Chapter 16 Bahagia Menyapa

Lampu dalam toko kue itu masih menyala ketika mobil yang membawa Anarya dan keluarganya menepi ke area parkir. Lampu hias yang menampakkan tulisan D&D Bakery juga masih berkelap-kelip padahal waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 dan tulisan close juga sudah terpampang di pintu masuk.

Sejenak mereka saling pandang seolah ada keraguan untuk turun. Bu Bram Nampak gelisah, terlihat dari beberapa kali ia menghela nafas berat. Pak Bram yang duduk di sebelahnya menangkap kegelisahan yang dirasakan oleh wanita anggun itu, ia pun memegang tangan wanita yang telah menemaninya berpuluh tahun itu untuk menenangkan.

"Bagaimana, Pa?" tanya Bu Bram meminta pendapat suaminya.

"Kita turun dan tolong semua jaga sikap. Bagaimanapun kita yang salah karena tidak bisa menjaga Nesa."

Anarya dan Bu Bram mengangguk tanda setuju. Mereka pun turun dari mobil dan melangkah masuk. Anarya yang tidak sabar ingin menemui Nesa mempercepat langkah dan segera mendorong pintu kaca toko.

Langkah Anarya terhenti ketika mendapati pemandangan yang membuat hatinya trenyuh. Anarya memberi syarat dengan tangan agar Pak Bram dan Bu Bram menghentikan langkah. Di hadapannya tampak seorang gadis kecil yang sedang asyik bermain dengan adonan kue. Sesekali wanita di sebelahnya mencolek pipi gadis kecil itu dengan tepung yang kemudian disusul oleh tawa seorang nenek.

"Nesa, kalau kamu besar nanti mau jadi apa?" tanya Daneela pada gadis kecil yang tengah asyik dengan eksperimennya itu.

"Nesa mau seperti Mama, jago bikin kue."

"Kalau begitu, Nesa harus belajar banyak ke nenek," sahut Bu Rani sembari melepas senyum.

"Siap, Nek. Nesa bakalan belajar, tapi sekarang Nesa mau membuat ini dulu, ya, Nek."

"Memangnya Nesa hari ini mau buat apa?" tanya Daneela seraya tangannya memasukkan adonan yang telah ia cetak ke oven besar.

"Hari ini Nesa mau buat donat LOVE, Ma."

"Lho, kok donat love lagi?"

"Yang ini beda, Ma. Kali ini Nesa mau buat dalam bentuk huruf L-O-V-E, nanti kita jualnya paketan. Donat huruf LOVE ditambah dengan donat bentuk love yang minggu kemarin Nesa buat."

"Wah, ternyata cucu nenek pinter juga, nih. Nenek yakin nanti kalau Nesa besar pasti lebih hebat dari Mamanya," puji Bu Rani sembari menangkupkan kedua tangan ke wajah cucu satu-satunya itu dan mendaratkan ciuman bertubi-tubi ke wajah Nesa.

"Pasti, donk. Anak Mama," ucap Daneela dengan pelukan penuh kasih.

"Ma," kata Nesa terpegun melihat siapa yang datang. Sorot netranya semula berbinar menatap Anarya, namun sedetik kemudian redup tatkala melihat Bu Bram berada di belakang Anarya.

"Ya, Sayang," Daneela menjawab seraya mengikuti pandangan Nesa.

Wajah-wajah yang semula begitu dipenuhi kebahagiaan dan keceriaan, kini berubah pias penuh ketegangan. Nesa seketika bersembunyi di balik tubuh Bu Rani seolah minta perlindungan, sedangkan Daneela dengan berat melangkah keluar dari ruangan dapur kaca. Ada yang meletup-letup dalam dadanya mengisyaratkan ia siap berperang demi Nesa.

"Ada apalagi kalian ke sini?"

"Daneela, kami ingin bicara," ujar Anarya yang disambut dengan tatapan sinis Daneela.

"Aku rasa sudah jelas. Istri dan ibumu yang menyerahkan Nesa kepadaku, bukan aku yang merebut darimu."

"Ya, aku tahu. Tapi aku tidak bisa hidup tanpa Nesa, kamu tahu betapa berartinya dia bagiku." Suara Anarya menghiba. Ada gurat kesedihan yang sangat dalam terpancar dari sorot netranya.

