Membuat kesepakatan

Usai keributan antara kedua putri keluarga Wesley, makan malam yang direncanakan tetap berlanjut seperti rencana awal.

Zuri yang telah berganti pakaian kini duduk diseberang Davian yang sejak tadi hanya menunduk diam sambil mengaduk makanannya.

Zuri tidak memakan banyak makanannya. Seleranya telah hilang meski perutnya sangat lapar.

Makan malam itu tetap berlangsung seperti tidak ada kejadian yang menghebohkan sebelumnya.

Orang-orang makan dengan tenang dan mengobrol santai satu sama lain.

"Seperti pembicaraan kita tempo hari, kedatangan kami kemari bertujuan ingin melamar putri sulung keluarga Wesley untuk menjadi istri dari cucu kesayanganku, Davian. Bagaimana Abraham? Apa kau merelakan putrimu menikah dengan cucuku?" kakek Edgar bertanya pada Abraham.

Abraham yang masih dilema melirik Leona.

"Kenapa harus Zuri tuan Edgar? Bukankah selama ini Leona yang lebih dekat dengan Davian? Apa bukan Leona saja yang menikah dengan Davian? Lagipula," Abraham menatap putri sulungnya yang hanya diam tanpa ekspresi.

"Lagipula apa Abraham?" tanya kakek Edgar.

"Lagipula, Leona sangat menyukai Davian, iya kan sayang?" ucap Abraham menatap putri bungsunya yang duduk ditegah-tengah Sarah dan Zuri.

Leona yang ditanya demikian tersenyum dan mengangguk malu-malu.

"Benar papa. Aku sangat menyukai Davian sejak lama" ucap Leona menatap Davian yang duduk dihadapannya.

Davian meletakkan sendok dengan sedikit kasar.

Ia meminum air mineralnya.

"Tapi aku tidak menyukaimu...!" ucap Davian dingin tanpa ekspresi. Sebuah kalimat yang sedikit kejam ditelinga.

Leona kesal bukan kepalang sekaligus malu dibuatnya. Tapi bukan Leona namanya jika tidak membuat sebuah kericuhan dengan setiap kalimat yang keluar dari mulut manis berbisanya.

"Jangan bilang kau menyukai Zuri, apa kau lupa apa yang telah dilakukan oleh dia dulu padamu?" kata Leona tak terima ditolak oleh pria incarannya.

Mendengar perdebatan yang memuakkan baginya, Zuri lantas mendorong kursinya kasar hingga berdecit dilantai.

"Aku sudah selesai dan mau kembali kekamar" kata Zuri hendak pergi dari sana.

Tapi kalimat yang diucapkan oleh Davian membuat Zuri berbalik menatap pria yang masih duduk tenang dikursinya.

"Jika aku menyukai Zuri, lalu apa urusannya denganmu ?!. Kakek, aku memilih Zuri sebagai istriku bukan yang lain" ucap Davian tak ingin diganggu gugat.

Kakek Edgar hanya mengangguk kecil.

"Kau sudah dengar Abraham? Cucuku lebih menyukai putri sulungmu dibanding yang lain" ucap kakek Edgar tersenyum kearah Zuri.

Zuri yang masih berdiri diposisinya hanya menghela nafas kasar.

Leona yang ditolak mentah-mentah merasa kesal dan marah.

Ia juga mendorong kursinya dengan kasar dan berlalu dari sana, tapi tetap dengan menyenggol bahu Zuri tentunya sebagai pelampiasan.

Zuri yang tak siap hampir saja terjatuh, tapi untung ada Davian yang menahan tubuh mungil itu hingga keduanya saling menempel satu sama lain.

Ahh... Sebuah adegan manis sebagai penutup makan malam yang menegangkan itu.

Leona yang melihatnya semakin kesal dibuatnya.

Gadis itu menghentakkan kedua kakinya sebagai bentuk ketidaksukaannya.

"Baiklah... kita sudahi pembicaraan ini dengan sebuah kesepakatan pernikahan yang akan digelar seminggu dari sekarang. Bagaimana Adam, kau setujukan?" kata kakek Edgar pada calon besannya.

"Baiklah jika demikian. Mereka juga sudah sama-sama dewasa dan bisa menentukan sikap lebih baik dan juga memilih sebuah pilihan yang tepat. Aku setuju... Pernikahan diadakan seminggu dari sekarang" ucap Adam final.

Sarah yang tidak terima akan keputusan itu tak bisa berbuat apa-apa, hanya pasrah menerima keputusan mertuanya.

Leona yang masih berdiri di dekat pembatas lantai dua kembali mencak-mencak dan mengumpat. Ia lalu masuk kekamarnya dan membanting pintu hingga berbunyi nyaring.

Semua orang terkejut dibuatnya.

Adam menatap sinis pada menantunya karena tidak bisa mengajari putri mereka sopan santun.

Sekali lagi, Zuri menghela nafas kasar dan itu didengar jelas oleh Davian yang berdiri disisinya.

"Ini yang kedua kalinya kau menghela nafas, kau sesak nafas ya?" ejek Davian bermaksud mengalihkan perhatian gadis itu.

Zuri yang masih menyimpan rasa marah pada Davian hanya melengos dan berlalu dari sana.

"Mau kemana?" cegat Davian.

"Kekamar!"

"Tidak bisa.. ! kita harus kerumah sakit, lukamu harus diobati segera!" ucap Davian yang langsung menarik lengan Zuri pelan tanpa mendengar persetujuan gadis itu.

Dan tentu saja Zuri menolaknya dan berusaha melepaskan genggaman tangan Davian.

"Menurutlah demi kebaikanmu sendiri!" ucap Davian dingin tapi tegas.

