bab 8~PPH

Rania yang masih menapaki anak tangga, juga tak kalah terkejut dengan suara bentakan sang kakak di atas.

Merasa panik, dia langsung mempercepat jalanya hingga sampai di penghujung anak tangga.

Aston segera masuk dengan wajah bias, karena tempat yang menjadi privasinya kini dimasuki salah satu pelayan baru.

Dengan tubuh yang gemetar, pelayan muda berusia 25 tahun itu membalikan badan, setelah selesai menaruh lipatan baju di dalam lemari.

"Maafkan saya, Pak! Tapi saya hanya di suruh Nyonya untuk menaruh lipatan baju anda," ucap pelayan muda itu dengan suara bergetar menahan tangis.

Wajah cantik itu menunduk, sambil meremas ujung pakaian kerjanya. Air matanya sudah menggenang di balik pelupuk, bahkan sekali kedipan saja akan luruh membasahi pipinya.

"Aku tidak mau tahu ... Malam ini juga, angkat kakimu dari rumah ini!" bentak Aston menggeretakan rahang kerasnya.

Pelayan muda itu lantas membolakan mata, dengan air mata yang sudah luruh membasahi pipi. Dia lantas segera mendekat, dan langsung bersimpuh didepan kaki Aston.

"Tolong jangan pecat saya, Pak ...." ucap pelayan tadi sambil terisak.

"Ada apa ini, Aston?" ucap Rania setelah masuk kedalam kamar sang kakak.

Dia tercengang saat melihat pelayan baru itu menangis, sambil memegang kedua kaki sang kakak.

Dengan cepat, Rania mendekat dan membantu pelayan itu untuk bangkit kembali.

"Apa yang kamu lakukan, Aston? Kenapa Nadia sampai menangis seperti ini?"

"Aku baru saja memecatnya, karena dia sudah lancang masuk kedalam kamar pribadiku!" jawab Aston dengan nada tinggi, sambil menatap tajam wajah Nadia.

"Hah ... Astaga," desah Rania yang merasa jengan dengan sikap kaku kakaknya.

"Nadia ... Sekarang kamu kembali saja kedalam kamarmu, dan segeralah beristirahat! Jangan dengarkan ucapan kakaku. Dia memang agak sensitif terhadap orang baru," papar Rania mengusap kedua bahu Nadia.

"Terimakasih, Non! Saya permisi dulu," Nadia segera keluar dari dalam kamar Aston, sambil mengusap sisa air matanya.

Rania hanya bergeleng-geleng melihat sikap kakaknya saat ini. Tidak hanya sekali dua kali. Sudah sejak dulu, Aston selalu bersikap kejam, jika privasinya terusik oleh kedatangan orang baru.

"Dasar, keras kepala!" ejek Rania menekuk wajahnya, dan langsung melenggang keluar melewati sang kakak.

Sementara Aston, dia hanya mengendikan bahu acuh, dan langsung mengunci pintunya.

~**Nadia Mikayla~ (Pelayan dirumah keluarga Ramos**)

*

*

*

*

Ke esokan harinya.

••Pengadilan Agama••

Dua mobil mewah baru saja tiba di halaman Pengadilan Agama. Sean segera turun dan membukakan pintu untuk tuan Mohan.

Melihat itu, Pak Renaldi segera mendekat dan langsung menyambut kedatangan pria renta itu.

"Kita langsung masuk saja tuan, karena keluarga Ramos sudah datang lebih awal," ucap pak Renaldi mempersilahkan.

Tuan Mohan mengangguk, "Ayo Pandu ...." serunya sambil melirik sang cucu yang sejak tadi terdiam.

Rombongan tuan Mohan segera memasuki ruang sidang, setelah pintu di buka oleh sang asisten~Sean.

"Silahkan menempati kursi di depan, untuk saudari Pandu Deril Mohan!" ucap Hakim Ketua mengarahkan.

Disana Rania sudah duduk tenang, tanpa terusik dengan kedatangan suaminya. Wajahnya begitu damai, tanpa peduli dengan tatapan Pandu sebelum pria itu menjatuhkan tubuhnya dibangku sebelah Rania.

Aston datang paling belakang, sambil membawa satu map bersampul coklat.

Dia duduk di sebelah sang ayah, karena nyonya Lisa tidak ikut serta dalam persidangan tersebut.

"Semua bukti-bukti sudah ada disini, Pah!" bisik Aston setelah menyodorkan map tersebut pada sang pengacara~om Danu.

"Baik, saya akan mulai jalannya sidang!" ucap Hakim ketua menatap kedua pasangan yang duduk di depannya.

"Saudari Pandu Deril Mohan, apakah anda sudah mantab dengan keputusan anda untuk berpisah dari saudari Rania Edelyin Ramos?" lanjut Hakim Ketua menatap Pandu.

Dengan sekali tarikan nafas dan percaya diri. Prabu langsung menjawab, "Benar Hakim Ketua. Untuk apa saya mempertahankan rumah tangga dengan Rania, jika dia tidak pernah memposisikan dirinya sebagai seorang istri! Dan semoga saja Hakim Ketua mengabulkan gugatan saya."

"Dan sesuai gugatan yang pihak penggugat layangkan, bahwa disini tertulis bahwa pihak tergugat lebih mementingkan karirnya saat di minta pihak penggugat untuk vakum. Dan kedua ... Pihak tergugat tidak ingin memiliki seorang anak, bahkan sering menolak saat pihak penggugat meminta hak batinya. Apa benar saudari, Rania?"