"Kalau kamu anggap Nesa sangat berarti, lalu kenapa kamu biarkan dia berada dalam tekanan? Dia masih terlalu kecil untuk menerima siksa dan hinaan dari istri dan ibumu."

"Aku memang salah tak bisa menjaga Nesa sepenuhnya. Beri aku kesempatan lagi."

"Teramat mudah kamu meminta. Apa kamu bisa menjamin keluargamu tak akan menyakiti Nesa?" suara Daneela semakin menusuk dengan tatapan mengejek.

Beberapa menit suasana hening. Anarya terperangkap dalam kebimbangan yang menyeruak relung hati. Setelah tadi menyaksikan tawa bahagia putri kecilnya, ia ragu akan merenggut tawa itu. Namun, di sisi lain ia tak ingin kehilangan buah hati yang ia dapat dari Daneesa yang selama ini menjadi penyemangat hidup baginya.

"Kenapa diam? Tak bisa menjamin kebahagian Nesa, kan?" tanya Daneela menantang.

"Daneela, kami janji akan merawat Nesa dengan baik." Kini Bu Bram membuka suara.

"Berapa luka yang telah anda toreh pada cucu anda sendiri, Nyonya Bramantyo yang terhormat?"

Bu Bram kembali terbungkam. Kata-kata Daneela begitu tajam menghunjam hati terdalam. Ia memang salah, sebagai nenek justru malah menyakiti cucu sendiri. Sesal menyelinap dalam sanubari wanita yang selama ini tak pernah menyadari kekeliruannya itu.

Suasana kembali hening. Daneela tersenyum menang karena mampu membuat mereka tak berkutik. Bertahun-tahun ia menunggu saat-saat seperti itu, dimana ia membalaskan setiap rasa sakit dari saudara kembarnya.

"Nesa! kemarilah, Nak," panggil Daneela.

Nesa yang sedari tadi berdiri di belakang Bu Rani perlahan mulai mendekat. Raut tegang begitu jelas tergambar di wajah gadis kecil itu. Ia segera berdiri di sebelah kanan Daneela dan memegang tangan wanita yang dianggapnya sebagai peri penyelamat.

"Ma, Nesa ingin di sini," pinta Nesa dengan tatapan penuh harap.

"Kamu dengar, Anarya?" tanya Daneela dengan senyum sinisnya.

"Nesa, anak papa yang cantik. Maafkan papa, ya?" Anarya mendekat dan berlutut di hadapan Nesa. Ia pegang bahu Nesa, netra lelaki itu sudah mengembung bulir bening yang sebentar lagi runtuh.

"Jangan tinggalkan papa, Nak." Akhirnya tak kuasa ia menahan airmata, ia peluk permata hatinya dengan erat seolah tak rela jika harus kehilangan anugerah dari masa lalu yang begitu indah.

"Kita pulang, ya, Nak?" bujuk Anarya.

"Pa, di rumah masih ada Dek Resti. Aku di sini menemani Mama. Kasihan selama ini Mama merindukanku, Pa."

Anarya melepaskan pelukan. Ia pandangi wajah ayu putrinya. Ingin sekali ia berteriak bahwa Daneela bukan ibunya. Namun, niat itu urung. Ia tak tega melihat bidadari kecil di hadapannya kehilangan kebahagiaan yang baru saja ia reguk, ia tak ingin Nesa kecil kembali terluka.

"Nesa senang tinggal di sini?"

"Iya, Pa. Nesa sangat senang di sini. Ada Mama dan juga Nenek yang sayang dengan Nesa. Disini Nesa juga belajar bikin roti, lho, Pa. Papa mau icip donat bikinan Nesa?" Seketika wajah Nesa berubah ceria.

"Boleh," jawab Anarya sembari memberikan senyuman pada tambatan hati pelipur lara yang selama ini mengobati kerinduaannya pada sosok Daneesa.

Dengan berlari kecil Nesa menuju etalase. Ia ambil empat buah donat berbentuk love dengan taburan meises pink. Setelah meletakkan donat di penampan ia membawanya ke depan Anarya.

"Ini cinta Nesa untuk Papa. Ambil satu, ya, Pa," ucap Nesa sambil menyodorkan donat di penampan.

"Terimakasih, Sayang." Anarya mengambil satu donat dan mencium kening putrinya dengan lembut.

