bab 18

Via menatap nanar kepergian suaminya.  Belum lama suaminya pulang, tapi suaminya sudah ingin pergi lagi. Hati Via mendadak gelisah memikirkannya.

"Ya ampun Ning, kenapa melamun saja di situ? Nanti ke sambet setan yang lewat loh." Seruan itu membuat Via menolehkan kepalanya ke samping kiri.  Lalu setelah melihat siapa yang menegurnya, Via mendengus.

Siapa lagi, kalau bukan bu Ramlah si pembuat onar itu.

"Ya ampun Ning, banyak melamun nanti wajah nya banyak keriputnya. Lihat kan udah ada keriput, nanti Gus Ikram malah cari daun muda loh."

Kan lihat, sudah Via duga, Bu Ramlah pasti akan mengatakan hal-hal yang membuatnya sakit hati.

"Masih muda juga, masih belum punya anak kan? Masa sanggup lihat suaminya punya anak dari orang lain."

Kalau biasanya Via tidak akan menanggapi perkataan Bu Ramlah, tapi kali ini emosinya terpantik. Terlebih ia sedang tidak dalam keadaan tidak baik-baik saja.

AVia menatap tajam ke arah Bu Ramlah. "Kenapa emangnya? Situ kenapa sibuk banget ngurusin kehidupan orang?! Mau saya punya keriputan juga, bukan urusan anda kan? Jadi stop julid, karena mulut anda itu sampah!" Pekik Via.

Bu Ramlah mencibir, memutar bola matanya jengah, mana takut ia dengan Via ini, ini lah memang tujuannya untuk menghasut Via, dan akhirnya dari beberapa hari ini, baru hari ini Via terpancing oleh kata-katanya.

"Saya itu ngomong fakta ya Ning, cuman ngasih tau juga. Tapi ngeyel banget sih. Gimana enggak mandul, orang tukang ngeyelan begitu." Kata Bu Ramlah tanpa dosa.

Via melotot mendengar perkataan Bu Ramlah, hatinya langsung tersentak dengan kalimat itu. "Darimana Bu Ramlah tau kalau saya mandul ha?! Saya itu enggak mandul, tapi saya belum punya anak aja!!! Nanti juga saya punya anak" sahut Via dengan nada suara naik satu oktaf.

Bu Ramlah tersenyum tipis, bahagia sekali rasanya kalau Via sudah tersulut emosi seperti saat sekarang ini. "Kalau enggak mandul itu, pasti Ning sudah hamil udah dari lama. Cih, ini udah lima tahun lebih, tapi sama sekali belum hamil, apa itu kalau enggak mandul namanya huhh.?"

Via menggeram marah, tangannya sudah melayang ingin menampar wajah Bu Ramlah yang membuatnya emosi luar biasa itu, namun suara seseorang dari belakang tubuhnya  membuat Via urung.

"Via!!  Apa - apaan kamu!" Seru ummi Sekar yang tidak sengaja melihat Via yang hampir menampar bu Ramlah.

Via melotot mendengar suara mertuanya, buru-buru membalikkan tubuhnya dan matanya langsung bisa menatap sang mertua yang juga menatap ke arahnya.

"Ummi," panggil Via pelan, rasa bersalah langsung mencuat di dalam dirinya. Ia takut kalau mertuanya itu akan marah besar dengan apa yang hampir di lakukan olehnya.

Ummi Sekar diam tak menjawab, matanya langsung menoleh ke arah Bu Ramlah yang berlari menghampirinya.

"Ummi. Hiks hiks, tolong saya, tadi Ning Via mau menampar saya untuk yang kedua kalinya." Adu Bu Ramlah sambil memeluk ummi Sekar, sebelah tangan kirinya menutupi pipinya, seolah-olah kesakitan habis di tampar oleh Via. Ia bahkan sudah menangis meraung-raung seperti seseorang yang baru saja di aniaya.

Via yang melihat tingkah Bu Ramlah langsung melotot. "Hei, kamu fitnah ya? Saya tidak pernah menampar kamu! Jangan fitnah kamu, dosa!" Via sungguh geram dengan wanita itu. Bisa-bisanya ia memfitnah dirinya.

"Huhuhu, lihat ummi, Ning Via mana mau mengaku, lihat ini, pipi saya sudah merah, akibat ulahnya." Tunjuk Bu Ramlah pada pipinya yang memang tampak memerahm

Via jelas terkejut melihat pipi Bu Ramlah yang jelas-jelas merah seperti sehabis di tampar. Kepalanya langsung menggeleng kencang, matanya menatap ke arah ummi Sekar yang baru saja menoleh ke arahnya juga.

