Ep 4. Walau cuma secuil

Ronald terus melajukan mobilnya entah kemana, aku tidak bertanya ataupun protes, hingga mobil itu berhenti tepat diparkiran Mall terbesar dikota ini, Ronald turun dari mobil dan membukakan pintu untukku.

" Ayo turun?" Ucap Ronald sambil membukakan pintu mobil untukku.

" Ngapain kita kesini?" ucapku sambil melangkahkan kakiku turun dari dalam mobil mewah Ronald.

" Aku sudah bilang kan, kita beli cincin sekarang!" ucap Ronald sambil menarik tanganku dan menggandengku masuk kedalam Mall.

Semua mata orang dalam mall tertuju pada kami, aku begitu risih dengan keadaan seperti ini, dimana orang-orang menatapku dengan penuh rasa, entah itu kagum atau benci.

Ronald mengacuhkan semua orang yang menatap, ia fokus berjalan menuju toko berlian, disana ia melihat-lihat cincin yang ada disana,

" Suatu kehormatan tuan Andresson berkenan berkunjung secara pribadi kemari!" ucap Manager mall tersebut.

" Ada yang dapat saya bantu tuan?" dia melanjutkan.

" Maaf Nyonya, kami kemari untuk membeli cincin!" ucapku menjawab ketika melihat Ronald cuek kepada manager wanita itu.

" Istriku pintar!" ucap Ronald sambil menyentil hidungku, sedangkan manager wanita itu merah padam entah marah atau malu dicuekin Ronald.

" Tuan & Nyonya Andresson, bagaimana cincin yang anda inginkan, mungkin dapat saya membantu anda!" ucap manager toko itu tetapi Ronald hanya diam, ,

Aku terlalu geli mendengar ucapan Nyonya Andresson, panggilan yang tidak pernah terbayang olehku.

Aku masih mengikyti Ronald melihat-lihat cincin, dari etalase satu ke etalase dua, dari etalase dua ke etalase tiga begitu juga seterusnya, sampai pandanganku jatuh pada cincin silver bermata dua berlian ditengahnya, ,

" Ini bagus lo, simple elegan dan clasic, , ," ucapku sambil menunjuk dua buah cincin yang terpasang di sebuah kotak merah.

Pelayan mengambil kotak itu dan memperlihatkan kepada kami dua buah cincin bermata dua, Kami mencobanya dan setelah merasa cukup pas Ronald meminta cincin itu dibungkus,

Setelah membayar cincin itu kami memutuskan untuk pergi dari toko itu, aku ingin pulang langsung ke rumah tetapi Ronald mengajak aku untuk makan di resto langanannya.

Sampainya diresto kami memesan seafood dan dua cangkir coffe karena kebetulan aku menyukai Coffe dan ternyata Ronald juga menyukai Coffe.

Setelah selesai makan Ronald memulai untuk berbicara denganku, mungkin berbicara mengenai masalah pernikahan kami.

"Anisley, Apa kamu cukup terpaksa menikah denganku?"

" Sebenarnya iya aku cukup terpaksa tapi mungkin ini jalan hidup untukku yang terbaik, kamu cuma terlalu sempurna untukku!" ucapku sambil menyesap coffeku.

" Aku tidak sempurna Anisley, aku berharap kita sama-sama belajar mencintai, dan kapan kamu siap untuk ikut aku tinggal dirumahku, , !"

" Ronald, entah kapan! rasanya aku belum siap bertemu keluargamu!"

" Aku tidak punya keluarga, aku yatim piatu aku cuma punya Thony dan Merry saja!"

" Maafkan aku, aku tidak tau jika seperti itu!"

" Tidak apa-apa, pikirkanlah jika sudah siap aku akan membawamu pulang kerumah kita, ya sekarang rumahku adalah rumahmu juga dan kelak akan menjadi rumah untuk aku, kamu dan anak-anak kita!" ucap Ronald sambil mengengam tanganku, aku tersenyum mendengar kata-katanya dalam hatiku aku harus bersemangat untuk terus melupakan Jack, dan bersama-sama mengarungi bathera pernikahan dengan dia Ronald, suamiku.

" Terima kasih Ronald!"

Hanya itu yang dapat aku ucapkan, aku begitu berharap banyak kepada Ronald, Walau aku dan dia bagai langit dan bumi setidaknya masih ada harapan untuk bahagia walau cuma secuil.

.

.

.

Bersambung, , , , ,

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***