya bisa membayangkan apa yang terjadi jika perang meletus.
“Bagaimana dengan Desa Carnal?”
Sepuluh tahun lalu, Desa Carnal sama sekali tak tersentuh peperangan. Kedua negeri itu, meski masing-masing berhasrat menyerap desa itu ke dalam wilayah mereka, masih menghormati perjanjian yang dibuat oleh penguasa terdahulu dengan pendiri desa. Karena itu, setiap kali ada peperangan, Desa Carnal selalu bebas dari bahaya.
Namun, melihat perkembangan sepuluh tahun terakhir di mana kedua negeri itu mulai mencampuri urusan desa, ada kemungkinan cukup besar kalau desa itu akan menjadi….
...Medan perang?!
Sebelum Zie, Em, atau En menjawab pertanyaannya, dan sebelum Xavier sempat menyuarakan isi pikirannya lagi, sosok Monica muncul di dalam pilar cahaya yang berangsur-angsur menghilang.
“Apa aku membuat kalian khawatir?” tanya Monica diiringi senyum ramahnya.
“Monica, aku sangat khawatir tadi tidak melihatmu!” seru Elena menghampiri Monica lalu memeluk gadis itu dengan erat. “Kau baik-baik saja, ‘kan? Apa yang terjadi sampai membuatmu tiba belakangan?”
Monica menggaruk pipinya yang tidak gatal dengan kikuk. “Em… Tuan Hernandez hanya ingin membicarakan beberapa hal denganku. Aku baik-baik saja, sungguh!”
Xavier mengernyitkan keningnya. “Apa yang kau sembunyikan, Monica? Apa itu ada hubungannya dengan Maggarithaz Kingdom dan Vermillion Emperor yang berperang? Jangan coba mengelak. Kau tidak menggaruk pipimu seperti itu jika tidak sedang berusaha menyembunyikan sesuatu.”
“Ah, em, itu… em….”
“Ini saatnya mengatakan yang sebenarnya,” ucap Zie tiba-tiba, membuat semua perhatian terfokus padanya. “Alasan sebenarnya mengapa Millend meminta kalian ke tempat ini adalah untuk melindungi Monica, menggantikannya mengambil sesuatu karena dia sangat sibuk hanya dalih agar Monica mau pergi.”
“Me-Mengapa?” Bukan Xavier yang bertanya, tetapi Menez. Ia yang sedari kemarin-kemarin tak banyak bicara, kini menampakkan ekspresi tak percaya di wajahnya.
Zie tak lekas menjawab, ia memandang intens Monica.
Monica yang dipandang hanya diam, tak berani menjawab.
“Elsesky,” ucap Zie, “pendiri desa kalian, aslinya adalah seorang iblis.”
“I-Iblis?”
“Pendiri desa… iblis?”
“Iblis, katamu…?”
“…”
“Jadi, mimpi yang kau katakan itu benar-benar nyata, huh….”
Xavier punya asumsi kalau mimpi Monica itu benar, kalau Monica adalah keturunan iblis. Tetapi ia sungguh tak menyangkan kalau itu benar-benar sungguhan.
Namun demikian, bagi Xavier Monica adalah Monica. Hal itu tidak akan pernah berubah. Xavier tidak tahu bagaimana dengan yang lainnya, tetapi baginya mengetahui kalau Monica adalah keturunan iblis tidak akan mengubah apa-apa.
“Itu benar,” gumam Monica, dia menghindar dari memandang Xavier dan teman-temannya. “Aku keturunan iblis, di dalam tubuhku terdapat jiwa iblis. Jika aku ingin, saat ini aku bisa membiarkan jiwa itu memakan jiwaku yang lantas akan membuatku menjadi iblis. Ellette, itu adalah nama asli dari Elsesky, dia adalah iblis dari neraka.”
Semuanya terdiam, mereka memandang Monica dengan raut wajah menolak percaya.
Wajar saja. Jika Monica benar-benar bisa berubah menjadi iblis, sesuai dengan ajaran gereja mereka harus melenyapkannya. Setiap iblis adalah pendosa, sudah menjadi tugas setiap penyembah Edenia untuk melenyapkan hal-hal yang berhubungan dengan mereka.
“Monica adalah Monica,” gumam Xavier, sedikit kesal. “Tidak peduli jika kau bersayap hitam tak berbulu dan bertanduk sekalipun, kau adalah kau, temanku. Bukankah aku sudah pernah mengatakan hal itu sebelumnya?”
Kelopak mata Monica melebar sempurna. “Xa-Xavier….”
“Xavier benar,” timpal Elena, senyum manis terlukis di bibirnya. “Monica adalah Monica, tidak ada yang berhak mengubah hal itu.”
“Elena….”
“Aku tidak akan pernah menganggapmu musuh, Monica!”
“Kak Monica adalah Kak Monica, a-aku tidak peduli selain dari itu.”
“Nona Monica adalah Nona Monica.”
“Jose, Menez, Heckart….”
“Ck, tidak perlu memasang wajah seperti itu,” dengus Xavier, kau membuatku ingin menenangkanmu, lanjutnya dalam hati. “Yang lebih penting lagi, apa hubungannya hal itu dengan apa yang kakek Monica lakukan?”
Melihat situasi sudah tenang dan semua mata terfokus padanya, Zie menghela napas pelan lalu berkata, “Ini cerita yang telah lama berlalu, bermula pada 1241 tahun yang lalu. Duduklah jika kalian ingin mendengarkannya. Ini cerita yang panjang.”
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
[Edited]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
Oo Oo
lanjut
2021-05-16
0
-
dari awal udah ngira sih monica memang iblis, tapi... ah masih banyak lanjutannya, nikmatin aja pelan-pelan, uhm...
2021-04-13
3
John Singgih
asal usul yang kelam
2021-03-22
0