"Ini cinta untuk Eyang Kung." Tangan kecil Nesa mengambil satu donat dan menyuapkan pada Pak Bramantyo yang sedari tadi tak mampu berkata.

"Terimakasih, Cucu Eyang. Maafkan Eyang Kung yang tidak bisa menjaga Nesa, ya?" Netra Pak Bram berkaca-kaca.

"Nesa sayang Eyang Kung ... bagaimana kabar bunga-bunga kita, Eyang?"

"Mereka merindukan Nesa. Kapan Nesa akan datang untuk menyiraminya?"

"Hm ... sampaikan salam Nesa ke mereka, ya, Eyang. Nesa pasti akan menjenguknya, nanti ke sana di antar Mama."

"Baiklah, Tuan Putri," jawab Pak Bram dengan sedikit membungkuk menirukan hormat kepada ratu. Nesa terkekeh melihat tingkah Eyang Kakungnya.

Kini pandangannya tertuju ke wanita yang selama ini ia panggil Eyang namun tak mau disentuh olehnya. Sedikit ragu ia melangkahkan kaki. Sedetik kemudian pandangannya beradu dengan Bu Bram.

"Ke sini, Sayang," pinta Bu Bram yang menangkap raut ketakutan dalam raut wajah cucu yang selama ini ia benci. Ia bentangkan kedua tangan memberi isyarat ingin memeluk Nesa.

"Eyang, Nesa tetap sayang dengan Eyang. Terimakasih sudah mengantarkan Nesa pada Mama Daneela. Nesa tahu Eyang ingin Nesa bahagia di sini," tutur Nesa dengan polos tanpa prasangka buruk yang membuat Bu Bram menghambur memeluk dan mencium puncak kepalanya berkali-kali.

"Maafkan Eyang, Nesa. Eyang selama ini sudah jahat sama Nesa."

"Eyang nggak jahat, kok. Nesa senang di sini, Eyang. Jangan Khawatir."

"Boleh Eyang ambil donat cinta buatan Nesa?"

"Boleh, Eyang. Ini satu cinta buat Eyang." Nesa menyuapkan donat dan disambut oleh gigitan kecil dari Bu Bram.

"Ehm ini enak sekali, Nesa. Wah, ternyata Nesa sudah jago membuat kue, ya?"

"Belum jago, Eyang. Nesa masih kalah dari Nenek Rani." Pandangan Nesa mengedar mencari sosok nenek kesayangannya. Sebuah senyum penuh cinta ia berikan saat netranya menemukan Bu Rani yang masih berdiri di dekat pintu dapur.

"Nesa, donatnya masih satu. Buat siapa?" tanya Anarya penasaran.

"Pak Karmin. Cinta Nesa juga untuk Pak Karmin."

Semua yang di ruangan itu terdiam heran, ada banyak tanya kenapa Nesa juga menyayangi sopir paruh baya itu. Pandangan mereka mengikuti langkah kecil Nesa yang keluar dari toko dan menuju parkiran untuk menemui Pak Karmin. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat gadis kecil itu memeluk dan memberikan ciuman di kedua pipi Pak Karmin.

Ah, bidadari kecil itu memang benar-benar tersimpan banyak cinta di hatinya. Ia tak pernah menyimpan dendam meski hatinya pernah terluka oleh orang-orang yang mendzolimi dirinya. Dia --Nesa Putri Anarya-, seorang gadis kecil dengan hati yang begitu mulia, terlahir dalam duka nestapa yang menaungi. Dan kini, secercah asa bahagia telah ia rasa. Berharap tak ada lagi duka dan airmata yang menghias hari-harinya.

'Nesa, tak akan ada lagi yang memanggil dengan panggilan 'Anak Haram' untukmu. Kamu telah memenangkan pertarungan atas takdir yang tergaris untukmu,' bisik Anarya dalam hati.

Terpopuler

Comments

Mikaila Dira Khodijahatika

Mikaila Dira Khodijahatika

semangat nessa

2021-11-20

0

Aran_MouHanAra

Aran_MouHanAra

bawangnya berapa ton sib ini 😭😭😭😭😭😭😭😭

2021-07-19

0

Susanna Ibrohim

Susanna Ibrohim

Hati2 author dr bombay ini menebar bawang dimana2😭😭😭😭

2020-11-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!