Zuri akhirnya pasrah dan mengikuti langkah kaki Davian tanpa protes.

Sejujurnya, semua kulitnya kini terasa perih. Mungkin ada serpihan kaca yang menusuk masuk kedalam kulitnya yang tidak bisa dijangkau olehnya ataupun Davian tadi.

Davian dan Zuri meninggalkan rumah kediaman Wesley dibawah tatapan penuh amarah Leona dari arah balkon kamar.

Tak lama setelahnya, Edgar juga ikut pergi dari sana setelah membuat kesepakatan dengan Adam Wesley perihal cucu mereka.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Davian mengurus Zuri layaknya seorang ayah mengurus putrinya.

Usai dari klinik, Davian membelokkan mobilnya kerestoran cepat saji.

Zuri hanya diam sambil memperhatikan kegiatan pria itu yang sedang memesan makanan melalui drive thru.

"Makanlah... Kau tadi tidak makan banyak dan hanya memainkan nasimu saja" ucap Davian menyerahkan burger pada Zuri yang duduk manis di kursi penumpang.

Zuri menatap sebungkus burger tanpa ada niat mengambilnya.

Davian mendecak melihat gadis yang duduk disampingnya seolah dia adalah sebuah patung.

Davian meletakkan burger kepangkuan Zuri dan melajukan mobilnya.

Zuri membuang pandangannya kearah jalanan.

Tangannya menggenggam burger yang tadi diberikan oleh Davian.

"Kenapa harus aku? Bukankah kau sangat membenciku begitupun aku juga membencimu" Zuri menoleh dan menatap Davian yang masih berkonsentrasi mengemudi.

Davian memarkirkan mobilnya ditepi jalan.

"Aku memang membencimu tapi aku juga tidak mau menikah dengan Leona. Kau pikir aku mau menikah dengan gadis berhati dingin sepertimu! Jika bisa memilih, aku akan menikahi gadis yang aku cintai. Tapi aku punya tujuan lain dan aku kira kau juga bisa menyepakatinya sebagai jalan keluar dari neraka itu..." kata Davian yang membuat Zuri menoleh cepat pada pria yang terlihat begitu tenang disampingnya.

Davian memiringkan badannya, menghadap Zuri.

"Bagaimana jika kita buat kesepakatan pernikahan?" usul Davian yang membuat kening Zuri berkerut dalam.

"Kau dan aku sama-sama punya tujuan masing-masing dalam pernikahan ini. Aku butuh modal dari kakek dan kau juga akan terbebas dari keluarga anehmu itu. Kita akan menikah dalam jangka waktu yang disepakati yaitu dua tahun. Dan selama dua tahun pernikahan itu, aku akan mebantumu lepas dari Leona atau anggota keluargamu yang lain dan kau bisa kembali pada kehidupanmu yang lama setelah perceraian kita. Bagaimana? Kau setuju. Anggap saja simbiosis mutualisme dan saling menguntungkan" jelas Davian panjang lebar.

"Kau tidak main-main dengan kalimatmu barusan?" tanya Zuri memastikan.

"Kalimat yang mana?" Davian berpikir sejenak "Ah... yang terakhir?" tanyanya memastikan.

Zuri mengangguk.

"Ya.. Aku serius dan kau bisa beli rumah disana dengan uang kompensasi perceraian kita nantinya"

"Okey.. Deal... Hanya dua tahun dan kau harus menepati janjimu" ucap Zuri yang tanpa sadar menarik sudut bibirnya membentuk senyuman.

Sebuah senyuman yang telah lama tidak Davian lihat dari seorang Zuri Keilana Wesley.

Tanpa sadar, Davian juga ikut tersenyum karenanya.

"Aku akan mengantarmu keapartemenku sebagai tempat tinggalmu selanjutnya..." kata Davian memutuskan.

"Haaahhh...??" Zuri tentu saja terkejut akan keputusan sepihak dari calon suaminya itu.

"Ah... Aku lupa"

Zuri mengernyit bingung.

"Kakek sudah meminta pada orangtua dan kakekmu agar mulai malam ini hingga seterusnya, kau akan tinggal diapartemenku. Ini kami lakukan untuk melindungimu dari mereka.." jelas Davian.

"Melindungi dari siapa?" tanya Zuri.

Davian hanya mengedikkan bahu acuh.

"Dari keluargaku?" tanya Zuri lagi.

Sebuah tawa garing keluar dari bibir Zuri setelah melihat reaksi Davian.

"Kau pikir mereka akan berbuat apa setelah tahu jika aku adalah calon istri dari keluarga Junior? Kau aneh..."

"Bukan mereka tapi Leona. Kau yang lebih tahu sifat adikmu itu dibanding aku. Dan aku hanya tidak ingin repot jika nantinya harus menghadiri pemakamanmu atau jadi saksi polisi. Jadi, menurutlah demi kebaikanmu!" kata Davian sedikit nyelekit tapi baik untuk Zuri pastinya.

Zuri akhirnya diam dan pasrah ketika Davian membawanya keapartemen milik pria itu.

Sebuah apartemen atau lebih tepatnya penthouse yang cukup besar dan mewah yang terletak dekat kawasan cukup ramai dan terbilang mahal bagi kaum mendang mending seperti Zuri.

"Masuklah... dan perkenalkan ini Bu Sri yang akan membantumu dirumah ini... Bu Sri, ini Zuri, calon istriku" kata Davian saling mengenalkan keduanya.

Zuri mengulurkan tangan pada bu Sri sebagai salam perkenalan.

"Saya Zuri bu.. " ucapnya.

"Selamat datang nona Zuri, saya bu Sri yang akan membantu nona dirumah ini. Jadi, jangan sungkan" ucap bu Sri.

Zuri tersenyum kecil setelahnya.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!