"Ummi, ini enggak seperti apa yang ummi lihat, ummi, Via--"

"Via, ikut ummi," sela ummi Sekar. Lalu menoleh ke arah Bu Ramlah. "Bu Ramlah maafkan Via, kalau begitu Bu Ramlah bisa mengobati luka di pipi bu Ramlah, setelah selesai Bu Ramlah kembali saja pulang ke rumah," kata ummi Sekar.

Bu Ramlah menganggukkan kepalanya, berpamitan pada ummi Sekar, sebelum benar-benar pergi, Bu Ramlah tersenyum miring ke arah Via.

Via langsung menatap sengit ke arah Bu Ramlah. Pandai sekali wanita itu bersilat lidah.

"Via, ayo ikut ummi" kata ummi Sekar membuat Via pasrah saja, dan mengikuti ummi Sekar.

*

"Mas sudah" Ramiah menahan tubuh Gus Ikram saat suaminya itu hendak memukul Saizar.

Ramiah tidak mau melihat keduanya ribut lagi seperti kemarin.

Saizar tertegun mendengar kalimat Ramiah, bahkan perilaku perempuan itu sebelumnya pada pria itu sangat berbeda dari sebelumnya.

"Dia pria enggak tau malu Mia?! Sudah tau kamu punya suami, kenapa dia kemari?! Kenapa dia ada di sini?!" Pekik Gus Ikram marah. Matanya masih menatap nyalang ke arah Saizar. Siapa yang tidak marah melihat istrinya itu berduaan dengan pria di dalam apartemen lagi.  Ya walaupun mereka tidak melakukan apapun, tapi bukan kah hal itu tindakan yang salah. Dan sebagai seseorang yang paham tentang agama, Gus Ikram tidak membenarkan hal itu.

Tapi Ramiah, kenapa istri rahasianya itu sangat sulit di beritahu?

"Saya sudah peringatkan kamu untuk yang kesekian kalinya, jangan pernah temui Ramiah lagi.  Dia sudah bersuami, bahkan kamu tau sendiri kalau dia itu sudah hamil, yang artinya dia akan menjadi seorang ibu."

Saizar tersenyum tipis, kepalanya mengangguk, dengan santai berdiri saling berhadapan dengan Gus Ikram. Tidak ada rasa takut sama sekali di dalam diri Saizar. Ia tidak peduli siapa yang di hadapinya saat sekarang ini. Asalkan keinginannya terwujud.

Sedangkan Ramiah sudah menatap awas ke arah keduanya, takut keduanya ribut kembali seperti yang sudah-sudah.

"Kalau saya tidak mau bagaimana? Saya akan tetap datang menemui Ramiah, karena bagi saya Ramiah tidak akan--"

Bugh

Gus Ikram meninju rahang Saizar, membuat Saizar yang tidak siap mendapatkan tinjuan itu langsung terjatuh di lantai.

"Sialan !! Saya sudah peringatkan kamu berulang kali! Tapi kenapa kamu tidak mau mendengarnya ha?! "Pekik Gus Ikram murka,

Ramiah sudah menjerit, bahkan tidak bisa melakukan apapun karena ia terlalu syok melihat kemarahan suaminya.

Sreet

"Mas jangan!" Teriak Ramiah saat tubuh  Saizar di geret oleh suami nya dan di hempaskan di depan pintu apartemen.

Brugggh

"Jangan pernah mencoba-coba untuk masuk ke dalam apartemen ini lagi." Desis Gus Ikram dan langsung menutup pintu apartemen itu dengan kasar.

Brakkk

Saizar terkekeh, tersenyum miring yang tipis minat pria itu emosi.

"Lihat saja, saya tidak akan pernah menyerah, karena, Ramiah milik saya. Ramiah milik Saizar.."

Terpopuler

Comments

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

𝚜𝚊𝚒𝚣𝚎𝚛 𝚙𝚜𝚒𝚔𝚘𝚙𝚊𝚝 𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚝𝚊𝚞 𝚖𝚒𝚊 𝚙𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚞𝚊𝚖𝚒 𝚖𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚒𝚒𝚒𝚑 𝚊𝚓𝚊 𝚍𝚒 𝚔𝚎𝚓𝚊𝚛

2025-03-15

2

Maria Ulfa

Maria Ulfa

mungkin ibu nya ramiah juga istri simpanan saizar anak ayah nya ramiah

2025-03-18

0

Eva Karmita

Eva Karmita

sepertinya Saizer teropsi dan itu bukan cinta

2025-03-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!