Chapter 20 Kekuatan Baru

Anarya menatap langit gelap bertabur cahaya bintang melalui dinding kaca di ruang penuh kenangan itu. Ada rasa yang ingin ia titipkan di sana. Pikiran melayang jauh hendak mencapai segala ingin di hati yang tak mampu ia bendung.

Setiap hembusan napas adalah rasa penyesalan yang sangat dalam. Banyak luka yang telah ia toleh ke keluarga Daneesa di masa lalu. Lalu sekarang muncul keinginan untuk menjadi bagian dari keluarga tersebut.

'Apa mungkin Daneela dan Bu Rani akan bersedia menerima kehadiranku setelah banyak airmata yang kucipta untuk mereka?' tanya Anarya dalam hati seraya mengusap wajah, kemudian duduk di sisi ranjang.

"Tapi aku ingin Nesa kecilku mendapat kasih sayang yang utuh. Aku harus menebalkan muka dan memberanikan diri untuk datang ke Daneela," gumam Anarya mantap.

"Tapi ... bagaimana jika Daneela menolak?" Kembali bimbang menggelayuti hati Anarya.

Hening.

Angin malam berhembus lembut meniupkan hawa dingin menusuk tulang. Anarya merapatkan kedua tangan dan bersedeku memeluk lutut. Selimut yang ia biarkan sedari tadi, kini telah menutup sebagian badannya.

Pandangan Anarya masih ke kaca jendela yang belum ia tutup tirainya. Hati terus saja berkecamuk, kebimbangan yang merasuki hati begitu mengusik batin. Antara melanjutkan niat ataukah harus menyerah dengan keadaan, antara menahan malu dengan penuh keberanian ataukah menundukkan kepala tanda kalah dan segera berlalu dari kehidupan Daneela dan Nesa, putrinya.

Drrtt ... drrtt ... drttt ....

Benda pipih yang seharian ini tak ia sentuh kini bergetar berkali-kali. Dengan malas ia meraih benda tersebut dengan tangan kanan.

Puluhan notifikasi chat dan panggilan tak terjawab muncul pada aplikasi berlogo telepon hijau.

[Mas, kamu dimana?] Bunyi salah satu pesan yang masuk, setelah dua puluh tiga kali panggilan tak terjawab dari Lasmi.

Anarya bergeming. Ia hanya memandangi pesan itu dengan penuh kehampaan. Tak ada rasa peduli sedikit pun ke Lasmi. Kesabarannya selama ini telah melampaui ambang batas. Ia juga telah mengorbankan perasaan demi bisa berkompromi dengan suratan takdir yang tergaris untuknya.

Pandangan Anarya kembali nanar, embun di netra kembali muncul. Nyeri yang teramat sangat ia rasakan tepat di ulu hati seolah merajam jantung.

[Mas, jangan buat aku khawatir.] Kembali sebuah pesan masuk, sepertinya Lasmi belum menyerah untuk membujuk Anarya untuk kembali.

[Resti butuh kamu, dia anakmu juga.]

[Mas juga harus ingat, ada bayi kita yang juga membutuhkan kasih sayangmu, Mas.]

Anarya terpegun. Sesak kembali memenuhi rongga dada. Lasmi hamil. Ya, kenyataan itu sungguh membuat pikirannya semakin kalut. Bagaimana tidak? Wanita yang akan ia ceraikan ternyata hamil anak kedua dari wanita itu. Jika ia tetap melaksanakan niatnya menalak Lasmi, lalu bagaimana dengan bayi itu?

Kini, ia merasa seperti di persimpangan jalan. Berdiri tanpa bisa memilih jalan mana yang akan ia tempuh. Setiap pilihan itu memperlihatkan seluruh konsekuensi yang harus ia terima.

'Ah, kenapa dia musti hamil?' rutuknya dalam hati sembari jemarinya menjambak rambut.

"Daneesa ... kamu lihat sekarang? Lihat bagaimana Tuhan menghukumku?" tanya Anarya dalam teriak  memecah kesunyian malam yang merayap fajar seraya pandangannya menantang langit yang mulai menampakkan semburat jingga.

"Bukan aku yang salah, Daneesa. Bukan. Aku hanya ingin mencintai dan memilikimu secara utuh. Itu bukan hal yang salah. Tapi keadaanlah yang memaksa semua ini terjadi!"

"Kenapa kamu tak meminta Tuhan untuk menghukum Mamaku saja? Kenapa harus aku? Bukankah dia yang patut dipersalahkan atas semua yang menimpa dirimu?"

"Daneesa ... aku sudah tak sanggup lagi." Tangis Anarya semakin pecah, meraung layaknya anak kecil yang kehilangan mainan kesayangan.

Entah berapa lama Anarya larut dalam tangis. Sebagai seorang pria, hatinya sangatlah rapuh jika sudah berurusan dengan cinta masa lalu. Ia berusaha menenangkan diri, setelah sesak di dada yang ia rasa berangsur sirna ia kembali larut dalam angan yang menguar terbang ke awan tanpa batas.