"Bohong Hakim Ketua! Semua tuduhan itu tidak benar adanya. Tidak ada wanita di dunia itu yang tidak ingin memiliki seorang anak ... Apalagi sudah menikah. Tuduhan keji itu hanya untuk menutupi PERSELINGKUHAN dia!" jawab Rania sambil menunjuk ke arah Pandu.

Pandu terkejut, dan seketika bungkam.

"Semua tuduhan itu tidak benar adanya! Jangan mencoba memfitnah client saya, jika anda tidak terima dengan gugatan ini," ucap pak Renaldi selaku pengacara.

"Saya memiliki beberapa bukti sebagai penguat tentang perselingkuhan pihak penggugat, Hakim Ketua!" Ucap om Danu sambil mengangkat map coklat tadi.

Aston menyeringai saat Pandu sudah mulai resah.

"Tolong bawa kesini!" ucap Hakim Ketua.

Om Danu segera beranjak, dan menyodorkan map coklat tersebut kepada Hakim Ketua. Didalam map tersebut terdapat beberapa foto perzinahan yang dilakukan Pandu dan juga Laura, yang sudah di cetak salah satu anak buah Aston.

Pak Renaldi bangkit, dan penasaran tentang bukti-bukti tersebut.

"Maaf Hakim Ketua, saya ingin melihat apakah bukti-bukti itu asli atau hanya editan."

Pak Renaldi mengamati beberapa foto tersebut, "Ini semua hanya editan, Hakim Ketua!" ucapnya dengan lantang.

"Itu tidak benar! Apa yanga da di dalam foto tersebut memang benar adanya. Saya harap, anda harus menerima kenyataan itu pak Renaldi," sahut om Danu menampakan wajah tenang.

Pak Renaldi mendengus kesal, lalu segera kembali duduk ketempat semula.

Tuan Mohan yang penasaran, lantas segera membuka map coklat tersebut. Wajah tua itu sedikit menggeram, namun harus dia tahan agar sang cucu tidak terpojok oleh pihak Rania.

'Pandu benar-benar bodoh! Bagaimana bisa dia sampai ceroboh! Berbuat mesum di setiap sudut ruangan, tanpa rasa malu'

"Buat pihak saudari Rania ... Apa ada bukti lainnya sebagai penguat?"

Rania sedikit cemas, karena dia sama sekali tidak memiliki bukti penguat, maupun rekaman video.

Dan kebetulan, rekaman perzinaan Pandu dan juga Laura baru saja terkirim dalam ponsel Mafia tersebut.

"Anda bisa lihat sendiri di ponsel saya, Hakim Ketua ...." Aston bangkit dan langsung berjalan kearah meja Hakim untuk menyerahkan bukti perselingkuhan sang ipar.

"Disini sudah jelas tertera tanggal dan waktu, dimana kedua manusia itu bertukar keringat seperti pada video ini," lanjut Aston melirik ke arah tuan Mohan sambil menyeringai.

"Baik ... Dua bukti penguat sudah terkumpul. Saya ingin meyakinkan saudari Rania, apakah anda akan membawa kasus ini ke ranah hukum, atau tidak? Sesuai KUHP yang tertulis Pasal 411 UU No 1 tahun 2023, bahwa pelaku perselingkuhan, atau perzinaan dapat dikenai pidana 1 tahun atau uang denda yang tertulis," kata Hakim Ketua saat membacakan konsekuensi perbuatan Pandu. "Bagaimana saudari, Rania?"

Degh!!!

Pandu menegang kuat, tidak menyangka Aston dapat mengetahui segala perbuatanya dengan Laura. Dia menatap kearah sang kakak dan juga pengacara, yang kini sibuk berdiskusi.

"Begini Hakim Ketua ... Mungkin saudari Pandu melakukan itu karena hak batinya dengan saudari Rania tidak terpenuhi. Dan itu yang menimbulkan terjadinya perselingkuhan. Kita pikir secara normal saja, pria mana yang akan mampu menahan hak batinnya jika terlalu lama diabaikan oleh pasangan," sahut pak Renaldi penuh pembelaan.

"Tapi semua itu tetap tidak di benarkan, tuan Renaldi! Jika client anda pria gentel, mengapa tidak berbicara yang baik-baik, jika memang sudah tidak memiliki rasa terhadap saudari Rania. Dan juga ... Untuk apa menebar fitnah kesana kemari? Jika pada akhirnya, saudari Pandu lah yang sedang bermain api!" sela om Danu yang merasa tidak terima.

Tuan Mohan menggeram, hingga nafasnya terdengar memburu akibat menahan kesal. Setelah itu dia tampak membisiki pak Renaldi, dan hanya mendapat anggukan paham sang empunya.

"Mengenai perselingkuhan itu, saya sendiri yang melihat dengan mata telanjang saya, Hakim ketua! Mereka bukan lagi manusia, tapi sudah tergolong HEWAN! Keduanya dalam keadaan polos, sedang memadu kasih di kamar pribadi saya. Saya tidak akan memperberat hukuman mereka, karena saya juga ingin cepat terlepas dari pernikahan neraka dengan Penggugat. Saya hanya menuntut harta gono gini, dan juga nafkah sebesar 2 Milyar! Karena separu harta pribadi saya, telah masuk ke dalam perusahaan mereka!" ucap Rania menekan penuh kalimatnya.

Bersambung~ .......................

Terpopuler

Comments

stela aza

stela aza

nggatung ceritanya

2025-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!