Pandangan Anarya mengabur akibat air mata yang tumpah. Rasa lelah menghampiri, ia merebahkan badan ke ranjang tempat dimana dulu untuk pertama kali ia mereguk manisnya cinta bersama Daneesa yang menggila karena pengaruh obat perangsang yang ia beri.

Baru beberapa menit ia memejamkan mata, samar-samar ia melihat seberkas cahaya datang mendekat. Semakin dekat semakin menyilaukan mata. Ia terperanjat saat cahaya tersebut menyambar tubuhnya bak kilat dan menarik tubuhnya ke lubang tanpa dasar, serta melemparkan badan yang berasa lemah ke dunia lain. Dunia yang belum pernah ia jumpai.

Anarya terpental ke hamparan rumput hijau. Aneh ... meski terpental keras, namun tubuhnya tak terasa sakit. Perlahan ia mulai bangkit, memandang sekitar dengan penuh takjub dan juga keheranan.

Netranya mengedar memeriksa setiap inci tempat yang baru pertama ia pijak itu. Setapak demi setapak kakinya mulai melangkah menyusuri hamparan savana yang menyegarkan indra penglihatan.

"Daneesa ...." Anarya terhenyak ketika bola matanya membentur pada sebuah sosok yang sangat ia kenali.

Ya, ia hanya mendapati Daneesa seorang diri. Wanita yang selalu hidup dalam hatinya  itu sedang bermain ayunan dengan tali panjang yang tergantung di sebuah pohon besar dan menjulang tinggi.

Gemericik air di sebuah kolam yang cukup luas seolah menjadi terapi bagi hati yang sepi. Hembusan sepoi angin membelai rambut panjang nan indah, menghadirkan aroma bunga yang memanjakan indra penciuman.

Daneesa menghentikan ayunan, dengan langkah anggun ia berjalan menghampiri Anarya yang masih berdiri terpekur menatap semua dengan rasa tak percaya.

"Anarya, yakinlah segala sesuatu akan berakhir bahagia." Tangan Daneesa menyentuh lembut pipi Anarya yang sejak tadi tak mampu menggerakkan tubuh.

"Tuhan memilihkan jalan yang terbaik untukmu, meski semua terasa berat bagimu." Dengan hangat Daneesa memeluk punggung Anarya dari belakang.

Begitu nyata yang Anarya rasa, gadisnya sedang menyandarkan kepala di bahu. Begitu dekat tanpa jarak. Anarya memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan dari gadis yang terus bertahta dalam singgasana cintanya.

"Daneesa," ucap Anarya pada akhirnya setelah berhasil mengumpulkan kembali serpih kekuatan yang beberapa saat lenyap.

"Ya."

"Aku ingin bersamamu. Ajaklah aku ke surga, sampaikan pada Tuhan untuk mengambilku."

"Tidak, Anarya. Masih ada tugas untukmu. Selesaikanlah tugasmu."

"Aku tak sanggup lagi, Daneesa. Setiap detik batinku tersayat dengan setiap hukuman yang mendera."

"Itu bukan hukuman Anarya, melainkan resiko yang harus kamu terima dari setiap perbuatan."

"Ya, kamu benar."

"Jadi, kembalilah dan selesaikan semuanya. Aku bersamamu, ingatlah, aku selalu bersamamu." Pandangan Daneesa seolah memberi kekuatan pada Anarya.

"Tapi aku ingin bersamamu."

Daneesa tersenyum, kemudian kedua tangannya merangkum wajah pria yang tengah dilanda kegundahan itu.

"Aku selalu bersamamu, Anarya. Selama ini aku terus ada di sisimu. Percayalah, bahwa Tuhan telah menggariskan semua ini." Senyum indah Daneesa terus merekah memberikan kesejukan bagi hati Anarya.

"Sekarang kembalilah, dan buat keputusan yang tepat. Jangan sampai mengulang kesalahan untuk kedua kalinya."

Belum sempat Anarya berkata lagi, cahaya putih yang tadi menariknya kini berpendar dan kembali membawa pikirannya ke alam sadar. Ia terbangun, peluh membasahi tubuh yang berbalut jaket dan selimut.

Sinar mentari pagi masuk melalui jendela kaca menerobos tepat mengenai wajah Anarya, hingga memaksa Anarya mengedipkan netra beberapa kali untuk menyesuaikan intensitas cahaya.

Ia termangu. Sudah beberapa kali Daneesa hadir dalam setiap mimpi dan juga lamunan. Apakah ini pertanda bahwa Daneesa juga tak pernah meninggalkannya?

"Ya, aku akan selesaikan semuanya, Daneesa," gumam Anarya dengan penuh keyakinan. Ia bangkit dan membersihkan diri. Setelah siap, ia dengan mantap melangkahkan kaki keluar dari kamar.

Kali ini langkah kakinya begitu ringan, bagai mendapat kekuatan ia menguatkan hati untuk pergi ke Daneela.

Terpopuler

Comments

Tirai Berduri

Tirai Berduri

di sini yg bodoh itu kmu anarya...

2020-12-11

2

Eti Guslidar

Eti Guslidar

kl resti bukan anak anarya...

2020-07-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!